REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

dokumen-dokumen yang mirip
ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA

KEBIJAKAN PENERAPAN FORMULARIUM NASIONAL DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

Ketersediaan Obat di Era JKN: e-catalogue Obat. Engko Sosialine M. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN Jaminan Kesehatan Nasional. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Bayu Teja Muliawan Direktur Bina Pelayanan Kefarmasin. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI ERA JKN. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RAKONAS PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TH ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

TULISAN HUKUM PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE. Abstrak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

MEKANISME KLAIM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK FKTP DAN FKRTL DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PENGUATAN REGULASI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN DITJEN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENDUKUNG DAN MENJAMIN AKSES SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

KEBIJAKAN KEFARMASIAN DAN ALKES DI ERA JKN DALAM KORIDOR IMPLEMENTASI UU No. 23/2014 TTG PEMERINTAH DAERAH

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBIAYAAN KENAIKAN KELAS PERAWATAN BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 4 TAHUN 2017 SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Ged. RSCM Kirana 23 Juli 2014

MENJAMIN AKSESIBILITAS OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

Kasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

ANALISIS PENULISAN RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM NASIONAL PADA PESERTA BPJS NON PBI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN MELALUI PENGATURAN APOTEK DAN PRAKTIK APOTEKER

2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

APOTEKER, FKTP DAN ERA JKN. Oleh Helen Widaya, S.Farm, Apt

BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

PEMANFAATAN DANA KAPITASI UNTUK PENINGKATAN KINERJA PUSKESMAS

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Hasil. Riset Implementasi JKN pada Pelayanan Primer Siklus 1. Konas IAKMI, 3-5 November 2016

Transkripsi:

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015

I II III IV. V PENDAHULUAN BERBAGAI DASAR HUKUM PELAYANAN KEFARMASIAN DI ERA JKN BEBERAPA ISI DASAR HUKUM HARAPAN

JAMINAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah JAMINAN KESEHATAN DISELENGGARAKAN SECARA NASIONAL BERDASARKAN PRINSIP ASURANSI SOSIAL DAN EKUITAS (PASAL 19, UU NO 40 TAHUN 2004)

DASAR HUKUM / REGULASI TERKAIT UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 111 Tahun 2013 Perpres No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah Kepmenkes No. 189 Tahun 2006 tentang Kebijakan Obat Nasional Permenkes No. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional Permenkes No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

DASAR HUKUM / REGULASI TERKAIT Permenkes No. 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah (Dalam proses revisi) Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Permenkes No. 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue) Kepmenkes No. HK.02.02/Menkes/223/2014 tentang Harga Obat Sitostatika Permenkes No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Kepmenkes No. HK.02.02/Menkes/372/2015 tentang Harga Dasar Obat Program Rujuk Balik, Penyakit Kronis dan Sitostatika

MANFAAT JAMINAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA : PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP, TERMASUK PELAYANAN OBAT DAN BMHP Rehabilitatif Obat dan BMHP DAFTAR DAN HARGA OBAT YANG DIJAMIN BPJS, DITETAPKAN OLEH MENTERI (UU SJSN PS 25, PERPRES JAMKES PS 32) Kuratif Preventif Promotif AKSESIBILITAS KETERJANGKAUAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN OBAT 1. KETERSEDIAAN 2. KETERJANGKAUAN 3. PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL 4. KESELAMATAN PASIEN ALAT KESEHATAN 1. KETERSEDIAAN 2. PENILAIAN KEBUTUHAN 3. JAMINAN KEAMANAN, KUALITAS DAN EFIKASI ALKES 4. KESELAMATAN PASIEN PELAYANAN KESEHATAN YANG BERMUTU DAN KOMREHENSIF 7

UPAYA KETERSEDIAAN OBAT DI ERA JKN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER OBAT SEBAGAI BAGIAN DANA KAPITASI - PPK (155 peny) - Promotif, preventif PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN OBAT MENJADI BAGIAN DARI PAKET INA CBG S TANTANGAN PELAYANAN RUJUK BALIK MEKANISME PELAYANAN TERSENDIRI, TERPISAH DARI KAPITASI Apoteker mampu melakukan pelayanan kefarmasian, termasuk upaya promotif preventif pelayanan kesehatan Apoteker mampu melakukan pengelolaan dan pelayanan obat dan alat kesehatan yang cost effective dan efisien serta melakukan pelayanan kefarmasian sesuai standar. DUKUNGAN PERAN IKATAN APOTEKER INDONESIA DALAM MEMBINA ANGGOTANYA

