BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Flavonoid Dari 100 g serbuk lamtoro diperoleh ekstrak metanol sebanyak 8,76 g. Untuk uji pendahuluan masih menggunakan serbuk lamtoro kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan Serbuk lamtoro Dilarutkan dengan air panas + magnesium serbuk + amil alkohol Terbentuk cincin flavonoid berwarna orange Hasil Positif flavonoid 4.1.2 Identifikasi Senyawa Setelah diperoleh ekstrak selanjutnya di identifikasi dengan cara ditotolkan pada lempeng KLT kemudian dideteksi dengan menggunakan lampu UV 254 dan UV 366 untuk melihat penampakkan noda khas senyawa yang terdapat pada ekstrak. 33
Tabel 3. Hasil Penyinaran UV 254 nm dan UV 366 nm Eluen Perbandingan Sinar UV 254 nm 366 nm 4 : 2 Tidak jelas - N-Heksan : Metanol 3 : 2 Tidak jelas Hitam 3 : 1 Tidak jelas - Metanol : Air 1 : 3 - Tidak jelas Tabel 4. Hasil perubahan warna dan nilai Rf dengan pereaksi AlCl 3 Eluen Perbandingan Rf Warna Bercak 3 : 2 0,38 Orange kuat N-Heksan : Metanol 4 : 2 0,56 Orange kuat 3 : 1 0,61 Orange lemah Metanol : Air 1 : 3 0,73 Orange lemah 4.2 Pembahasan Sampel daun tumbuhan Lamtoro (Leucaena leucocephala) terlebih dahulu ditimbang sebanyak 100 gr, kemudian dimaserasi menggunakan pelarut metanol sebanyak 1200 ml sambil diaduk dengan batang pengaduk selama 2 jam, digunakan pelarut metanol selain pelarut metanol mampu melarut hampir semua senyawa juga dilihat dari sifat flavonoid yang polar 34
pada sampel. proses perendaman dilakukan selama 3 x 24 jam dengan setiap 1 x 24 jam sampel sampel di saring menggunakan kain kassa, diganti pelarutnya dan larutan penyari hasil ekstraksi ditampung dan dilakukan secara berkala selama 3 hari. Kemudian hasil ekstraksi-nya diangin-anginkan di atas waterbath selama 4 hari untuk menguapkan pelarut hingga mendapatkan ekstrak kental. Dalam uji pendahuluan digunakan serbuk sampel sebanyak 1 g, dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian direndam dalam air panas, kemudian di tambahkan magnesium serbuk dan amil alcohol dan hasilnya sampel positif mengandung flavonoid yang ditandai dengan terbentuknya cincin flavonoid berwarna orange. Selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipi itu sendiri merupakan metode pemisahan fisikokimia yang didasarkan atas penyerapan, partisi (pembagian) atau gabungannya. Langkah awal yang dilakukan adalah membuat ekstrak cair yaitu ekstrak sebanyak 1,5 gram dilarutkan pada wadah vial dengan pelarut metanol secukupnya hingga ekstrak larut sempurna. Selanjutnya ekstrak cair sampel yang telah homogen di totolkan pada lempeng Silika Gel F yang berukuran 9 x 2 cm menggunakan pipa kapiler, dengan jarak pangkal lempeng dan batas totol adalah 1 cm dan totolan berada di tengah-tengah garis totol dengan bentuk bercak bundar dengan diameter 2-6 mm, kemudian dikeringkan. Fungsi pengeringan ialah mencegah terurainya 35
bintik noda pada saat noda di elusi. Setelah kering lempeng yang telah ditotol di masukkan dalam gelas yang sudah berisi eluen N-Heksanmetanol dengan perbandingan (4 : 2), (3 : 2), (3 : 1) dan eluen metanol-air dengan perbandingan (1 : 3) yang sudah di jenuhkan dengan posisi lempeng sedikit diagonal dan bercak terletak diatas permukaan fase gerak. Penjenuhan dan posisi lempeng sedikit diagonal ini di lakukan agar fase gerak (eluen) akan bergerak ke atas secara cepat atau optimal. Setelah lempeng dimasukkan gelas di tutup dengan kaca. Hal ini dilakukan agar eluen tidak akan menguap saat proses elusi. Setelah fase gerak berada di batas atas lempeng, lempeng tersebut di keluarkan kemudian langsung diamati penampakan nodanya secara visual yang dilanjutkan dengan pengamatan dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm kemudian lempeng disemprot dengan pereaksi AlCl 3. Hasilnya bercak dengan pengamatan secara visual pada keempat lempeng tidak menampakkan noda dari warna khas flavonoid. Dibawah sinar UV 254 penampakan noda tidak jelas dan untuk eluen air-metanol dengan perbandingan (1 : 3) tidak nampak. Untuk UV 366 juga sama tidak terlihat penampakkan noda pada keempat lempeng. Sedangkan untuk hasil dari penyemprotan AlCl 3 masing-masing lempeng bercaknya memberikan warna orange dengan masing-masing nilai Rf (0,38), (0,56), (0,61), (0,73). Tetapi yang palig kuat warnanya adalah lempeng kedua dengan perbandingan N-Heksan : metanol (4 : 2) dengan nilai Rf 0.56 atau noda agak berada ditengah, dan hasilnya pula sesuai dengan prinsip elusi yaitu 36
silika gel bersifat polar, maka komponen dalam ekstrak daun lamtoro bersifat agak polar akan diserap lambat sehingga akan terelusi agak cepat dan memiliki harga Rf menengah. Dengan hasil ini diasumsikan bahwa pada ekstrak daun lamtoro mengandung senyawa flavonoid. 37