Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
128 Universitas Indonesia

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

KAJIAN TERHADAP KELAYAKAN SARANA EMERGENCY EXIT PADA BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN DI YOGYAKARTA

EMERGENCY EXIT SEBAGAI SARANA PENYELAMATAN PENGHUNI PADA BANGUNAN-BANGUNAN SKALA BESAR. Sumardjito 1

EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER )

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN X

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) ABSTRAK

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)

PERSYARATAN BANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUN PUSTAKA

MODEL MANAJEMEN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam

Studi Evaluasi Jalur Evakuasi Terhadap Keselamatan Karyawan Pada Wisma Barito Pasific

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta merupakan kota wisata dan kota pendidikan, d oleh sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Darurat (Emergency) Pada Bangunan Gedung

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

SKRIPSI Sebagian Persyaratan. Oleh FAKULTAS YOGYAKARTA 20111

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAMPIRAN. Proposal Penelitian Studi Evaluasi Jalur Evakuasi Terhadap Keselamatan Karyawan Pada Wisma Barito Pasific

Kata Sambutan Peluncuran situs grahaniaga.co.id Latihan Kebakaran Sosialisasi Panduan Darurat Gempa Bumi K3 Listrik Smoking Room

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

ANALISIS STRUKTUR BANGUNAN YANG DITINJAU DARI TANGGA DARURAT PADA PUSAT PERBELANJAAN MESRA INDAH MALL SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN.

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

PERANCANGAN SARANA PENYELAMAT DIRI DAN KEBUTUHAN APAR PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KONSEP PERANCANGAN MONUMEN GEMPA BANTUL

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

TINJAUAN PENCEGAHAN KEBAKARAN PADA GEDUNG PARKIR DAN HOTEL BTC JL. DR DJUNJUNAN NO

Prosedur Penanggulangan Darurat Kebakaran dan Bencana Alam

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Analisis Kelayakan Fire Safety Management ( FSM ) Pada Bangunan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

Unnes Journal of Public Health

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Lampiran 1 Hasil Penilaian

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 24 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

gedung bioskop berbeda tingkat kerawanannya dibandingkan dengan perumahan. Jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Proyek Konstruksi Menurut Gould (2002), proyek konstruksi juga dapat didefenisikan sebagai

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 204 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang Moch Fathoni Setiawan, Andi Purnomo, Eko Budi Santoso Lab. Struktur dan Teknologi Bangunan, Sains dan Teknologi Bangunan, Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Abstrak Bangunan bangunan di Universitas Negeri Semarang ini beberapa telah dilengkapi dengan tangga darurat, namun pemanfaatannya kurang maksimal. Keamanan dan keselamatan tangga darurat masih jauh dari standar untuk fungsi bangunan gedung kampus. Hal ini terlihat dari tangga darurat yang tekunci atau bahkan digunakan sebagai gudang penimbunan barang yang sudah tidak terpakai, sehingga tidak dapat di akses. Banyaknya gedung baru yang dibangun di kawasan kampus Unnes baik dengan maupun tanpa menyertakan tangga darurat membawa kekhawatiran menyimpang dari aspek keamanan dan keselamatan bangunan dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan kondisi ini, tentu upaya-upaya penyelamatan sedini mungkin perlu dilakukan dengan kegiatan evaluasi terhadap gedung-gedung kampus yang ada saat ini. Tujuan Penelitian adalah: (1) Mengetahui kondisi tangga darurat pada gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang, (2) Mengetahui apakah gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang sudah memenuhi syarat sebagai bangunan yang aman dan nyaman untuk digunakan, (3) Memberikan pemecahan/solusi yang dapat diberikan dalam peningkatan penggunaan tangga darurat gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara studi kasus, yaitu hasil penelitian dijabarkan, dianalisis untuk kemudian ditarik kesimpuannya dalam pemecahannya. Hasil penelitian menemukan adanya kondisi fisik tangga darurat pada gedunggedung tersebut yang kurang memenuhi syarat, perletakan dan kelengkapan tangga daruratnya, antara lain pintu darurat, tinggi pegangan tangga, pengeras suara, dan lampu penerangan belum menenuhi syarat serta petunjuk arah tangga darurat, jumlah APAR dan hidran belum ada pada gedung-gedung di Fakultas Teknik. Kata-kunci : tangga darurat, gedung, standar, evaluasi Pengantar Salah satu persyaratan bahwa suatu bangunan yang mempunyai tingkat okupansi tinggi dianggap aman adalah adanya sarana tangga darurat atau tangga kebakaran yang dapat menjamin adanya kemudahan evakuasi penghuninya apabila terjadi keadaan darurat. Pengertian kemudahan evakuasi disini diartikan dalam pengertian: kecepatan evakuasi, dan keamanan evakuasi. Sarana tangga darurat atau tangga kebakaran yang dapat menjamin kemudahan evakuasi setidaknya akan mengurangi secara signifikan kemungkinan jumlah korban nyawa pengguna gedung apabila terjadi peristiwa darurat, baik yang diakibatkan oleh peristiwa alam maupun oleh perbuatan manusia. Sarana tangga darurat atau tangga kebakaran yang tidak tertata dan terencana dengan baik, atau difungsikan untuk hal-hal lain selain untuk fungsi evakuasi pengguna gedung justru dapat menjadi sarana jebakan maut bagi peggunanya. Salah satu bangunan yang mempunyai tingkat okupansi tinggi dalam kasus ini adalah gedung perkuliahan yang biasanya berupa bangunan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 055

