PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Oleh : SURADI. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

Pemutusan Hubungan Kerja

PENSION & EXIT SYSTEM. Prodi Administrasi Bisnis

PSIKOLOGI SUMBER DAYA MANUSIA SESI: X HR SEPARATION. Pengertian Alasan Proses Undang-undang

FAKULTAS ILMU ADMINSTRASI PROGRAM STUDI ILMU ADMINSTRASI BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Alasan 08/01/2015. Disajikan oleh: Nur Hasanah, SE, MSc. Undangundang. Keinginan karyawan. Keinginan perusahaan. Kontrak kerja berakhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PERJANJIAN KERJA

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

STANDARISASI PEMUTUSAN

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERHENTIAN PEGAWAI

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI ii. KATA PENGANTAR.i

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

Dana Pensiun (Pension Fund)

Sekilas tentang Dana Pensiun

PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan

Peraturan Perusahaan

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MARWAN ARHAS. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERHENTIAN PEGAWAI

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini peranan sumber daya manusia dalam proses produksi

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pengamatan dan analisis mengenai Sistem Pemutusan

Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan MAKNA PHK BAGI PEKERJA

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

II. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

HUKUM KETENAGAKERJAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

Meminimalkan Konflik dalam PHK

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan atau yang juga sering disebut dengan buruh merupakan elemen penting

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-368/KM.5/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hakikat manusia tidak hanya sebagai makhluk individu melainkan juga

BAB 2 LANDASAN TEORI

PP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi karyawan suatu perusahaan. Sedangkan siklus kehidupan manusia di

CRITICAL APPRAISAL HUKUM KETANAGAKERJAAN. Kajian Hukum Terhadap Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Secara Sepihak Pada Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bismillahirrohmaanirrohim

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

HUBUNGAN INDUSTRIAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PEMBAHASAN. Pemutusan Hubungan Kerja

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

PERJANJIAN KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA/PERBURUHAN

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG

* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Oleh : SURADI Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA ABSTRAK Dalam suatu kasus diberbagai negara banyak terjadi pemutusan hubungan kerja tergadap karyawan atau pegawai. Pemberhentian personil atau pegawai, berarti lepasnya hubungan kerja secara resmi dari kesatuan atau organisasi di mana mereka bekerja. Lepasnya hubungan kerja ini dikenal dengan istilah PHK (Pemutusan Hubungan kerja).pemutusan hubungan kerja dapat mengandung pengertian positif, namun dapat pula bersifat negatif. Bersifat positif artinya pemberhentian kerja dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku secara wajar, sedangkan bersifat negatif artinya proses pemberhentian dilaksanakan tidak wajar seperti pemecatan, diberhentikan secara tidak hormat dan sebagainya.pemutusan hubungan kerja tidak gampang dan perlu memperhatikan faktor manusia dan kemanusiaan. Kata kunci : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) A. PENDAHULUAN Setelah berbicara bagaimana perencanaan dan pengembangan pegawai, yang merupakan sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan, juga bagai mana penilaian prestasi kerja, kompensasi, motivasi, dan sebagainya. Maka sampailah pada masalah Pemberhentian atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pemutusan Hubungan kerja dapat bersifat positif maupun negatif. Pengambilan keputusan PHK ini dapat terjadi dari pihak pengelola organisasi atau perusahaan dan dapat pula terjadi atau keinginan individual karyawan, namun hal ini tidak boleh dilakukan sewenang wenang. Setiap Pemutusan Hubungan kerja harus mendasarkan pada ketentuan atau aturan yang berlaku. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk suatu Pemutusan Hubungan Kerja setidak tidaknya meliputi hal hal sebagai berikut : a. Tenggang waktu pemberhentian. 10

