STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB III Visi dan Misi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

REVITALISASI KEHUTANAN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

REVITALISASI PERTANIAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh :

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Rencana Strategis

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Rencana Kinerja Tahunan 2013

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

Renstra BKP5K Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAUFIQ GUNAWANSYAH, S.IP. WAKIL BUPATI KABUPATEN SUMEDANG. DR. H. DON MURDONO, SH., M.Si. BUPATI KABUPATEN SUMEDANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

II. ARAH, MASA DEPAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN INDONESIA

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Transkripsi:

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pendahuluan Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui perannya dalam pembentukan PDB/PDRB, perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja/ pengurangan pengangguran, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Secara tidak langsung sektor pertanian mempunyai efek pengganda kedepan dan kebelakang yang besar, yaitu keterkaitan input-output-outcome antar industri, konsumsi dan investasi. Oleh karena itu sangatlah tepat bila salah satu agenda pembangunan ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 adalah Revitalisasi Pertanian. Disamping keberhasilan melaksanakan peran konvensionalnya di atas, pembangunan sektor pertanian dihadapkan pada tantangan lingkungan strategis internasional seperti: liberalisasi pasar global dan ketidakadilan perdagangan internasional, perubahan sistem dan manajemen produksi, perwujudan ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan (Millenium Development Goals), serta kemajuan pesat dalam penemuan dan pemanfaatan teknologi tinggi. Tantangan ini telah mempengaruhi perumusan strategi dan kebijakan pembangunan pertanian. Di sisi lain, di dalam negeri juga dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti: (1) Dinamika permintaan pangan dan bahan baku industri; (2) Kelangkaan dan degradasi kualitas sumberdaya alam; dan (3) Manajemen pembangunan yang mencakup: (a) otonomi, dimana pembangunan dilaksanakan sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan Daerah, dan (b) partisipasi masyarakat, dimana pembangunan lebih diarahkan kepada peningkatan sebesar-besarnya peran serta masyarakat, sementara pemerintah berperan sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator. Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan tersebut, Departemen Pertanian menyusun Visi dan Arah Pembangunan Pertanian Jangka Panjang Tahun 2005-2025, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah Tahun 2005-2009 dan Rencana IV-1

Pembangunan Tahunan; termasuk didalamnya adalah rencana pengembangan komoditas strategis dan penanganan isu/kebijakan strategis. Sasaran pembangunan pertanian jangka panjang 2005-2025 adalah: (1) terwujudnya sistem pertanian industrial yang berdayasaing, (2) mantapnya ketahanan pangan secara mandiri, (3) terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian, dan (4) terhapusnya kemiskinan di sektor pertanian dan tercapainya pendapatan petani US $ 2500/kapita/tahun. Untuk mewujudkan sasaran ini maka Visi Pembangunan Pertanian Jangka Panjang tahun 2025 dirumuskan sebagai Terwujudnya Sistem Pertanian Industrial yang Berdayasaing, Berkeadilan dan Berkelanjutan Guna Menjamin Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat Pertanian. 2. Ruh, Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pertanian 2005-2009 Pembangunan sektor pertanian yang obyeknya benda hidup, yakni manusia, hewan, tanaman dan lingkungannya (human activity system) memerlukan ruh pembangunan, agar pembangunan tidak bersifat eksploitatif dan merusak kelestarian dari obyek pembangunan. Ruh merupakan nilai (value) dan jiwa (spirit) yang melandasi penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan khususnya sektor pertanian tanpa dilandasi ruh yang menjadi dasar pijakan akan kehilangan arah dan semangat yang akhirnya dapat menyimpang dari tujuan dan sasaran pembangunan. Untuk itu, ruh pembangunan pertanian adalah Bersih dan Peduli. Bersih berarti bebas dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), amanah, transparan dan akuntabel. Peduli berarti memberikan fasilitasi, pelayanan, perlindungan, pembelaan, pemberdayaan, dan keberpihakan terhadap kepentingan umum (masyarakat pertanian) di atas kepentingan pribadi dan golongan (demokratis) dan aspiratif. Agenda dan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009, telah menetapkan Revitalisasi Pertanian sebagai salah satu prioritas pembangunan bidang ekonomi. Revitalisasi Pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan sebagian besar rakyat dan meletakkan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi. Konsep tersebut merupakan komitmen politik yang harus didukung dan dijabarkan lebih lanjut operasionalnya oleh semua instansi yang terkait dengan pertanian. IV-2

Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis, maka Visi Pembangunan Pertanian periode 2005-2009 dirumuskan sebagai terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan dayasaing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Pertanian tangguh atau pertanian industrial adalah sosok pertanian yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) pengetahuan merupakan landasan utama dalam pengambilan keputusan, memperkuat intuisi, kebiasaan, atau tradisi; (2) kemajuan teknologi merupakan instrumen utama dalam pemanfaatan sumberdaya; (3) mekanisme pasar merupakan media utama dalam transaksi barang dan jasa; (4) efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumberdaya; (5) mutu dan keunggulan merupakan orientasi, wacana, sekaligus tujuan; (6) profesionalisme merupakan karakter yang menonjol; dan (7) perekayasaan merupakan inti nilai tambah sehingga setiap produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai visi pembangunan pertanian tersebut, MISI yang harus dilaksanakan adalah: (1) Mewujudkan birokrasi pertanian yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi; (2) Mendorong pembangunan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan; (3) Mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman konsumsi; (4) Mendorong peningkatan peran sektor pertanian terhadap perekonomian nasional; (5) Meningkatkan akses pelaku usaha pertanian terhadap sumberdaya dan pelayanan; (6) Memperjuangkan kepentingan dan perlindungan terhadap petani dan pertanian dalam sistem perdagangan domestik dan global. Tujuan pembangunan pertanian adalah: (1) Membangun SDM aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh; (2) Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan; (3) Memantapkan ketahanan dan keamanan pangan; (4) Meningkatkan dayasaing dan nilai tambah produk pertanian; (5) Menumbuhkembangkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi perdesaan; dan (6) Membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani. IV-3

3. Strategi, Kebijakan dan Program Pembangunan Pertanian 3.1. Strategi Umum Untuk mencapai tujuan pembangunan di atas, disusun Strategi Umum yang mengacu kepada faktor kekuatan dan kelemahan internal serta faktor peluang dan ancaman eksternal, sebagai berikut: (1) Melaksanakan Manajemen Pembangunan yang Bersih, Transparan dan Bebas KKN Reformasi pembangunan menuntut perlunya segera melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan publik berdasarkan prinsip good governance dengan karakteristik utama kredibilitas, akuntabilitas, dan transparansi. Kebijakan pembangunan dirancang dan dilaksanakan secara transparan, melalui debat publik, dan diawasi oleh publik. Pejabat pelaksana bertanggung jawab penuh atas akuntabilitas kebijakan tersebut. Dalam operasionalisasinya diperlukan peningkatan profesionalisme aparat, dalam mendukung manajemen pembangunan yang bersih, peduli, transparan dan kredibel. Dengan demikian kebijakan pembangunan pertanian akan lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat (demokratis), dan bebas dari praktek KKN. Manajemen pembangunan seperti itu diharapkan akan berdampak kepada pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal dan memberikan insentif bagi investasi. (2) Meningkatkan Koordinasi Dalam Penyusunan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Pertanian Sebagai bagian dari tulang punggung pembangunan ekonomi nasional, pembangunan pertanian harus dilaksanakan secara sinergis dengan pembangunan sektor lainnya dengan mengacu kepada RPJMN. Di sisi lain pelaksanaan pembangunan pertanian dilakukan oleh berbagai pelaku pembangunan antara lain Departemen Teknis terkait, Pemerintah Daerah, petani, swasta/dunia usaha, dan masyarakat, serta stakeholders lainnya. Dengan demikian untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, koordinasi adalah salah satu kunci keberhasilan, karena kebijakan yang terkait dengan pembangunan pertanian tidak sepenuhnya menjadi kewenangan Departemen Pertanian, melainkan sebagian besar berada di luar Departemen Pertanian. IV-4

