PEMBUATAN SABUN LUNAK DARI MINYAK GORENG BEKAS DITINJAU DARI KINETIKA REAKSI KIMIA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN SABUN PADAT DARI MINYAK GORENG BEKAS DITINJAU DARI KINETIKA REAKSI KIMIA

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN CAIR DARI MINYAK GORENG BEKAS (JELANTAH)

PENGARUH BERBAGAI VARIASI VOLUME MINYAK GORENG BEKAS TERHADAP STANDAR MUTU DETERJEN CUCI CAIR

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS. Korry Novitriani M.Si Iin Intarsih A.Md.Ak. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Scaling Up of Liquid Soap Production from Recycled Frying Oil

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dibuat melalui

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan golongan surfaktan anionik yang dibuat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

A. Sifat Fisik Kimia Produk

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

SABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M )

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

PEMBUATAN SABUN CUCI PIRING CAIR DARI MINYAK

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

PENGARUH WAKTU REAKSI DAN PENAMBAHAN KATALIS PADA PEMBUATAN GLISEROL MONOOLEAT DARI GLISEROL DAN ASAM OLEAT

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN SABUN DARI LIMBAH MINYAK JELANTAH SAWIT DAN EKSTRAKI DAUN SERAI DENGAN METODE SEMI PENDIDIHAN

Daur Ulang Limbah Cair Cpo Menjadi Sabun Cuci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MIE INSTANT UNTUK PROSES PEMBUATAN SABUN MANDI CAIR SKRIPSI MARKAM A SINAGA

Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 3 (September 2017) PEMBUATAN SABUN DENGAN MENGGUNAKAN KULIT BUAH KAPUK (Ceiba petandra) SEBAGAI SUMBER ALKALI

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA. Pembuatan Produk

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA ANALISIS PRODUK SABUN PADAT TRANSPARAN. Tabel 9. Data Analisis Minyak Jelantah

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

OPTIMASI PENCAMPURAN CARBON ACTIVE

PEMANFAATAN KULIT KAPUK SEBAGAI SUMBER BASA DALAM PEMBUATAN SABUN LUNAK TRANSPARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

Penentuan Kesadahan Dalam Air

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

Transkripsi:

PEMBUATAN SABUN LUNAK DARI MINYAK GORENG BEKAS DITINJAU DARI KINETIKA REAKSI KIMIA Phatalina Naomi, Anna M. Lumban Gaol, M. Yusuf Toha Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662 Abstrak Minyak goreng adalah bahan pangan yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Penggunaan minyak goreng secara berkali kali secara ilmiah merupakan perlakuan yang tidak sehat. Konsumsi minyak goreng bekas sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan juga limbah yang dapat mencemari lingkungan, maka dilakukan pemanfaatan minyak goreng bekas dengan cara mengolahnya kembali untuk pembuatan sabun lunak. Sabun lunak adalah reaksi antara lemak dengan KOH yang menghasilkan garam kalium. Sabun lunak dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam KOH sampai terhidrolisis sempurna. Faktor yang mempengaruhi proses saponifikasi, yaitu suhu, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan, konsentrasi basa, dan jumlah basa yang digunakan. Variabel penelitian ini adalah jumlah KOH (15 ml, 20 ml, 25 ml, dan 30 ml) dan waktu pengadukan (30 menit, 40 menit, dan 50 menit) untuk mendapatkan kondisi optimum dan memperoleh data kinetika reaksi dalam pembuatan sabun lunak dari minyak goreng bekas. Sabun lunak terbanyak diperoleh dari penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml dan waktu pengadukan selama 50 menit. Data kinetika reaksi yang didapat adalah k = 1,5506 dan r A = 1,5506 [A] [6,416A] 1,9025 Kata kunci: KOH, kinetika reaksi, minyak goreng bekas, saponifikasi. Abstract Cooking oil is a food ingredient that is used for household needs. The use of cooking oil repeatedly scientifically a treatment that is not healthy. Recognizing the dangers of used cooking oil consumption causes various diseases and also the waste that can pollute the environment, then made use of used cooking oil with how to process returned to the manufacture of soft soap. Soft soap is the reaction between fats with KOH resulting potassium salt. The saponification process was produced soft soap using hydrolysis of fats into fatty acids and glycerol in the KOH to hydrolyze perfect. Factors affecting the process of saponification, i.e. temperature, stirring speed, stirring time, alkali concentration, and the amount of base used. The variables of this study is the amount of KOH (15 ml, 20 ml, 25 ml and 30 ml) and stirring time (30 minutes, 40 minutes, and 50 minutes) to obtain optimum conditions and obtained the data of reaction kinetics in the manufacture of soft soap used cooking oil. Most soft soap obtained from the addition of KOH and a total of 30 ml stirring for 50 min. The reaction kinetics data k = 1.5506 and ( r A ) = 1.5506 [A] [6,416A] 1.9025 Keywords: KOH, reaction kinetics, saponification, used cooking oil. Page 42 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