b. Izin dan soal pemberhentian. c. Alasan pemberhentian. d. Pemberian pesangon, uang jasa atau ganti rugi (manullang :1982, 130 142 ). Dari syarat syarat minimal ini, dapatkah disimpulkan bahwa tidak gampang memutuskan hubungan kerja karyawan dalam suatu organisasi perusahaan dan organisasi pada umumnya. Faktor faktor yang tetap dipertimbangkan. B. TENGGANG WAKTU, IZIN DAN SAAT PEMBERHENTIAN 1. TENGGANG WAKTU PEMBERHENTIAN Seorang karyawan tidak boleh diputuskan begitu saja hubungan kerjanya dengan cara mendadak, kecuali kalau ada dasar dasar hukum yang kuat. Misalnya pada masa percobaan atau karena keadaan keadaan mendesak. Pemberhentian personil sebagai mana dimaksudkan, harus diberitahukan paling sedikit satu bulan sebelumnya. Sebaliknya apabila pemberhentian tersebut atas kehendak karyawan sendiri, maka karyawan yang bersangkutan harus pula tidak boleh mengajukan secara mendadak, namun paling sedikit satu bulan sebelumnya harus diajukan kepada pimpinan perusahaan atau organisasi. Tenggan waktu satu bulan tersebut penting, untuk keperluan pertimbangan pertimbangan keputusan pimpinan organisasi, disamping memberikan kesempatan kepada pihak pihak yang bersangkutan untuk menghadapi perubahan atas keadaan tersebut. Di Indonesia, masalah pengaturan tenggang waktu PHK tersebut tertuang dalampasal 1603 i KUHP yang bunyinya...dalam hal menghentikan hubungan kerja 11

harus paling sedikit di indahkan suatu tenggang waktu yang lamanya satu bulan... (Susilo Martoyo : 1994, 190) Perpanjangan perpanjangan waktu tersebut dapat terjadi, apabila hubungan kerja tersebut telah berlangsung cukup waktu. Hal itu di atur pada ayat ke dua pasal 1603 KUHP tersebut diatas. Sesuai dengan ketentuan ayat ke dua tersebut dikatakan bahwa dengan persetujuan tertulis tenggang waktu bagi si buruh dapat diperpanjang paling lama satu bulan, apabila hubungan kerja sudah berlangsung paling sedikit dua tahun terus menerus. Bagi majikan, tenggang waktu dapat diperpanjang berturut turut satu bulan, dua bulan atau tiga bulan, apabila pada waktu pemberhentian hubungan kerja telah berlangsung berturut turut paling sedikit satu tahun, dua tahun dan tiga tahun terus menerus (Manullang : 1982, 131) 2. IZIN DAN SAAT PEMBERHENTIAN. Mengingat pemutusan hubungan kerja tersebut di atas, apabila meluas akan dapat menimbulkan masalah ketenaga kerjaan yang cukup serius dalam masyarakat, maka pada umumnya diatur pula dalam suatu undang undang negara. Dengan adanya undang undang semacam itu, maka kewenang wenangan pemutusan hubungan kerja karyawan tidak terjadi dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan. Itulah sebabnya maka PHK semacam itu harus terlebih dahulu di mintakan izin kepada instansi pemerintahan yang berwenang, atas dasar aturan aturan yang berlaku. Permohonan izin tersebut biasanya tertulis diajukan kepada instalasi pemerintah tersebut. Di Indonesia PHK dengan memperhatikan pasal 1603 h KJHP, dimana ditentukan bahwa saat pelaksanaan PHK hanyalah boleh menjelang hari terakhir dari tiap tipa bulan penanggalan (Manullang : 1982, 131). 12

3. ALASAN PEMBERHENTIAN. Pemutusan hubungan kerja harus dilandasi aturan aturan atau argumentasi yang berlandaskan hukum dan fakta. Menurut Manullang ada 3 sebab utama yang mengakibatkan timbulnya pemberhentian personil dari hubungan kerja yaitu : a. Karena ke inginan perusahaan. b. Karena ke inginan karyawan. c. Karena sebab sebab lain. Ket : a. Keinginan Perusahaan Ada berbagai macam atau jenisnya yaitu : Tidak cakap dalam mata percobaan : Dalam mata percobaan yang waktunya paling lama 3 bulan, seorang karyawan atau pegawai dapat di berhentikan tanpa mempertimbangkan tenggang waktu. Demikian pula perusahaan tidak wajib memberikan ganti rugi, pesangon. Alasan mendesak : Setelah diterima ternyata setelah diteliti surat suratnya palsu atau dipalsukan Tidak mampu melaksanakan pekerjaan Peminum, pemabok atau pembuat onar dalam pekerjaan Melakukan penghinaan, penggelapan, penipuan atau kejahatan yang merugikan perusahaan Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan 13

