ANALISIS PERBANDINGAN EVALUASI DIRI SEKOLAH DENGAN AKREDITASI SEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

Version Panduan Teknis EDS/M

Langkah Ke-1 PENETAPAN SASARAN AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH Langkah Ke-2 PENETAPAN SEKOLAH/MADRASAH SASARAN VISITASI DAN PENUGASAN ASESOR...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Nasional menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan

KATA PENGANTAR. menengah.

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

GRAND DESAIN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

MEKANISME AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018

MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD)

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

LAPORAN AKHIR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 SEKOLAH/MADRASAH HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI

A. Tujuan Pelatihan Asesor

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia. Dalam. pengamatannya, manajemen pendidikan di Indonesia masih belum

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH

SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PANDUAN TEKNIS EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN RSBI/SBI menurut PP No 17/2010

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA UTARA

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTANTIMUR TAHUN 2016

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. analisis data yang telah dikemukakan pada Bab I, II, III, dan IV, maka beberapa

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

Jurnal Elementary ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal A. LATAR BELAKANG

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

A. Lingkup Akreditasi Sekolah/Madrasah

TANTANGAN AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH 1

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI BALI TAHUN 2016

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR TENTANG PELAKSANAAN FASILITASI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Bagian Kedua Kepala Dinas

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berarti pemerintah dituntut untuk dapat memberikan pendidikan yang

Pengembangan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah dan Madrasah Melalui Proses Akreditasi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI RIAU TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang harus dicapai meliputi standar isi, proses, kompetensi

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016

BADAN AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH (BAP-S/M) D.I. YOGYAKARTA. PENGUMUMAN SELEKSI CALON PESERTA PELATIHAN ASESOR AKREDITASI (Jenjang SD/MI)

Pedoman Akreditasi BAN-SM 2014 (15x22) isi set8.indd 1

Pelatihan Sistem Informasi Manajemen Akreditasi dalam rangka sosialisasi aplikasi SISPENA PAUD dan PNF Tahun 2018

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

LAPORAN HASIL DIKLAT EDS Kuningan,7/10 Juni 2011 EVALUASI DIRI SEKOLAH

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

KAJIAN ANALISIS SISTEM AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH Dalam Rangka Reformasi Birokrasi Internal

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTANTENGAH TAHUN 2016

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan

Target dan Indikator Kinerja LPMP Lampung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN EVALUASI DIRI SEKOLAH DENGAN AKREDITASI SEKOLAH AINUN FARIDA LPMP Sulawesi Selatan ainun_farida@yahoo.com Hal. 1

ABSTRAK Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk melindungi masyarakat agar dapat memperoleh layanan dan hasil pendidikan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan. Evaluasi Diri Satuan/Program Pendidikan (EDS) merupakan salah satu kegiatan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pada satuan/program pendidikan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ketercapaian standar mutu pada satuan/program pendidikan adalah Instrumen Evaluasi Diri Satuan/program Pendidikan. Setiap satuan/program pendidikan melakukan penjaringan data dengan cara mengisi instrumen evaluasi diri. Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Instrumen evaluasi diri sekolah dan instrumen akreditasi sekolah mempunyai persamaan. Persamaan kedua instrumen tersebut adalah pengembangan instrumen berdasarkan pada standar nasional pendidikan. Hasil evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah cenderung terjadi kesenjangan atau gap yang memperlihatkan kontradiksi. Kesenjangan atau gap inilah yang menimbulkan permasalahan, sehingga perlu dikaji bagaimana perbandingan antara evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah mengapa terjadi kesenjangan hasil yang menimbulkan kontradiksi. Pengujian secara statistik yang membandingkan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah. Secara rasional, hasil akreditasi sekolah tidak berbeda jauh atau mendekati hasil evaluasi diri sekolah, akan tetapi yang terjadi adalah adanya kesenjangan yang signifikan antara hasil kedua instrumen tersebut padahal standar yang digunakan adalah standar yang sama yaitu standar nasional pendidikan. Perbedaan ini terjadi akibat metode pelaksanaan yang berbeda. Instrumen evaluasi diri sekolah dilaksanakan secara internal oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang dibentuk oleh sekolah dengan menerbitkan SK Tim Pengembang Sekolah yang ditandatangani kepala sekolah. Inti dari instrumen ini adalah pengisian instrumen harus apa adanya sesuai dengan kondisi riil sekolah dan tidak diada-adakan. Karena pengisian yang apa adanya dan tidak ada pengaruh sangsi atau hal lain yang menyebabkan terancamnya seseorang, maka pengisiannya cenderung sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Berbeda sekali dengan sistem akreditasi sekolah yang dilaksanakan oleh pihak eksternal yaitu Badan Akreditasi Sekolah tingkat Kabupaten untuk jenjang SD. Hasil akreditasi sekolah ini sangat penting untuk menunjukkan prestasi sekolah di mata stake holder pendidikan, karena diterbitkan sertifikat sebagai pengakuan atas kinerja sekolah. Hal. 2

A. PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) perlu dilakukan dalam tiga program terintegrasi yaitu evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk melindungi masyarakat agar dapat memperoleh layanan dan hasil pendidikan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan. Proses evaluasi terhadap seluruh aspek pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk menjamin terselenggaranya layanan pendidikan bermutu dan memberdayakan mereka yang dievaluasi sehingga menghasilkan lulusan pendidikan sesuai standar yang ditetapkan. Standarisasi pendidikan memiliki makna sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang mempunyai keleluasaan dan keluwesan dalam implementasinya. Standar Nasional Pendidikan harus dijadikan acuan oleh pengelola pendidikan, dan di sisi lain menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas untuk mencapai standar yang ditetapkan. (Pedoman Akreditasi Sekolah, [diakses tanggal 6 Desember 2012 jam 19.00 WIB] dari http://www.bansm.or.id/content/kebijakan-dan-pedoman-akreditasi-sekolah-madrasah-tahun-2009) Evaluasi Diri Satuan/Program Pendidikan (EDS) merupakan salah satu kegiatan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pada satuan/program pendidikan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ketercapaian standar mutu pada satuan/program pendidikan adalah Instrumen Evaluasi Diri Satuan/program Pendidikan. Setiap satuan/program pendidikan melakukan penjaringan data dengan cara mengisi instrumen evaluasi diri. Pengukuran kinerja melalui pengukuran evaluasi diri satuan/program pendidikan dilakukan setahun sekali. (Pedoman Pelaksanaan sistem Penjaminan Mutu (SPMP):2010) Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Pelaksanaan akrediatsi sekolah dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Instrumen evaluasi diri sekolah dan instrumen akreditasi sekolah mempunyai persamaan. Persamaan kedua instrumen tersebut adalah pengembangan instrumen berdasarkan pada standar nasionla pendidikan. Indikator-indikator yang dikembangkan mengacu pada indikator-indikator standar nasional pendidikan. Oleh karena pengembangan indikator didasarkan pada standar yang sama yaitu standar nasional pendidikan, maka secara rasional hasil evaluasi diri sekolah dan hasil akreditasi sekolah seharusnya saling mendekati atau sama. Hal. 3

Perbedaan antara Evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah adalah pada pelaksana penilaiannya. Evaluasi diri sekolah dilaksanakan secara intern oleh sekolah atau satuan pendidikan yang bersangkutan. Instrumen evaluasi diri sekolah diisi secara jujur dan apa adanya oleh tim pengembang sekolah (TPS) yang dibentuk oleh sekolah dengan membuat SK Tim Pengembang Sekolah. Sedangkan akreditasi sekolah dilaksanakan secara ekstern oleh Badan Akreditasi Sekolah tingkat provinsi atau tingkat kabupaten/kota. Pelaksanaan evaluasi diri sekolah telah dilaksanakan oleh satuan pendidikan setiap tahun, begitu pula dengan akreditasi sekolah telah dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Sekolah. Setelah dicermati hasilnya, ternyata hasil evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah cenderung terjadi kesenjangan atau gap yang memperlihatkan kontradiksi. Kesenjangan atau gap inilah yang menimbulkan permasalahan, sehingga perlu dikaji bagaimana perbandingan antara evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah mengapa terjadi kesenjangan hasil yang menimbulkan kontradiksi. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Evaluasi Diri Sekolah Evaluasi Diri Satuan/Program Pendidikan (EDS) merupakan salah satu kegiatan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pada satuan/program pendidikan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ketercapaian standar mutu pada satuan/program pendidikan adalah Instrumen Evaluasi Diri Satuan/program Pendidikan. Setiap satuan/program pendidikan melakukan penjaringan data dengan cara mengisi instrumen evaluasi diri. Pengukuran kinerja melalui pengukuran evaluasi diri satuan/program pendidikan dilakukan setahun sekali. Hasil pengukuran kemudian dianalisis, sehingga menghasilkan satuan/program pendidikan dengan kategori: a. Tingkat 1, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. b. Tingkat 2, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut memenuhi Standar Nasional Pendidikan. c. Tingkat 3, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut melampaui Standar Nasional Pendidikan. Evaluasi diri sekolah bukanlah proses yang birokratis atau mekanis, melainkan suatu proses dinamis yang melibatkan semua pemangku kepentingan dalam sekolah. EDS perlu dikaitkan dengan proses perencanaan sekolah dan dipandang sebagai bagian yang penting dalam kinerja siklus pengembangan sekolah. Hal. 4

