Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Servisitis Pada Wanita Pekerja Seksual Langsung di Lokalisasi Gondanglegi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN SERVISITIS PADA WANITA PEKERJA SEKS (WPS) DI LOKALISASI SUNAN KUNING KOTA SEMARANG TAHUN

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers

Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU MEMAKAI KONDOM UNTUK MENCEGAH IMS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

NASKAH PUBLIKASI DISKA ASTARINI I

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

PERILAKU WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) DALAM MELAKUKAN SKRINING INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI LOKALISASI TEGAL PANAS KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

SIKAP DENGAN PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK BUAH KAPAL (ABK) DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA PROBOLINGGO

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

UNIVERSITAS UDAYANA PEMANFAATAN MODEL REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS FAKTOR DETERMINAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA PEKERJA SEKS PEREMPUAN DI

Hubungan Pengetahuan Pengguna Jasa Female Condom Di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Dengan Perilaku Pemakaian Tegal Panas Kabupaten Semarang

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN PENGOBATAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS.

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti **

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

ABSTRAK. Stephanie Amelinda Susanto, 2011, Pembimbing I: Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes., Pembimbing II: Donny Pangemanan, drg, SKM

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

SKRIPSI. Oleh : RUDI CHANDRA NIM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA/ MAHASISWI TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO IMS PADA WARIA BINAAN PONDOK PESANTREN (PONPES) WARIA SENIN- KAMIS YOGYAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

Oleh Yulia Yekti Subekti S

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN IMS PADA WPS DI LOKALISASI DJOKO TINGKIR SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

FAKTOR DETERMINAN KELUHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA PEKERJA SEKS PEREMPUAN DI KECAMATAN TABANAN TAHUN 2012

Maria Ratna Pertiwi Arie Wuryanto, SKM, M.Kes Lisa Dwi Astuti, SST, M.Keb. Abstract

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PEMERIKSAAN WPS DENGAN KEJADIAN IMS DI KLINIK IMS TUNJUNG BIRU TAHUN 2015

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Kata kunci : Infeksi Menular Seksual, Resosialisasi Argorejo Pustaka : 28 buah ( )

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Nizaar Ferdian *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Koresponden :

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

Transkripsi:

1 Faktor-faktor ng Berpengaruh Terhadap Servisitis Pada Wanita Pekerja Seksual Langsung di Lokalisasi Gondanglegi ABSTRAK Uswatun Khasanah*, Anis Nurlaili*, Muhammad Mukhlas* *Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan, Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Surabaya e-mail : yusa_0510@yahoo.com Cervicitis is an inflammatory disease of the uterine cervix, which is generally a manifestation of sexually transmitted infections. Insidence of servicitis on direct sex workers in the Gondanglegi highest than other brothels. This study aims to determine the factors that influence the incidence of cervicitis in female sex workers in the brothels Gondanglegi in April 201. Dependent variable is the incidence of the servicitis and independent variable are consistenc y condom use at last week with clients, consistency condom use at last week with her lover, vaginal douching, and the number of clients. Design research uses cross-sectional study design with a total sample of 69 respondents, through interviews and secondary data of medical records. The results of logistic regression test showed only vaginal douche behaviors that have a significant relationship with the incidence of servicitis in direct female sex workers in the brothels Gondanglegi in April 201, with p value 0.033, OR 0.109 (95% CI,0012-0828). Conclusion of the study, only vaginal douching had a relationship with the incidence of cervicitis.suggestions for further research about the access condom and the cervicitis knowledge in female sex workers. Key words : cervicitis, female sex workes, condom, vaginal douching PENDAHULUAN Infeksi Menular Seksual (IMS) masih menjadi masalah kesehatan karena dampak kesehatan yang ditimbulkannya. Di negara- negara berkembang, peringkat kasus IMS dan komplikasi yang ditimbulkannya, berada di peringkat lima (WHO, 2013). Upaya pengendalian IMS menjadikan sangat penting dalam kaitannya dengan program pengendalian HIV/AIDS, karena keberadaan IMS meningkatkan resiko penularan HIV (Kementerian Kesehatan RI, 2010). HIV/AIDS telah menjadi masalah kesehatan baik di tingkat global ataupun regional. Wanita Pekerja Seksual (WPS) merupakan populasi rawan penularan HIV- AIDS. Data baik di tingkat regional maupun lokal menunjukkan prevalensi kejadian HIV/AIDS dan infeksi menular seksual yang cukup tinggi. Merujuk pada data laporan bulanan Dinas Kesehatan Kab. Malang tahun 2012-2013, penemuan kasus IMS masih cukup tinggi jika dibandingkan penemuan