(3) Memperluas dan Memanfaatkan Basis Produksi Secara Berkelanjutan Permasalahan mendasar yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan adalah konversi lahan yang menyebabkan penurunan luas baku lahan sawah pada khususnya, penurunan kualitas daerah aliran sungai hulu (DAS) sebagai akibat meningkatnya intensitas usahatani di daerah DAS, dan pertambahan penduduk yang memerlukan pemenuhan kebutuhan pangan sehingga meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian pangan. Salah satu dampak dari ekstensifikasi antara lain adalah penggundulan hutan dan eksploitasi sumberdaya lahan secara berlebihan. Di sisi lain, kekayaan dan keberagaman sumberdaya lahan dan hayati Indonesia, perlu dilestarikan dan dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan saling ketergantungan yang menguntungkan antar wilayah, dan memacu kegiatan perdagangan domestik dan global, mengembangkan investasi untuk menciptakan sumber pertumbuhan dan pendapatan baru dengan menempatkan petani sebagai pelaku utamanya. Sebagai implikasi penting bagi pembangunan pertanian ke depan adalah perlunya memperluas dan memanfaatkan basis produksi secara berkelanjutan melalui konsolidasi dan optimalisasi pemanfaatan lahan, pembukaan lahan baru terutama di luar Jawa, konservasi dan pelestarian sumberdaya lahan dan hayati. (4) Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan dan Memberdayakan SDM Pertanian Dengan pemilikan lahan rata-rata kurang dari 0,5 hektar dan infrastruktur pertanian yang kurang memadai, organisasi petani dan kualitas sumberdaya manusia yang lemah, tanpa adanya kelembagaan yang kuat dan manajemen pengelolaan lahan yang memungkinkan tercapainya skala usaha yang optimal, akan mengakibatkan usahatani menjadi kurang menarik secara ekonomis, karena tidak dapat memberikan jaminan sebagai sumber pendapatan yang mampu memberikan penghidupan yang layak. Upaya peningkatan kesejahteraan petani kecil hanya dapat dilakukan melalui strategi peningkatan kapasitas SDM pertanian dan kemandirian petani serta pengembangan kelembagaan pertanian, untuk meningkatkan akses petani kepada aset produktif di wilayah perdesaan. IV-5

(5) Meningkatkan Ketersediaan Prasarana dan Sarana Pertanian Kondisi prasarana dan sarana pertanian sampai saat ini belum berpihak kepada petani, sehingga mereka memiliki posisi tawar yang lemah. Prasarana dan sarana pertanian seperti sarana pengairan dan drainase, jalan, listrik, jalan usahatani, pelabuhan (khususnya pelabuhan-pelabuhan ekspor baru di wilayah timur Indonesia), transportasi dan telekomunikasi merupakan prasarana yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan pertanian. Penerapan inovasi teknologi sering terhambat karena tidak tersedianya prasarana dan sarana seperti penyediaan input produksi, jaringan informasi atau infrastruktur pemasaran hasil. Strategi pembangunan pertanian ke depan diarahkan untuk pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh banyak pelaku pembangunan pertanian dan mampu merangsang investor untuk melakukan usaha di bidang pertanian. Kajian kebutuhan prasarana dan sarana serta sistem pemasaran yang mendalam diikuti dengan pembangunan prasarana dan sarana yang diperlukan merupakan kunci untuk memperbaiki pembagian keuntungan yang lebih adil kepada petani di antara para pelaku dalam rantai tataniaga produk pertanian. (6) Meningkatkan Inovasi dan Diseminasi Teknologi Tepat Guna Sejalan dengan pergeseran sistem dan manajemen produksi di masa yang akan datang dan menyikapi perkembangan permintaan pasar menyangkut mutu, harga, dan pelayanan, diperlukan perubahan strategi dalam menghasilkan inovasi teknologi, dengan memperhatikan keragaman pengguna, dan ekosistem pengembangannya. Dari sisi diseminasi, perlu perubahan strategi dalam mengidentifikasi dan melakukan karakterisasi pengguna dan pelaku penyebaran inovasi pertanian. Rendahnya produktivitas dan kualitas produk pertanian Indonesia merupakan akibat langsung dari rendahnya tingkat inovasi teknologi yang diterapkan petani. Hal itu terkait erat dengan relevansi program, efektivitas teknologi yang tersedia, dan efisiensi proses alih teknologi yang dihasilkan. Sistem penelitian dan pengembangan serta keterkaitannya dengan sistem diseminasi dan penerapan teknologi perlu ditata dan dikelola dengan baik. (7) Mempromosikan dan Memproteksi Komoditas Pertanian Komitmen Indonesia untuk menghilangkan hambatan dalam perdagangan yang dapat menimbulkan distorsi pasar ternyata tidak dilaksanakan oleh semua IV-6