2. Akreditasi Sekolah Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada SNP. Hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan. Seperti dinyatakan pada pasal 1 ayat (1) bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, SNP harus dijadikan acuan guna memetakan secara utuh profil kualitas sekolah/madrasah. Di dalam pasal 2 ayat (1), lingkup SNP meliputi: 1. standar isi; 2. standar proses; 3. standar kompetensi lulusan; 4. standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5. standar sarana dan prasarana; 6. standar pengelolaan; 7. standar pembiayaan; dan 8. standar penilaian pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) diharapkan menjadi pendorong dan dapat menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri sekolah/ madrasah yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan. Akreditasi sekolah/madrasah bertujuan untuk memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannya berdasarkan SNP; memberikan pengakuan peringkat kelayakan; serta memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait. Alur mekanisme akreditasi sekolah/madrasah adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Jumlah dan Alokasi Sekolah/Madrasah 2. Pengumuman secara Terbuka kepada Sekolah/Madrasah Hal. 5

3. Pengusulan Daftar Sekolah/Madrasah 4. Pengiriman Perangkat Akreditasi ke Sekolah/Madrasah 5. Pengisian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung 6. Pengiriman Hasil Isian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung ke BAP-S/M 7. Penentuan Kelayakan Visitasi 8. Penugasan Tim Asesor 9. Pelaksanaan Visitasi 10. Verifikasi hasil visitasi 11. Penetapan Hasil Akreditasi Sekolah/Madrasah 12. Penerbitan Sertifikat 3. Hipotesis Sertifikat akreditasi memuat nilai masing-masing komponen (dalam angka) dan peringkat akreditasi sekolah/madrasah yang dinyatakan dengan huruf A (sangat baik), B (baik), dan C (cukup), dan TT (Tidak Terakreditasi). Untuk menjawab permasalahan bagaimana perbandingan antara evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah dapat dibangkitkan hipotesis berikut: Ho: Tidak ada perbedaan hasil antara evaluasi diri sekolah dan akreditasi H 1 : Ada perbedaan hasil antara evaluasi diri sekolah dan akrediatsi sekolah 4. Pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengunduh data hasil pengumpulan data evaluasi diri sekolah secara on line di www.e-eds.kemdikbud.go.id. Dari hasil unduh data tersebut didapatkan data sebanyak 31 data sekolah jenjang SD yang telah mengirimkan hasil evaluasi diri sekolah secara on line. Dalam data hasil evaluasi diri sekolah didapatkan juga data mengenai pencapaian akreditasi. Data yang diambil adalah pencapaian standar nasional pendidikan pada evaluasi diri sekolah dan pencapaian akreditasinya. Hal. 6

5. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan membuat komparasi atau perbandingan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan hasil akreditasinya. Langkah pertama adalah dengan membuat penyepadanan hasil evaluasi diri dan akreditasi sebagai berikut: Tabel 1. Penyepadanan hasil EDS dan hasil akreditasi No Hasil Evaluasi Diri Hasil Akreditasi 1 2 < EDS 3 A = 3 2 1,5 < EDS 2 B = 2 3 0 < EDS 1,5 C = 1 Setelah membuat penyepadanan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah, kemudian membandingkan antara hasil pencapaian evaluasi diri sekolah dengan hasil akreditasinya yaitu dengan membuat selisih antara keduanya. Dari penghitungan didapatkan rata-rata selisih sebesar 0,513, standar deviasi sebesar 0,646. Dengan menggunakan pengujian statistika untuk uji rata-rata didapatkan nilai Z= 4,417. Kemudian Menetapkan kriteria pengujian atau daerah kritis. Pada taraf kesignifikanan α = 0,05 didapatkan Z 1-α/2 sebesar 1,645 pada pengujian hipotesis dua arah. Karena nilai Z hitung = 4,417 lebih besar dari Z 1-α/2 maka tolak H 0. Dari hipotesis bagaimana hubungan antara hasil evaluasi diri sekolah dan hasil akreditasi adalah: Ho: Tidak ada perbedaan hasil antara evaluasi diri sekolah dan akreditasi. H 1 : Ada perbedaan hasil antara evaluasi diri sekolah dan akrediatsi sekolah. Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa tolak H o, sehingga keputusan yang diambil adalah ada perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah. 6. Pembahasan Pengujian secara statistik yang membandingkan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah. Secara rasional, hasil akreditasi sekolah tidak berbeda jauh atau mendekati hasil evaluasi diri sekolah, akan tetapi yang terjadi adalah adanya kesenjangan yang signifikan antara hasil kedua Hal. 7