1. PENDAHULUAN Minyak goreng memegang peranan yang sangat penting dalam pengolahan produk pangan. Hal ini mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat dari tahun ke tahun. Konsumen minyak goreng terbesar adalah industri makanan, restoran, dan hotel. Setelah digunakan berulangulang selanjutnya minyak goreng tersebut menjadi minyak goreng bekas. Sebenarnya minyak goreng bekas tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali setelah dilakukan proses pemurnian ulang (reprosesing), namun karena keamanan pangan mengkonsumsi minyak goreng hasil reprosesing masih menjadi perdebatan sengit akibat adanya dugaan senyawa akrolein yang bisa menyebabkan keracunan bagi manusia, maka alternatif lainnya adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan baku industri non pangan seperti sabun lunak. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan abun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola. Minyak goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit.minyak kelapa dapat digunakan untuk menggoreng karena struktur minyaknya yang memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya stabil.selain itu pada minyak kelapa terdapat asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh.asam lemak tersebut adalah asam palmitat, stearat, oleat, dan linoleat. Minyak Goreng Bekas Minyak goreng bekas atau yang biasa disebut dengan minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya. Sehubungan dengan banyaknya minyak goreng bekas dari sisa industri maupun rumah tangga dalam jumlah tinggi dan menyadari adanya bahaya konsumsi minyak goreng bekas, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memanfaatkan minyak goreng bekas tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Pemanfaatan minyak goreng bekas ini dapat dilakukan pemurnian agar dapat digunakan kembali sebagai media penggorengan atau digunakan sebagai bahan baku produk berbasis minyak seperti sabun (Susinggih, dkk, 2005). Pemurnian Minyak Goreng Bekas Pemurnian merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan minyak goreng bekas, yang hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng kembali atau sebagai bahan baku produk untuk pembuatan sabun cair. Tujuan utama pemurnian minyak goreng ini adalah menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang kurang menarik dan memperpanjang daya simpan sebelum digunakan kembali (Susinggih, dkk, 2005). Pemurnian minyak goreng bekas ini meliputi 3 tahap proses, yaitu : 1. Penghilangan bumbu (despicing) 2. Netralisasi 3. Pemucatan (bleaching) Sabun Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebutbatangkarena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan. Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 43

Sifat-Sifat Sabun Sifat sifat sabun yaitu : a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa. CH 3 (CH 2 ) 16 COONa + H 2 O CH 3 (CH 2 ) 16 COOH + NaOH b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garamgaram Mg atau Ca dalam air mengendap. CH 3 (CH 2 ) 16 COONa + CaSO 4 Na 2 SO 4 + Ca(CH 3 (CH 2 ) 16 COO) 2 c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Tabel 1. Syarat Mutu Sabun Mandi Uraian Tipe I (Sabun Padat) 1. Kadar air (%) Maks. 15 2. Jumlah asam > 70 lemak (%) 3. Alkali bebas -dihitung sebagai Maks. 0,1 NaOH (%) -dihitung sebagai Maks 0,14 KOH (%) 4. Asam lemak < 2,5 bebas atau lemak netral (%) 5. Bilangan 196-206 penyabunan (Sumber : SNI 06 3532 1994) Tipe II (Sabun Lunak) > 15 64 70 Maks 0,1 Maks 0,14 < 2,5 196-206 Kinetika Reaksi Kimia Saponifikasi Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat. Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam lemak. Fungsi sabun dalam keanekaragaman cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran. Pada penelitian ini, dilakukan pencampuran KOH harus disamakan suhunya terlebih dahulu, karena suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Jika suhu dinaikkan maka laju reaksi semakin besar karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi, akibatnya jumlah dari energi tumbukan bertambah besar, begitu pun sebaliknya. Larutan yang telah sama suhunya kemudian dicampurkan. Pencampuran pada suhu yang sama agar laju reaksi yang dihasilkan tidak mengalami perubahan besar. Untuk menentukan laju dari reaksi kimia yang diberikan, harus ditentukan seberapa cepat perubahan konsentrasi yang terjadi pada reaktan atau produknya. Secara umum, apabila terjadi reaksi A B, maka mulamula zat yang A dan zat B sama sekali belum ada. Setelah beberapa waktu, konsentrasi B akan meningkat sementara konsentrasi zat A akan menurun (Partana, 2003 : 47). Hukum laju dapat ditentukan dengan melakukan serangkain eksperimen secara sistematik pada reaksi A + B C, untuk menentukan orde reaksi terhadap A maka konsentrasi A dibuat tetap sementara konsentrasi B divariasi kemudian ditentukan laju reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut. Sedangkan untuk menentukan orde reaksi B, maka konsentrasi B dibuat tetap sementara itu konsentrasi A divariasi kemudian diukur laju reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut (Partana, 2003 : 49). Orde dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematika dimana hasil perubahandapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui seluruh orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan, sedangkan hanya eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde reaksi untuk komponen itu. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi (Hiskia, 2003). Page 44 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