Kemangkiran dan ketidak cakapan Penahanan karyawan oleh aparat negara Terkena hukuman oleh hakim Sakit yang berkepanjangan Usia lanjut Penentuan badan usaha atau pengurangan tenaga kerja b. Keinginan Karyawan : Pemberhentian hubungan kerja karyawan justru berasak dari keinginan karyawan sendiri, hal ini terdapat berbagai alasan yaitu : Ketidaktepatan pemberian tugas Alasan mendesak seperti : Upah dan gaji tidak diberikan tepat waktu meskipun karyawan bekerja dengan baik Pimpinan organisasi atau perusahaan melalikan kewajiban kewajibannya yang telah disetujui bersama Pekerjaan yang ditugaskan pada karyawan dapat membahayakan keselamatan karyawan Karyawan mendapat perlakuan pimpinannya secara tidak manusiawi atau sadis dsb Menolak pimpinan baru c. sebab sebab lainnya : Karyawan meninggal dunia Habis masa kerjanya sesuai kesepakatan Karena usia pensiun 14

C. UANG PESANGON, UANG JASA DAN UANG GANTI RUGI UANG PESANGON Penerimaan uang pesangon didasarkan pada ketentuan ketentuan yang berlaku. Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa tidak selalu suatu pemberhentian hubungan kerja itu berakhibat adanya pemberian uang pesangon bagi karyawan yang bersangkutan. Menurut Manullang umumnya besarnya pesangon sebagai berikut: 1) Masa kerja sampai 1 tahun, uang pesangonnya adalah 1 bulan upah bruto. 2) Masa kerja sampai 2 tahun adalah 2 bulan upah bruto. 3) Masa kerja 2 sampai 3 tahun adalah 3 bulan upah bruto. 4) Masa kerja 3 tahun dan seterusnya adalah 4 bulan upah bruto. (Manullang : 1982, 145) UANG JASA Tidak setiap pemutusan hubungan kerja berakhibat adanya pemberian uang jasa bagi karyawan yang bersangkutan. Adapun contoh besarnya uang jasa agaknya berbeda dengan uang pesangon. Adapun contoh besarnya uang jasa sebagai berikut : 1) Masa kerja 5 10 tahun adalah satu bulan upah bruto. 2) Masa kerja 10 15 tahun adalah dua bulan upah bruto. 3) Masa kerja 15 20 tahun adalah tiga bulan upah bruto. 4) Masa kerja 20 25 tahun adalah empat bulan upah bruto. 5) Masa kerja 25 tahun ke atas adalah lima bulan upah bruto. UANG GANTI RUGI 15

1) Ganti rugi untuk keperluan istirahat tahunan yang belum diambil. 2) Ganti rugi untuk istirahat panjang bagi karyawan yang belum mengambilnya dan memang halitu berlaku di perusahaan yang bersangkutan. 3) Ganti rugi karena kecelakaan dalam menjalankan tugas, meninggal dunia karena tugas dan lain lain. D. PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI Pemensiunan pegawai negeri (umumnya Pegawai Negeri) berarti pula pemberhentian pegawai negeri namun dengan hak pensiun, tetapi tidak setiap pemberhentian pegawai berarti pemensiunan pegawai. PEMINTA PENSIUN Suatu pensiunan dapat dilaksanakan secara alamiah, artinya normal karena usia pensiun sudah dicapai, tetapi juga dapat karena diminta. Peminta pensiun ini dapat dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan atau perhitungan perhitungan tertentu sesuai persyaratan yang berlaku, dapat juga oleh instansi dimana pegawai yang bersangkutan bekerja. PEMBIAYAAN PENSIUN Suatu masalah penting dalam program pemerintah pegawai ini, adalah pembiayaan pensiun. Darimana diperoleh dana pensiun tersebut? bagi perusahaan yang sudah memprogramkan dana pensiun ada salah satu cara diantara 3 cara pembiayaan pensiun (Manullang J Helaman 161 163) a. Dibiayai oleh Pegawai Dengan sistem menabung, dipotong sekitar % dari upah atau gaji pegawai setiap bulan dan di masukkan kedalam dana jaminan hari tua pegawai 16