instrumen tersebut padahal standar yang digunakan adalah standar yang sama yaitu standar nasional pendidikan. Mengapa terjadi perbedaan yang signifikan?. Perbedaan ini terjadi akibat metode pelaksanaan yang berbeda. Instrumen evaluasi diri sekolah dilaksanakan secara internal oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang dibentuk oleh sekolah dengan menerbitkan SK Tim Pengembang Sekolah yang ditandatangani kepala sekolah. Inti dari instrumen ini adalah pengisian instrumen harus apa adanya sesuai dengan kondisi riil sekolah dan tidak diada-adakan. Karena pengisian yang apa adanya dan tidak ada pengaruh sangsi atau hal lain yang menyebabkan terancamnya seseorang, maka pengisiannya cenderung sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Berbeda sekali dengan sistem akreditasi sekolah yang dilaksanakan oleh pihak eksternal yaitu Badan Akreditasi Sekolah tingkat Kabupaten untuk jenjang SD. Hasil akreditasi sekolah ini sangat penting untuk menunjukkan prestasi sekolah di mata stake holder pendidikan, karena diterbitkan sertifikat sebagai pengakuan atas kinerja sekolah. Sebagai akibat dari pelaksanaan akreditasi yang demikian, banyak hal-hal yang menyebabkan distorsi pada hasil akreditasi sekolah. Hal-hal yang menyebabkan distorsi itu adalah adanya intervensi atau hal yang diada-adakan, padahal sebenarnya tidak ada pada saat penilaian unutk menentukan nilai akreditasi. Hasil akrediatsi dan evaluasi diri sekolah secara ideal haruslah sama atau mendekati sama, karena akreditasi sekolah adalah wujud pengakuan terhadap kinerja sekolah atau prestasi sekolah yang resmi. Alasan inilah yang diharapkan terjadi sesuai dengan prinsip-prinsip kejujuran dalam perolehan akreditasi sekolah. Hendaklah sekolah memperbaiki dirinya secara holistik agar pencapaian akreditasi sekolah sesuai dengan kondisi riil sekolah, bukan karena diada-adakan padahal sebenarnya tidak ada. Dengan melihat tujuan akreditasi sekolah dan evaluasi diri sekolah, kita dapat melihat manfaatnya yaitu untuk peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bisa dicapai apabila dilakukan dengan sendi-sendi kejujuran dalam pelaksanaannya. C. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian ini adalah ada perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah. Secara rasional, hasil akreditasi sekolah tidak berbeda jauh atau mendekati hasil evaluasi diri sekolah, akan tetapi yang terjadi adalah adanya kesenjangan yang signifikan antara hasil kedua instrumen tersebut padahal standar yang digunakan adalah standar yang sama yaitu standar nasional pendidikan. Dengan melihat tujuan akreditasi sekolah dan evaluasi diri sekolah, kita dapat melihat manfaatnya yaitu untuk peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu Hal. 8

pendidikan bisa dicapai apabila dilakukan dengan sendi-sendi kejujuran dalam pelaksanaannya. D. SARAN Sebaiknya kajian ini diperluas dengan mengikutsertakan jenjang pendidikan yang lain yaitu jenjang SMP, SMA, dan SMK. Dengan mengikutsertakan jenjang yang lain maka kajian mengenai perbandingan antara EDS dan akreditasi sekolah akan semakin akan semakin akan semakin dalam. Hal. 9

REFERENSI Panduan Teknis Evaluasi Diri Sekolah, 2011, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakart Pedoman Akreditasi Sekolah [diakses tanggal 6 Desember 2012 jam 21.00 WIB] dari http://www.ban-sm.or.id/content/kebijakan-dan-pedoman-akreditasi-sekolahmadrasah-tahun-2009 Pedoman Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, 2010, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta Siregar, Syofian, Ir., M.M., Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, 2014, Jakarta, PT. Bumi Aksara Hal. 10