negara, sehingga petani Indonesia dihadapkan pada persaingan yang tidak adil dengan petani dari negara lain yang dengan mudah mendapat perlindungan tarif dan non-tarif serta subsidi langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, ke depan pemerintah masih harus menerapkan strategi pengendalian harga sekaligus mempromosikan produk-produk pertanian strategis. Strategi proteksi dapat dilakukan antara lain melalui kebijakan penetapan tarif impor dan pengaturan impor, penetapan harga dasar, memberikan subsidi secara tepat untuk sarana produksi, dan subsidi bunga kredit untuk modal usahatani. Strategi promosi dapat dilakukan melalui antara lain peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, perbaikan kualitas dan standardisasi produk melalui penerapan teknologi produksi, pengelolaan pascapanen dan pengolahan hasil. 3.2. Arah Kebijakan Kebijakan umum untuk melaksanakan pembangunan pertanian tersebar dan menjadi kewenangan beberapa institusi yang terpisah. Kebijakan tersebut meliputi kebijakan makro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan pengembangan industri, kebijakan perdagangan, pemasaran, dan kerjasama internasional, kebijakan pengembangan infrastruktur khususnya pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan, kebijakan pengembangan kelembagaan (termasuk di dalamnya lembaga keuangan, fungsi penelitian dan pengembangan, pengembangan SDM, dan pengembangan organisasi petani), kebijakan pendayagunaan dan rehabilitasi sumberdaya alam dan lingkungan, kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan baru, dan kebijakan pengembangan ketahanan pangan. Beberapa kebijakan yang langsung terkait dengan sektor pertanian dan dalam kewenangan atau memerlukan masukan dari Departemen Pertanian adalah: (1) Kebijakan dalam pelaksanaan manajemen pembangunan yang bersih, transparan, dan bebas KKN, diarahkan untuk menyusun kebijakan peningkatan kesejahteraan pegawai disertai penerapan reward and punishment secara konsisten. (2) Kebijakan dalam peningkatan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dan manajemen pembangunan pertanian, diarahkan untuk: (1) peningkatan keterbukaan dalam perumusan kebijakan dan manajemen pembangunan pertanian, (2) peningkatan evaluasi, pengawasan, dan pengendalian IV-7