Penelitian yang Telah Dilakukan Sebelumnya Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai pemurnian minyak jelantah dengan proses absorpsi menggunakan ampas tebu sebagai absorben. Pemurnian ini dilakukan dengan menambahkan ampas tebu sebanyak 5 7 % berat minyak ke dalam minyak jelantah dan direndam selama 48 jam. Setelah dilakukan penyaringan didapatkan minyak dengan warna gelas yang telah berisi minyak, secara perlahanyang lebih jernih. (Lisa dkk, 2009) Adapun penelitian mengenai pembuatan sabun itu sendiri sebelumnya telah dilakukan, yaitu mengenai pembuatan sabun cair dari minyak jelantah. Proses yang digunakan pada penelitian kali ini merupakan proses secara kimia yaitu saponifikasi. Dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari kecepatan pengadukan, konsentrasi dan perbandingan penggunaan alkali terhadap sabun yang dihasilkan. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak jelantah dari sisa penggorengan kue dan sisa penggorengan kerupuk ikan. Sebelum digunakan untuk membuat sabun, dilakukan proses pemurnian trelebih dahulu terhadap minyak tersebut. Hal ini bertujuan agar warna minyak menjadi lebih jernih. Pada proses pembuatan sabun, digunakan 2 jenis alkali yang berbeda. Yaitu NaOH dan KOH. Variable yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kecepatan pengadukan dan konsentrasi alkali yang digunakan. Kecepatan pengadukannya yaitu 500 rpm, 550 rpm, 600 rpm, 650 rpm dan 700 rpm. Sedangkan konsentrasi alkali yang digunakan yaitu 20%, 25% dan 30%. Penelitian yang Dilakukan Saat Ini Proses yang digunakan pada penelitian kali ini juga merupakan proses secara kimia yaitu saponifikasi. Dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari lama waktu pengadukan, dan jumlah alkali terhadap sabun yang dihasilkan. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak jelantah dari sisa limbah rumah tangga, berupa penggorengan kerupuk. Sebelum digunakan untuk membuat sabun, dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu terhadap minyak tersebut dengan menggunakan absorben yang terbuat dari tempurung kelapa sebanyak 7% dari berat minyak jelantah yang akan dimurnikan. Hal ini bertujuan agar warna minyak menjadi lebih jernih. Pada proses pembuatan sabun, digunakan jenis alkali KOH. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lama waktu pengadukan dan jumlah alkali yang digunakan. Waktu pengadukannya yaitu 30 menit, 40 menit, dan 50 menit. Jumlah alkali yang digunakan yaitu 15 ml, 20 ml, 25 ml,dan 30 ml dan yang ditinjau pada penelitian ini adalah kinetika reaksi kimia yang terjadi pada saponifikasi. 2. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Unit Proses Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya. Adapun bahan-bahan yang digunakan minyak goreng bekas, larutan koh, parfum non alkohol 1 ml, pewarna makanan, EDTA, NaCl, gliserin. Sedangkan peralatan yang digunakan meliputi stirer, beker gelas, erlenmeyer, spatula, corong pemisah, gelas ukur, penangas air, labu ukur, hot plate, titrasi digital, klem dan statif, pipet tetes, oven, ph meter, timbangan analitik, indikator PP. Data penelitian yang diukur yaitu kadar air, alkali bebas, minyak mineral, dan derajat keasaman (ph). Pengukuran kadar air dilakukan dengan menimbang contoh sebanyak 4 gram, dengan menggunakan cawan yang telah diketahui beratnya. Contoh tersebut dipanaskan dalam lemari pengering pada suhu 105 C selama 2 jam. Pengukuran alkali bebas dilakukan dengan menggunakan alcohol netral yang telah ditambahkan batu didih, dan dipasang pendingin tegak, lalu larutan dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N hingga warna merah hilang. Pengukuran kandungan minyak mineral dilakukan dengan metode titrasi menggunakan larutan HCl 10% dan NaOH 0,5 N. Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan elektrometer. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengaruh Jumlah KOH Dan Waktu Pengadukan terhadap Sabun Lunak yang Dihasilkan dari Minyak Goreng Bekas Dari grafik di bawah dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengadukan maka semakin banyak jumlah sabun lunak yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pengadukan, tumbukan antar reaktan terjadi sehingga energi aktivasi reaksi tercapai dengan cepat. Begitu pula dengan jumlah KOH yang ditambahkan ke dalam minyak pada proses penyabunan. Semakin banyak jumlah KOH yang ditambahkan, maka semakin banyak pula jumlah sabun yang dihasilkan. Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 45