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang bertingkat low and medium rise building (bangunan 3 sd 5 lantai). Dalam kasus ini adalah bangunan perkuliahan di Universitas Negeri Semarang yang umumnya terdiri dari 3 lantai. Bangunan bangunan di Universitas Negeri Semarang ini beberapa telah dilengkapi dengan tangga darurat atau tangga kebakaran, namun pemanfaatannya kurang maksimal. Kenyamanan dan keselamatan tangga darurat atau tangga kebakaran masih jauh dari standar untuk fungsi bangunan gedung kampus. Kebanyakan tangga darurat atau tangga kebakaran tersebut malah tekunci atau bahkan digunakan sebagai gudang penimbunan barang yang sudah tidak terpakai, sehingga tangga darurat menjadi tidak dapat di akses. Hal ini disebabkan karena tangga darurat mempunyai akses langsung dari dalam dan luar gedung, sehingga dari aspek keamanan menjadi rawan akan bahaya perilaku lain seperti pencurian, perampokan, dll. Salah satu bangunan yang mempunyai tingkat okupansi tinggi adalah gedung perkuliahan yang biasanya berupa bangunan bertingkat low and medium rise building (bangunan 3 sd 5 lantai). Bangunan perkuliahan di Universitas Negeri Semarang yang umumnya terdiri dari 3 lantai, sehingga bangunan ini termasuk bangunan yang dipersyaratkan memiliki akses tangga darurat sesuai SNI 03-1735-2000 mengenai tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya ke-bakaran pada bangunan rumah dan gedung dan SNI 03-1736-2000 mengenai tata cara pe-rencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada gedung. Penelitian ini terbatas pada evaluasi tangga darurat di gedung E1, E2, E3, dan E4 Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Yang mana penggunaan tangga darurat sebagai jalur evakuasi masih memiliki beberapa kekurangan, baik dari segi penggunaan, fasilitas, keamanan, maupun perilaku pengguna tangga darurat tersebut. Menurut Purbo (1992), keadaan darurat (emergency) yang menimpa suatu bangunan H 056 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 gedung adalah suatu keadaan yang tidak lazim terjadi, cenderung dapat mencelakakan penghuninya. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh alam (gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir, dll atau oleh masalah teknis dan ulah manusia (kebakaran, runtuhnya gedung akibat kegagalan/kesalahan konstruksi). Dari beberapa kondisi darurat yang disebutkan diatas, yang paling tinggi mendapatkan perhatian karena seringnya terjadi adalah keadaan darurat karena kebakaran, sehingga pemerintah dan para ahli mengeluarkan banyak persyaratan yang berkaitan dengan keamanan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran tersebut. Dalam penanggulangan kebakaran terdapat 3 pokok penanggulangan, yaitu 1. Upaya Pencegahan, 2. Upaya pengatasan dan 3.Upaya penyelamatan terhadap penghuninya. Berkaitan dengan hal tersebut, DPU (Dinas Pekerjaan Umum) menyebutkan bahwa ada 12 jenis emergency exit yang penempatan dan penggunaan sarana penyelamatannya disesuai-kan dengan klasifikasi bangunannya salah satunya ialah tangga darurat. Tangga darurat juga memiliki syarat fisik pintu atau Fire Escape yang harus terpenuhi menurut Juwana (2005) : 1. Pintu harus tahan terhadap api sekurangkurangnya dua jam 2. Pintu harus dilengkapi minimal 3 engsel 3. Pintu harus dilengkapi dengan door closer 4. Pintu harus dilengkapi dengan tuas/ pegangan yang berada disisi luar tangga yang besar, yang disebut dengan : panic bar. 5. Pintu dilengkapi dengan tulisan FIRE ESCAPE,- TANGGA DARURAT TUTUP KEMBALI 6. Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m2 diletakkan pada setengah bagian atas pintu. 7. Pintu harus dicat dengan cat warna merah. Aksesibilitas bangunan terhadap sirkulasi pengguna bangunan harus memiliki hubungan yang baik. Seperti halnya dalam SNI 03-1736 Th 2000, bangunan gedung harus memiliki jarak tempuh