MANFAAT OBAT DALAM JKN Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Jaminan Kesehatan Promotif Preventif Daftar dan harga obat yang dijamin BPJS, ditetapkan oleh Menteri Kuratif Obat dan BMHP Rehabilitatif KETERSEDIAAN KETERJANGKAUAN (UU SJSN ps 25, Perpres Jamkes ps 32) JAMINAN KEAMANAN, MUTU & MANFAAT POR KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA

Pelayanan Kefarmasian di FKTP dan FKRTL FKTP Pengelolaan obat dan BMHP Pelayanan farmasi klinik : Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, Pemberian Informasi Obat Pelayanan Informasi Obat Konseling Ronde/Visite (khusus pasien rawat inap) Pemantauan dan pelaporan efek samping obat Pemantauan terapi obat Evaluasi Penggunaan Obat FKRTL Pengelolaan obat dan BMHP Pelayanan farmasi klinik Pengkajian dan pelayanan resep Penelusuran riwayat penggunaan obat Rekonsiliasi obat Pelayanan informasi obat Konseling Visite Pemantauan Terapi Obat Monitoring Efek Samping Obat Evaluasi Penggunaan obat Dispensing Sediaan Steril Pemantauan Kadar Obat dalam Darah Permenkes No. 30/2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dan Permenkes No.58/2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

UU 36 / 2009 : KESEHATAN PASAL 36 Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan perbekes terutama obat esensial PASAL 40 Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat esensial yang harus tersedia serta menjamin ketersediaannya PASAL 41 Ayat 1 Pemerintah daerah berwenang merencanakan kebutuhan perbekes sesuai dengan kebutuhan daerahnya

UU 40 / 2004 : SJSN Pasal 22 Manfaat Jaminan Kesehatan meliputi : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan BMHP yg diperlukan Pasal 23 Manfaat jamkes diberikan di Faskes pemerintah dan swasta yang bekerjasama dg BPJS Penjelasan ps 23 : Faskes meliputi RS, dokter praktek, klinik, laboratorium, Apotek, dan faskes lainnya Pasal 25 Daftar dan harga tertinggi obat dan BMHP yang dijamin oleh BPJS ditetapkan sesuai ketentuan per-uu

Perpres No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah Dana kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. (Pasal 12) Dana kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar di muka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. (Pasal 1) Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan meliputi biaya obat, alat kesehatan, BMHP dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. (Pasal 12)

Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 111 Tahun 2013 Pelayanan kesehatan yang dijamin yaitu pelayanan obat dan bahan medis habis pakai. (Pasal 22) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai untuk Peserta Jaminan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan berpedoman pada daftar dan harga obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri. (Pasal 32) Daftar dan harga obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dituangkan dalam Formularium Nasional dan Kompendium Alat Kesehatan.

Kepmenkes No. 189 Tahun 2006 tentang Kebijakan Obat Nasional Kebijakan Obat Nasional agar digunakan sebagai pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam rangka ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan. (Diktum Ketiga) Untuk menjamin obat yang memenuhi persyaratan harus memenuhi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

Kebijakan Obat Nasional* TUJUAN : Pemerintah menjamin 1. Ketersediaan, pemerataan & keterjangkauan obat, termasuk obat esensial 2. Menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat yang beredar serta melindungi masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat *SK Menkes No. 189/Menkes/SK/III/2006 3. Penggunaan Obat yang Rasional

Permenkes No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker di instalasi farmasi klinik pratama/ruang farmasi di Puskesmas/apotek. Dalam hal di Puskesmas belum memiliki apoteker maka pelayanan obat dapat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan apoteker dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKRTL dilakukan oleh apoteker di instalasi farmasi rumah sakit/klinik utama /apotek Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatmengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas danharga obat yang tercantum dalam e- katalog obat. Pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing berdasarkan e-katalog atau bila terdapat kendala operasional dapat dilakukan secara manual.