3.3 Pengaruh Jumlah KOH dan Waktu Pengadukan terhadap Alkali Bebas yang terdapat pada Sabun Lunak Gambar 1. Pengaruh jumlah KOH dan waktu pengadukan terhadap berat sabun lunak yang dihasilkan dari minyak goreng bekas 3.2 Pengaruh Jumlah KOH dan Waktu Pengadukan terhadap Kadar Air yang terdapat pada Sabun Lunak Kadar air pada sabun lunak yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 5,165% - 68,4525%. Kadar air terbesar adalah 68,4525% diperoleh dari waktu pengadukan selama 50 menit dan penambahan jumlah KOH sebanyak 15 ml. Kadar air terkecil adalah 5,165% diperoleh dari waktu pengadukan selama 50 menit dan penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml. Kadar air ini cukup baik karena menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun lunak minimum sebesar 15%. Kadar air di atas 15% memberikan sifat sabun mulai lunak. Kadar Air (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 30 menit 40 menit 50 menit 0 10 20 30 40 Jumlah KOH (ml) Gambar 2. Pengaruh jumlah KOH dan waktu pengadukan terhadap kadar air yang terdapat pada sabun lunak yang dihasilkan dari minyak goreng bekas Alkali bebas (%) 0,05 0,045 0,04 0,035 0,03 0,025 0,02 0,015 0,01 0,005 0 30 menit 40 menit 50 menit 0 10 20 30 40 Jumlah KOH (ml) Gambar 3. Pengaruh jumlah KOH dan waktu pengadukan terhadap kadar alkali bebas yang terdapat pada sabun lunak yang dihasilkan dari minyak goreng bekas Kadar alkali bebas pada sabun lunak yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara0,0118 % - 0,0457 %. Kadar alkali bebasterbesar adalah 0,0457 %diperoleh dari waktu pengadukan selama 40 menit dan penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml. Kadar alkali terkecil adalah 0,0118%diperoleh dari waktu pengadukan selama 30 menit dan penambahan jumlah KOH sebanyak 15 ml. Kadar alkali bebas ini cukup baik karena menurut SNI (1994), alkali bebas dalam sabun tidak boleh lebih dari 0,14% untuk sabun lunak. 3.4 Pengaruh Jumlah KOH dan Waktu Pengadukan terhadap Minyak Mineral yang terdapat pada Sabun Lunak Tabel 2. Jumlah KOH (ml) Pengaruh jumlah KOH dan waktu pengadukan terhadap kadar minyak mineral yang terdapat pada sabun lunak yang dihasilkan dari minyak goreng bekas. Waktu Pengadukan (menit) 30 40 50 15 Keruh Keruh Keruh 20 Negatif Negatif Keruh 25 Keruh Keruh Keruh 30 Negatif Negatif Keruh Page 46 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