maksimum suatu lintasan exit cross, untuk fungsi bangunan pendidikan berjarak maks. 45 m1. Apabila jalur dilengkapi springkler dan mempunyai 2 arah keluar jarak tempuh menjadi 150%. Serta standar-standar acuan aksesibilitas terhadap tangga darurat. Fasilitas keamanan bahaya kebakaran menurut SNI 03-6571 Th 2001, bangunan yang baik harus mampu bertahan terhadap kebakaran dalam rentan waktu tertentu. Sehingga bencana kebakaran dapat terisolir sementara dan tidak langsung meluas ke tempat lainnya, serta mampu melindungi penggunan gedung lain yang berada pada tempat yang berbeda khususnya para kalangan disabilitas. Aspek aspek kenyamanan dan kemanan tangga darurat juga telah tertuang pada Permen PU No : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. Sehingga pengguna gedung mampu bertahan dalam keadaan sehat saat bangunan terbakar. Menurut Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan (Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000, 2000 : 26), bahwa setiap bangunan harus dilengkapi dengan sarana evakuasi yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman di dalam Tangga Darurat. Metode Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara studi kasus, yaitu hasil penelitian dijabarkan, dianalisis untuk kemudian ditarik kesimpuannya dalam pemecahannya. Penelitian ini dilakukan pada tangga darurat gedung-gedung di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Metode deskriptif dapat menggambarkan tangga darurat yang ada pada gedung-gedung di Moch Fathoni Setiawan Fakultas Teknik dikaitkan dengan peraturan yang berlaku. Dalam penelitian ini diambil beberapa sampel gedung yang ada di Fakultas Teknik, yaitu Gedung E1, E2, E3, dan E4. Metode yang dipakai dalam pelaksanaan pengamatan / observasi mengenai evaluasi tangga darurat di Gedung E1, E2, E3, dan E4 Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang mengenai upaya penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, yaitu: 1. Metode pengamatan (observasi). 2. Dokumentasi. 3. Metode studi literatur Teknik analisis data yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah dengan membandingkan data yang ada di lapangan, yaitu : 1. Jalur Penyelamatan ( Emergency Exit ) 2. Komponen komponen emergency exit. 3. Perletakan emergency exit. 4. FMS (Fire Management System). dengan ketentuan yang terdapat dalam Standar SNI 03-1736 Tahun 2000; Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Gedung dan Lingkungan; Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No:26/PRT/M/2008, Tanggal 30 Desember 2008 Tentang Persyaratan Teknis. Analisis dan Interpretasi Studi dilakukan pada Gedung E1, E2, E3, dan E4 Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Gedung-gedung tersebut berada di Kel. Sekaran, Kec. Gunung Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah. Masing-masing gedung tersebut, memiliki 3 lantai dengan masing-masing lantai bangunan digunakan sebagai berikut: Tabel 1. Lantai Gedung E1, E2, E3, dan E4 Nama Gedung Kegunaan Lantai Bangunan Lantai I Lantai II Lantai III Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 057