2 total kasus (ISR dan IMS). Pada tahun 2012 dari 108 kasus yang ditemukan sejumlah 70.2% (1039) merupakan IMS. Sedangkan tahun 2013 dari 1128 kasus yang ditemukan sejumlah 66.8 % (75) merupakan IMS. Dari data tersebut juga didapatkan fakta bahwa kasus servisitis masih mendominasi penemuan kasus kasus IMS yaitu 89.51 % pada tahun 2012, dan 92.% tahun 2013 (Dinas Kesehatan Kab Malang, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian servisitis pada wanita pekerja seks langsung di Lokalisasi Gondanglegi. BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian ini termasuk dalam analitik dengan metode potong lintang atau cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua WPSL yang bekerja di Lokalisasi Gondanglegi Wetan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu Pengalaman sebagai WPSL dilokalisasi Gondanglegi minimal 3 bulan dan sudah dilakukan skrening minimal 1 kali. Sampel diambil secara non probality sampling dengan metode sampling jenuh. Variabel Bebas (independent) pada penelitian ini adalah pemakaian kondom 1 minggu terakhir dengan pelanggan, pemakaian kondom 1 minggu terakhir dengan pacar atau pasangan tetap, cuci vagina, jumlah pelanggan. Sedangkan Variabel Terikat (dependent) adalah kejadian servisitis. Data dikumpulkan menggunakan metode observasi dan pelaporan terkait program pengendalian HIV/AIDS dan IMS, kartu pasien, rekam medis pasien dan lain-lain, serta wawancara terstruktur dengan responden. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis univariate yang dilakukan terhadap satu variabel dengan persentase. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariate menggunakan uji Chi Square dan multivariate menggunakan regresi regresi logistik. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gondanglegi tanggal 17 April 201 sampai dengan 17 Mei 201. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi frekwensi penyakit pada responden: Tabel 1 Distribusi hasil diagnosis pemeriksaan klinik Diagnosa Frekuensi % BV 5.8 Servisitis 6 8.7 Servisitis dan BV 1 20.3 Servisitis,BV,tumbuhan genital 1 1. Servisitis, tumbuhan genital 1 1. Tidak sakit 3 62.3 Total 69 100.0 Sumber: data sekunder, April 201

3 2. Distribusi frekuensi karakteristik penderita servisitis: Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik penderita servisitis No Karakteristik F % 1. Berdasarkan usia a. 21-2 b. 25-28 c. 29-32 d. 33-36 e. 37-0 f. 1- g. 5-9 2. Berdasarkan pendidikan a. SD b. SMP c. SMA 3. Status perkawinan a. Belum kawin b. Kawin c. Cerai hidup d. Cerai mati Sumber : data sekunder, April 201 5 2 3 0 15 3 2 7 12 1 22.73 0.09 13.6 0.00 68.18 13.6 9.09 31.82 5.55.55 Dari tabel 1 dan 2 didapatkan gambaran bahwa kejadian servisitis mendominasi dari total penemuan kasus IMS (servistis, tumbuhan genital) dan ISR (bakterial vaginosis), terbanyak diderita oleh WPSL usia 25-36 tahun, tingkat pendidikan SD dan WPSL dengan status perkawinan cerai hidup. 3. Hubungan Konsistensi pemakaian kondom 1 minggu terakhir WPSL dengan pelanggan terhadap kejadian servisitis. Tabel 3 Cross tabulasi antara konsistensi pemakaian kondom 1 minggu terakhir WPSL dengan pelanggan terhadap kejadian servisitis Konsistensi Kejadian servicitis pemakaian Tidak kondom n % n % Tidak 36 76.60 20 90.91 konsisten 0.2 Konsisten 11 23.0 2 9.09