b. Dibiayai oleh Perusahaan Dana pensiun diperolrh dari potongan keuntunganperusahaan yang dimasukkan kedalam dana jaminan hari tua c. Dibiayai sesama Kedua Pihak Ini merupakan gabungan dari cara A dan B diatas. PERTIMBANGAN DASAR PENSIUNAN Pada umumnya pegawai (negeri maupun swasta) enggan dipensiun, apalagi kalau posisi mereka menjelang dipensiun cukup baik. Ini berlaku tidak hanya bagi pegawai rendahan menengah maupun tinggi. Rasa Legowo meninggalkan posisi pemula yang cukup menyenagkan, kemudian pensiun, memang sering tidak Smooth sebagaimana seharusnya. Oleh karena itu ada beberapa pertimbangan dasar tersebut adalah : a. Memelihara efisiensi organisasi. b. Membuka kesempatan promosi c. Menepati proses alamiah. E. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DI PERUSAHAAN SWASTA. Kemungkinan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), hal ini terjadi tanpa meminta ijin pada Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4P) atau Panitia Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) apabila memenuhi ketentuan ketentuan sebagai berikut : a. Pekerja dalam masa percobaan. 17

b. Pekerja mengundurkan diri secara tertulis. c. Pekerja telah mencapai usia pensiun. F. DANA PENSIUN UMUM Suatu pemberhentian personil yang disebabkan karena karyawan atau pekerja yang bersangkutan purna tugas, merupakan pemberhentian personil secara terhormat. Ini merupakan cerminan loyalitas pekerja atau karyawan pada tugasnya yang patut mendapatkan bakas jasa yang layak. Balas jasa tersebut antara lain berupa hak mendapatkan pensiun. Sejak tanggal 20 April 1992 Pemerintah telah mengundangkan ketentuan yang berkenaan dengan masalah di perusahaan swasta yaitu UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun. PERTIMBANGAN PEMERINTAH Sejalan dengan hakikat perkembangan nasional yang pada dasrnya dilaksanakan dalam rangka Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya dan Pembangunan Masyarakat Indonesia berdasarkan Falsafah Pancasila dan UUD 1945, memerlukan penghimpunan dan pengelolaan dana, guna memelihara kesinambungan penghasilan pekerja Indonesia pada hari tua ( Susilo Martoyo : 1994, 204) PENGERTIAN DANA PENSIUN Dalam pasal 1 UU No. 11 Tahun 1992, di sebutkan bahwa yang dimaksud Dana Pensiun diatas adalah Badan Hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan mamfaat pensiun. 18

Dengan demikian Dana pensiun merupakan suatu bentuk tabungan masyarakat yang mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang, untuk dinikmati hasilnya setelah pekerja atau karyawan yang bersangkutan purna tugas dengan hak pensiun. JENIS DANA PENSIUN Menurut uu No. 11 Tahun 1992 ada 2 dua jenis Dana Pensiun : a. Dana Pensiun Pemberi Kerja Dibentuk oleh orang atas dasar yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Mamfaat Pasti atau program Pensiun Iuran Pasti bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawan terhadap pemberi kerja. b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Dibentuk oleh Bank atau Perusahaan Asuransi Jiwa untuk menyelengarakan Program Pensiun Iuran Pasti Bagi Perorangan baik bagi karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan Bank atau Perusahaan Ansuransi jiwa yang bersangkutan. Adapun mamfaat pensiun adalah sebagai peserta pasa saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun, yang disusun oleh masing masing pengurus Dana pensiun dari perusahaan yang bersangkutan dengan sepengetahuan pihak Direksinya dan harus mendapatkan pengesahan materai keuangan. ASAS ASAS POKOK Asas asas pokok yang penting dalam proses pebgelolaan suatu Dana Pensiun adalah sebagai berikut : a. Asas Keterpisahan Kekayaan Dana Pensiun 19