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang E1 R. kuliah R. kuliah R. kuliah E2 R. kuliah R. kuliah R. kuliah E3 E4 Laboratoriu m Jurusan T. Sipil Laboratoriu m Jurusan T. Sipil Sumber: Analisis, 2016 Laboratorium T. Sipil dan R. Dosen R. Pengelola, R. Tata Usaha dan R. Dosen Lab.Komputer dan R. kuliah Perpustakaan, Lab. Komputer, R. Seminar Berdasarkan peraturan yang berlaku, maka dalam penyelenggaraan keamanan bangunan khususnya terhadap bahaya kebakaran harus terlaksana dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut, gedung- gedung di Fakultas Teknik diperlukan perlengkapan, instalasi, pengatasan dan media penyelamatan yang cepat dan efisien baik dari dalam maupun luar gedung. Adapun evaluasi masing-masing tangga darurat dapat dilihat sebagai berikut: H 058 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Dari hasil evaluasi pada Tabel-tabel diatas memperlihatkan bahwa tangga darurat pada gedung E1, E2, E3 dan E4 terdapat bagian yang belum memenuhi syarat, yaitu: Lebar tangga, tinggi pijakan, jenis lantai pada Gedung E1 (Tabel 2); Tinggi handrail, jenis lantai pada Gedung E2 (Tabel 3); Tinggi pijakan dan jenis lantai pada Gedung E3 (Tabel 4); serta Tinggi handrail dan jenis lantai pada Gedung E4 (Tabel 5). Masing-masing ukurannya kurang/dibawah Moch Fathoni Setiawan dari standar dan jenis bahan tidak sesuai yang dipersyaratkan sehingga saat hujan turun maka keadaan tangga darurat menjadi licin dan terdapat genangan air karena terkena tempias air hujan Selain keadaan tangga darurat pada tabel diatas, saat, peneliti menemukan bahwa gedunggedung tersebut belum dilengkapi dengan perengkapan tanggap bencana, terutama bencana kebakaran seperti terlihat pada Tabel 6 berikut: Dari Tabel 6 terlihat bahwa pengeras suara, lampu penerangan, APAR, hidran box, penunjuk arah EXIT serta sprinkler belum ada pada semua tangga di Gedung-gedung Fakultas Teknik Uiversitas Negeri Semarang yang diteliti. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik tangga darurat pada gedung- gedung tersebut kurang memenuhi syarat terutama pada standar ukuran dan kelengkapan tangga daruratnya. Penelitian ini hanya dibatasi pada sampel yang telah disebutkan diatas, agar hasilnya lebih baik, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam pada seluruh tangga darurat yang ada di UNNES khususnya dan bangunan pendidikan/milik pemerintah pada umumnya. Mengingat bangunan tersebut adalah bangunan pemerintah yang seharusnya jadi panutan bagi bangunan sejenis, maka dapat disarankan beberapa hal (berlaku juga untuk bangunan non pemerintah): 1. Sebelum mengeluarkan perijinan (Ijin mendirikan bangunan atau IMB), pemerintah harus memeriksa gambar kerja secara seksama terkait dengan keberadaan tangga darurat berikut kelengkapannya dan kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. 2. Perlu pengawasan yang ketat selama pembangunan agar sesuai dengan ijin yang dikeluarkan. Daftar Pustaka Juwana, J.S. (2005). Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga Purbo, Hartono. (1992). Utilitas Bangunan. Jakarta: UI Press. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan. (2000). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. (2008). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan. (2008). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 059

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung. (2000). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1736-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. (2000). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan Terhdap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. (2000). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6571-2001 tentang Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada Bangunan Gedung. (2001). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6573-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Dan Sistem Peringatan Bahaya Pada Bangunan Gedung. (2001). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. H 060 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016