. Hubungan konsistensi pemakaian kondom 1 minggu terakhir WPSL dengan pacar terhadap kejadian servisitis. Tabel Cross tabulasi antara konsistensi pemakaian kondom 1 minggu terakhir WPSL dengan pacar terhadap kejadian servisitis Konsistensi Kejadian servicitis pemakaian Tidak kondom n % n % Tidak 8 80 6 85.71 konsisten 1.00 Konsisten 2 20 1 1.29 Berdasarkan tabel 3 dan dapat disimpulkan bahwa kejadian cervicitis menurun pada WPSL yang konsisten menggunakan kondom. Namun demikian data tersebut juga sekaligus menunjukkan rendahnya tingkat negoisasi WPSL untuk menekan pemakaian kondom pada pelanggan maupun pacar. Kondom memberikan perlindungan yang efektif terhadap sebagian besar infeksi menular seksual serius dengan mencegah pertukaran cairan tubuh. Cairan tersebut berupa semen, cairan kelamin, atau sekresi menular adalah rute utama penularan, sementara kondom lateks mungkin tidak sepenuhnya mencegah kontak kulit ke kulit. Agar efektif, kondom harus digunakan secara konsisten dan benar, memakai sebelum kontak kelamin, dan digunakan di seluruh daerah kontak (Planned Parenthood Federation of America, 2011). Kondom efektif karena mereka memblokir kontak dengan cairan tubuh yang menyebabkan kehamilan dan infeksi menular seksual. Kebanyakan laporan dari kegagalan kondom adalah hasil dari penggunaan yang tidak konsisten atau tidak benar, bukan pecah. Di Amerika Serikat, tingkat kerusakan yang sebenarnya rendah yaitu dua per 100 kondom (Planned Parenthood Federation of America, 2011). Penggunaan kondom latex telah menjadi salah satu strategi utama dalam upaya pengendalian penyakit HIV/AIDS dan IMS. Berbagi studi penelitian menunjukkan adanya korelasi signifikan dari promosi kondom terhadap penurunan insiden penyakit infeksi menular seksual. Berbagai studi menunjukkan bahwa penggunaan kondom secara konsisten mempunyai pengaruh signifikan terhadap penurunan resiko bahkan insiden dari penyakit infeksi seksual menular tersebut.

5 5. Hubungan perilaku cuci vagina WPSL terhadap kejadian servisitis. Tabel 5 Hasil uji hubungan perilaku cuci vagina WPSL terhadap kejadian servisitis. Kejadian servicitis Cuci Tidak vagina n % n % Cuci vagina 32 68.09 21 95.5 Tidak 15 31.91 1.55 0.012 pernah Hasil uji Chi Square didapatkan 0.012 (p<0.05) yang menyatakan hubungan yang bermakna antara perilaku cuci vagina terhadap kejadian servisitis. Perilaku cuci vagina menyebabkan gangguan pada flora normal vagina lactobacilli yang menghasilkan Hydrogen Peroxide (H2O2) yang memegang peranan penting dalam perlindungan terhadap bacteri pathogen dalam vagina (Aral and Douglas, 2007: 311). Disamping itu cuci merupakan etiologi non infeksi penyebab servisitis. 6. Hubungan jumlah pelanggan WPSL terhadap kejadian servisitis Tabel 6 Hasil hubungan jumlah pelanggan WPSL terhadap kejadian servisitis Kejadian servicitis Jumlah Tidak pelanggan n % n % 1-12 25.53 0.5 > 35 7.7 8 81.82 Berdasarkan nilai yang diperoleh = 0,5 (p>0.05), menyatakan tidak hubungan yang bermakna antara jumlah pelanggan dengan kejadian servisitis. Hal yang menjelaskan tidak ada hubungan antara kondom dengan jumlah pelanggan dimungkinkan adanya gap jumlah pelanggan antar responden yang terlalu terlalu jauh dimana terdapat WPSL yang hanya memiliki 1 pelanggan perminggu dan ada yg memiliki 0 pelanggan perminggu, disamping hal tersebut perilaku cuci vagina pada pelanggan yang mempunyai pelanggan banyak mempunyai kecederungan untuk cuci vagina. Berdasarkan hasil uji multivariat didapatkan hasil perilaku cuci vagina yang mempunyai hubungan dengan kejadian servisitis dengan 0.033 ( p<0.05), Odds Ratio 0.102 dengan interval kepercayaan 95% Hubungan cuci vagina dan kejadian servisitis dijelaskan dengan teori dari