Ini berarti bahwa Dana Pensiun harus terpisah dari kekayaan Badan Hukun (perusahaan) pendirinya. Jadi Dana Pensiun memiliki Badan Hukum sendiri. b. Asas Penyelenggaraan Dalam Sistem Pendanaan Ini berarti bahwa penyelenggaraan program Pensiun harus dilakukan dengan pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri, sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta. c. Asas Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan meliputi sistem pendanaanya maupun pelaksanaanya investasi kekayaan Dana Pensiun oleh pengelola Dana pensiun. d. Asas Penundaan Mamfaat Pengertian penundaan mamfaat adalah bahwa pembayaran hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun, yang pembayarannya dilakukan secara berkala. e. Asas Kebebasan Artinya bahwa Undang undang memberikan kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk Dana Pensiun tersebut berdasarkan asas ini, keputusan membentuk Dana Pensiun merupakan prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan mamfaat pensiun bagi karyawannya yang membawa konsekuensi pendanaan. Demikian adanya asas asas ini, diupayakan dengan sungguh sungguh agar para karywan ataupun anggota masyarakat sebagai peserta dana pensiun mampu merencanakan dan mempersiapkan diri menghadapi saat datangnya kejadian yang tidak terelakan, baik karena kematian maupun karena cacat, dengan membentuk atau ikut serta dalam Dana pensiun. G. SIMPULAN 20

Dalam kondisi krisis global saat ini banyak dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para pekerja atau karyawan. Pemutusan Hubungan Kerja berarti lepasnya hubungan kerja secara resmi dari suatu kesatuan atau organisasi dimana mereka bekerja. Pemutusan Hubungan Kerja dapat bersifat positif maupun negatif, dan pemutusan kerja adalah sifatnya alamiah dan pasti terjadi dan tidak dapat terelakan. Namun juga tidak gampang dan perlu memperhatikan faktur manusia dan kemanusiaan. Alasan pemberhentian Kerja karena : keinginan instansi atau perusahaan, keinginan karyawan atau pekerja dan sebab sebab lain. Pemberhentian pegawai atau pekerja dapat terjadi baik di organisasi swasta ataupun pemerintah (dalam hal ini Pegawai Negeri). Sesuai dengan aturan kepegawaiaan yang berlaku. Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja telah diatur pada Dana Pensiun, atau uang pesangon yang besarnya sesuai ketentuan yang berlaku. 21

DAFTAR PUSTAKA Heidjrachman Ranupandojo. 1984. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE. John Soeprihanto. 1984. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE. Keputusan menteri Tenaga Kerja No. 548 / MEN / 84 Tentang Bantuan Tunai untuk Tenaga Kerja Peserta ASTEK yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja. Manullang. 1982. Manajemen Personalia. Jakarta : Shalia Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 04 / MEN / 1986 Tanggal 22 April 1986 Tentang Pemutusan Hubungan Kerja.. Tentang Tata Cara Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Rugi. Susilo Martoyo. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 3. Yogyakarta : BPFE.. 1977. Dasar-dasar Manajemen TNI Angkatan Udara. Jakarta. T. Hani Handoko. 1984. Manajemen. Yogyakarta. BPFE Undang undang No. 11. Tahun 1992. Tentang Dana Pensiun. Undang undang No. 12 Tahun 1964. Tentang Pemutusan Hubungan Kerja diperusahaan swasta dan Lembaga Negara No. 93 Tahun 1964. Undang undang No. 13 Tahun 2003. Tentang Ketenaga kerjaan. 22