Lanjutan... Permenkes No. 28 Tahun 2014 Dalam hal jenis obat tidak tersedia di dalam Formularium Nasional dan harganya tidak terdapat dalam e-katalog, maka pengadaannya dapat menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Perpres No 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). (Lampiran BAB IV Pelayanan Kesehatan) Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKTP dapat digunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam kapitasi. (Lampiran BAB IV Pelayanan Kesehatan) Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKRTL hanya dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta. (Lampiran BAB IV Pelayanan Kesehatan)

Permenkes No. 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah (proses revisi) Penggunaan dana kapitasi JKN untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional bagi FKTP milik pemerintah daerah yang belum menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK- BLUD). (Pasal 2) Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional dimanfaatkan untuk obat, alat kesehatan, dan BMHP serta kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya. (Pasal 5 ayat (1)) Pengadaan obat, alat kesehatan, dan BMHP dengan mempertimbangkan ketersediaan obat, alat kesehatan dan BMHP yang dialokasikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. (Pasal 5 ayat (2))

Permenkes No. 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue) Pengaturan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue) bertujuan untuk menjamin transparansi/keterbukaan, efektifitas dan efisiensi proses pengadaan obat dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. (Pasal 2) Seluruh Satuan Kerja di bidang kesehatan baik Pusat maupun Daerah dan FKTP atau FKRTL Pemerintah melaksanakan pengadaanobat melalui E- Purchasing berdasarkan Katalog Elektronik (ECatalogue) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 3) FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dapat melaksanakan pengadaan obat berdasarkan KatalogElektronik (E-Catalogue). (Pasal 3)

Permenkes No. 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue) Dalam hal pengadaan obat melalui E-Purchasing berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue) smengalami kendala operasional dalam aplikasi (offline), pembelian dapat dilaksanakan secara manual. (Pasal 4) Pembelian secara manual dilaksanakan secara langsung kepada Industri Farmasi yang tercantum dalam Katalog Elektronik (E-Catalogue). (Pasal 4) PBF yang ditunjuk oleh Industri Farmasi yang tercantum dalam Katalog Elektronik (E-Catalogue) wajib memenuhi permintaan obat dari FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam rangka pengadaan obat. (Pasal 5) Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak terdapat dalam katalog elektronik (ekatalogue) obat, proses pengadaan dapat mengikuti metode lainnya, sebagaimana diatur dalam Perpres no 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang / jasa pemerintah, sebagaimana telah diubah dengan Perpres no 70 tahun 2012.

Kepmenkes No. HK.02.02/Menkes/223/2014 tentang Harga Obat Sitostatika Bahwa dalam rangka menjamin ketersediaan obat sitostatik untuk Peserta Jaminan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan perlu disusun skema dan harga obat sitostatika. Harga Obat Sitostatika adalah harga obat per satuan terkecil, termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dengan franko Kabupaten/Kota, merupakan harga untuk pengadaan oleh satuan kerja bidang kesehatan baik di Pusat maupun daerah dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. (Diktum Kedua) Pengadaan Obat Sitostatika dilaksanakan dengan prinsip risk sharing dan efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan. (Diktum Ketiga)

Kepmenkes No. HK.02.02/Menkes/223/2014 tentang Harga Obat Sitostatika Bahwa untuk medukung penyelenggaraan JKN perlu ditetapkan Harga Dasar Obat Rujuk Balik, Penyakit Kronis dan Sitostatika yang belum tercantum dalam sistem Katalog Elektronik (E-Catalogue). Harga dasar obat digunakan sebagai harga dasar bagi fasilitas kesehatan untuk pengajuan claim biaya obat program rujuk balik, penyakit kronis dan sitostatika kepada BPJS Kesehatan. Apabila nama obat dan kemasan untuk program rujuk balik, penyakit kronis dan sitostatika telah tercantum dalam Katalog Elektronik (E-Catalogue), maka nama obat dan kemasan dalam Lampiran Kepmenkes ini dinyatakan tidak berlaku.

HARAPAN Pelaksanaan program JKN diharapkan dapat lebih baik bila didukung oleh regulasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta disosialisasikan secara terus menerus kepada Fasyankes, Perguruan Tinggi serta masyarakat luas

TERIMA KASIH JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Untuk Indonesia yang lebih sehat