6 Ollendrof (2010) dan Marazzo (2007), yang menyatakan bahwa penyebab servisitis pada umumnya disebabkan oleh penyebab infeksi yang sebagian besar jenis IMS, tetapi juga dapat disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti iritan bahan kimia pada cuci vagina. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil uji multivariat faktor terhadap kejadian Servisitis diperoleh hasil hanya perilaku cuci vagina yang mempunyai hubungan signifikan, dengan 0.033 (p<0.05) dengan OR 0.102, interval kepercayaan 95% (0.012-0.828). Disarankan pada WPSL untuk lebih meningkatkan konsistensi pemakaian kondom baik dengan pelanggan maupun pacar dengan meningkatkan upaya intervensi perubahan perilaku dengan bekerja sama dengan pengurus lokalisasi untuk menerapkan aturan dan sangsi lokal berkaitan dengan pemakaian kondom. DAFTAR PUSTAKA Budiman Chandra., 2009., Metodologi Penelitian Kesehatan., EGC, Jakarta Ditjen PP dan PL., 2013., Laporan Perkembangan Kasus HIV & AIDS Triwulan 1 tahun2013, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, (online), (http://www.aidsindonesia.or.id/ ck_uploads/files/laporan%20h IV%20AIDS%20TW%201%20 2013%2 0FINAL.pdf) diakses tanggal 29 September 2013 Flora K Tanujaya, et all., 2005., Prevalence Of Sexually Transmitted Infections And Sexual Risk Behavior Among Female Sex Workers In Nine Provinces In Indonesia 2005., Southeast Asian J Trop Med Public Health Jordan and Singer., 2006., The Cervix Second Edition., Blackwell Publishing Ltd, Cambridge. Kementerian Kesehatan RI., 2009., Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi Hiv 2009., Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jakarta. Kementerian Kesehatan RI., 2010., Pedoman Nasional Manajemen Program HIV dan AIDS., Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI., 2011., Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI,.Jakarta Kementerian Kesehatan RI, 2013, MODUL Pelatihan Monitoring Dan Evaluasi Program Pengendalian HIV- AIDS Dan IMS, Ditjen PP dan PL, Jakarta Rochelle, et all, 2011., Prostitution in Indonesia, dalam Global Perspectives on prostitution and

7 sex trafficking., Lexington Books Dinkes Kab Malang., 2013, Laporan Bulanan P2HIV AIDS Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. Long,Sarah S, et.all., 2012., Principles and Practice Of Pediatric Infectious Disease Ed Ebook ISBN 97813772059., Elsevier Saunder, Elsevier Inc p 361-36 Marazzo, et all., 2007., The Practisioner Handbook of the Management Of STD s, ed., University Of Washington, Seattle, Washington, USA, Muragury., 2010., National Guidelines For HIV/STI Program for Sex Workers., Ministery of Public Health and Sanitation Kenya. Nursalam., 2008., Konsep dan Metodologi Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Keperawatan edisi2,j, Penerbit Salemba Medika, Jakarta Planned Parenthood Federation of America., 2011., The Truth About Condoms, (online), (http://www.plannedparentho od.org/files/ppfa/ truth_ about_condoms.pdf, diunduh tanggal 20 Februari 2013) Salhan., 2011., Texbook of Gynecolog.y, penerbit Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi Sunaryo., 200., Psikologi untuk Keperawatan., EGC, Jakarta Sten H. Vermund, et all., 2009., Risk Factor for Sexually Transmitted Infections, The Female Patient vol 3 july 2009., (online) http://www.jfponline.com/filead min/qhi_archive/articlepdf/tf P/03 070037.pdf, diakses tanggal 5 Maret 201) UNAIDS and WHO., 2012., Strategies and laboratory methods for strengthening surveillance of sexually transmitted infections 2012., World Health Organization WHO., 2013., Baseline report on global sexually transmitted infection surveillance 2012, New York