Minyak mineral merupakan zat atau bahan tetap sebagai minyak, namun saat penambahan air akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai dengan kekeruhan. Keberadaan minyak mineral pada sabun sangat tidak diharapkan, karena akan mempengaruhi proses emulsi sabun dengan air. Nilai minyak mineral ini harus negatif yang ditunjukkan dengan tidak terjadinya kekeruhan pada saat titrasi dengan menggunakan air. Hasil analisa pada sabun lunak menunjukkan minyak mineral negatif untuk beberapa perlakuan yaitu pada waktu pengadukan selama 30 menit dan penambahan jumlah KOH sebanyak 20 ml dan 30 ml. Serta waktu pengadukan selama 40 menit dan penambahan jumlah KOH sebanyak 20 ml dan 30 ml. ph 9,8 9,6 9,4 9,2 9 8,8 8,6 8,4 8,2 8 30 menit 40 menit 50 menit 0 10 20 30 40 Jumlah KOH (ml) 3.5 Pengaruh Jumlah KOH dan Waktu Pengadukan terhadap Derajat Keasaman (ph) yang terdapat pada Sabun Lunak Gambar 4. Pengaruh jumlah KOH dan waktu pengadukan terhadap derajat keasaman (ph) yang terdapat pada sabun lunak yang dihasilkan dari minyak goreng bekas Berdasarkan SNI (1994) ph sabun lunak umumnya adalah antara 7-10. Mencuci tangan dengan sabun dapat meningkatkan ph kulit sementara, tetapi kenaikan ph kulit ini tidak akan melebihi 7 (Wasitaatmadja, 1997). Hasil analisa menunjukkan ph pada sabun lunak berkisar antara 8,1 9,7. ph tertinggi adalah 9,7 diperoleh dari waktu pengadukan selama 50 menit dan penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml. ph terendah adalah 8,1 diperoleh dari waktu pengadukan selama 30 menit dan penambahan jumlah KOH sebanyak 15 ml. Hasil ini menunjukkan nilai ph sabun yang cukup baik sesuai dengan standar SNI (1994). ph yang sangat tinggi atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga menyebabkan iritasi pada kulit dan kulit kering. (Wasitaatmaja, 1997). 3.6 Kinetika Reaksi Kimia Saponifikasi Reaksi yang terjadi pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut: (C 17 H 35 COO) 3 + 3KOH 3C 17 H 35 COOK + C 3 H 5 (OH) 3 Reaksi saponifikasi dapat diasumsikan menjadi: Dimana, A = A B = 6,146 A A + 3B 3C +D misal : n = am t = 30 menit X = 0,1798 t = 40 menit X = 0,2472 t = 50 menit X = 0,3730 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 47

sabun yang lebih banyak dibandingkan dengan penambahan jumlah KOH sebanyak 15 ml, 20 ml, dan 25 ml. Waktu pengadukanyang semakin lama akan berpengaruh terhadap sabun lunak yang dihasilkan. Dari hasil penelitian waktu pengadukan selama 50 menit menghasilkan sabun yang lebih banyakdibandingkan dengan waktu pengadukan selama 30 menit dan 40 menit. Kondisi optimum untuk memperoleh sabun lunak yang terbaik adalah pada penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml dan waktu pengadukan selama 50 menit. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan kinetika reaksi dari pembuatan sabun lunak berdasarkan penambahan jumlah KOH dan lama waktu pengadukan ini, tetapan laju reaksi (k) adalah 1,5506 dengan r A = 1,5506 [A] [6,416A] 1,9025 maka, DAFTAR PUSTAKA Fessenden, R. J dan Fessenden, J. 1994. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta Harnawi, T. 2004. Studi Pembuatan Sabun Cair dengan Bahan Baku Minyak Goreng Hasil Reproseing. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang Asumsi m = 1 maka, am = 1,9025 A = 0,089 Maka laju reaksi proses saponifikasi adalah 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa jumlah KOH yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap sabun lunak yang dihasilkan. Dari hasil penelitian penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml menghasilkan Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. PT. Citra Aditya Sakti. Bandung Inayah, Sufi dan Ika Novarita. 2011. Pengaruh konsentrasi NaOH dan KOH serta Kecepatan Pengadukan terhadap Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah. Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Indralaya Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta Selfiawati E. 2003. Kajian Proses Degumming dan Netralisasi pada Pemurnian Minyak Goreng Bekas.Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Wijana, S. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas. Trubus Agrisarana. Jakarta Wijana, S., Soemarjo, dan T. Harnawi. 2009. Studi Pembuatan Sabun Mandi Cair dari Daur Ulang Minyak Goreng. Jurnal Teknologi Pertanian. Jakarta Page 48 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013