manajemen pembangunan pertanian, (3) penyelarasan pembangunan pertanian antar sektor dan wilayah. (3) Kebijakan dalam memperluas dan meningatkatkan basis produksi secara berkelanjutan diarahkan untuk: (1) peningkatan investasi swasta, (2) penataan hak, kepemilikan dan penggunaan lahan, (4) kebijakan pewilayahan komoditas, dan (5) penataan sistem pewarisan lahan pertanian. (4) Kebijakan dalam meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan SDM pertanian diarahkan untuk: (1) menyusun kebijakan revitalisasi penyuluhan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan pertanian, (2) peningkatan peran serta masyarakat, (3) peningkatan kompetensi dan moral aparatur pertanian, (4) penyelenggaraan pendidikan pertanian bagi petani, dan (5) pengembangan kelembagaan petani. (5) Kebijakan dalam meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian diarahkan untuk: (1) pengembangan sarana dan prasarana usaha pertanian, (2) pengembangan lembaga keuangan perdesaan, (3) pengembangan sarana pengolahan dan pemasaran. (6) Kebijakan dalam meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna diarahkan untuk: (1) merespon permasalahan dan kebutuhan pengguna, (2) mendukung optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian spesifik lokasi, (3) pengembangan produk berdayasaing, (4) penyelarasan dan integrasi dengan penguasaan IPTEK pertanian, dan (5) percepatan proses dan perluasan jaringan diseminasi dan penjaringan umpan balik inovasi pertanian. (7) Kebijakan dalam meningkatkan promosi dan proteksi komoditas pertanian, diarahkan untuk: (1) menyusun kebijakan subsidi tepat sasaran dalam sarana produksi, harga output, dan bunga kredit untuk modal usahatani (2) peningkatan ekspor dan pengendalian impor, (3) kebijakan penetapan tarif impor dan pengaturan impor, (4) peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, (5) perbaikan kualitas dan standardisasi produk melalui penerapan teknologi produksi, pengelolaan pascapanen dan pengolahan hasil, dan (5) penguatan sistem pemasaran dan perlindungan usaha. IV-8

3.3. Program Pembangunan Pertanian Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Pertanian Tahun 2005-2009, dirumuskan dalam tiga program utama, yaitu; (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis; dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Program Peningkatan Ketahanan pangan ditujukan dalam rangka memfasilitasi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, (2) meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Program Pengembangan Agribisnis dimaksudkan untuk memfasilitasi: (1) berkembangnya usaha pertanian agar produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan dayasaing yang tinggi baik di pasar domestik maupun pasar internasional, dan (2) meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional, terutama melalui peningkatan devisa dan pertumbuhan PDB. Sasaran dari program ini adalah: (1) berkembangnya usaha di sektor hulu, usahatani (on-farm), hilir (agroindustri) dan usaha jasa penunjang; (2) meningkatnya ekspor produk pertanian segar dan olahan; dan (3) meningkatnya pertumbuhan PDB sektor pertanian. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas, posisi tawar, dan pendapatan petani/pelaku usaha pertanian; dan (2) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif. 4. Penutup Pembangunan pertanian dilaksanakan untuk mewujudkan peningkatan ketahanan pangan, dayasaing, dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan petani. Kegiatan pembangunan dilaksanakan dengan mendorong partisipasi masyarakat, sedangkan pemerintah berperan dalam memfasilitasi, mendorong dan memberdayakan kemampuan dan kreatifitas masyarakat. IV-9

Pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian tahun 2005-2009, dirumuskan dalam tiga program utama, yaitu; (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis; dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Program peningkatan ketahanan pangan ditujukan dalam rangka dicapainya ketersediaan pangan yang cukup dan beragam pada tingkat nasional, regional dan rumah tangga, dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan. Program pengembangan agribisnis dimaksudkan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha pertanian agar produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan dayasaing yang tinggi baik di pasar domestik maupun pasar internasional. Sedangkan Program peningkatan kesejahteraan petani bertujuan untuk meningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan petani, pengembangan kelembagaan dan peningkatan akses petani, terhadap sumberdaya usaha pertanian. Program pembangunan pertanian dirancang dan disesuaikan dengan diinamika permasalahan dan kebutuhan masyarakat. Pada akhirnya keberhasilan pembangunan pertanian akan sangat tergantung dari komitmen dan partisipasi seluruh stakeholders. D:\data\data\Anjak-2005\Strategi dan Kebijak Pemb.Pert IV-10