PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

KAJIAN TEKNIS OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK BAHAN BANGUNAN DAN MEBEL

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN PEMASANGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar

BAB. Keseimbangan Lingkungan

SNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

Mutu dan Ukuran kayu bangunan

PERILAKU BALOK KAYU MERANTI SEBAGAI BAHAN BANGUNAN UTAMA RUMAH TRADISIONAL ACEH

MATA PELAJARAN : KERJA KAYU JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

Struktur dan Konstruksi II

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN KAYU

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2011

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

MEMASANG DAUN PINTU DAN JENDELA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia terletak pada 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT

PEMBUATAN OVEN PENGERING KOPRA DENGAN SISTEM BAK PASIR SEBAGAI PERATA PANAS

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

LAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

PELATIHAN MEMBUAT CENDRAMATA PERAHU PINISI DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN PADA ANAK PANTI ASUHAN SETIA KARYA KOTA MAKASSAR *)

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll.

KEGIATAN BELAJAR I MEMBUAT KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU

VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian

STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB 1. Pendahuluan. Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan.

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB III BAHAN DAN METODE

LIMBAH KERTAS SEBAGAI MATERIAL KAYU TIRUAN

BAB 3 METODE ANALISIS

FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS KUMPULAN INFORMASI II PENGGUNAAN KAYU UNTUK REKONSTRUKSI PASKA TSUNAMI. Kumpulan Informasi I

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

KEGIATAN BELAJAR I SAMBUNGAN KAYU MEMANJANG

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016

BAMBU UNTUK BANGUNAN TAHAN GEMPA. Oleh : F. Eddy Poerwodihardjo C. Dwi Istiningsih

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

! "# # $ # % & % # '(()

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat

PEMANFAATAN TEKNOLOGI LAMINASI DALAM PEMBUATAN RUMAH KAYU

RUMAH DAN SEKOLAH TERBUKA KORBAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH DAN SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU

TINJAUAN PUSTAKA. kingdom plantae, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sifat kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...7

Transkripsi:

PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA I r h a m 1*, Arif Mardianto 2 1 Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jln B. Aceh Medan Km 280 Buketrata Lhokseumawe. 2 Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jln B. Aceh Medan Km 280 Buketrata Lhokseumawe. * Email : irham.teluk@yahoo.com Abstrak Kelapa merupakan komoditi perkebunan yang dihasilkan oleh Kabupaten Aceh Utara dengan luas areal tanaman kelapa 15.313 ha atau hampir mencapai 2.100.000 pohon, dan masih terdapat kira-kira 2500 ha yang sudah tidak produktif lagi. Pohon kelapa lokal yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah diteliti mengenai sifat-sifat teknis berupa berat jenis, kuat tarik dan kuat lenturnya yaitu bahwa dari pangkal sampai tinggi 8m dikategorikan kayu kelas kuat I dengan kuat lentur rata-rata 894 kg/cm 2 dengan berat jenis 0,823. Adapun sisanya yang mendekati pucuk (lebih kurang 8 s/d 10m atau lebih dari pangkal) tergolong kayu kelas kuat V dengan kuat lentur 110 kg/cm 2, karena itu tidak dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan kegiatan IPTEKS ini antara lain ; seleksi para peserta dengan bantuan kepala desa, pendaftaran dan pengarahan, kegiatan teori, peninjauan lapangan untuk mengenal pohon kelapa secara teknis, pemilihan dan pemotongan pohon kelapa lokal, sistem pengeringan secara sederhana, kegiatan praktek pembuatan pohon kelapa di bengkel kayu, dan pemasangan hasil kegiatan di salah satu rumah korban Tsunami. Kemajuan yang didapatkan oleh peserta pelatihan secara umum sangat memuaskan, hasil produk berupa katu kudakuda, kosen pintu dan jendela, kemudian dipabrikasi (dipasang) di salah satu rumah korban Tsunami. Kemajuan yang sangat signifikan adalah pengetahuan menggunakan alat-alat mesin bengkel kayu, dan memahami kegiatan pekerjaan berdasarkan prosedure teknik yang baik. Pengenalan kegiatan finishing (pekerjaan akhir dan kerapian) pekerjaan sangat menarik bagi para peserta, karena sebelumnya kurang mendapat perhatian. Kata kunci : Pohon kelapa lokal, kuat lentur,kosen, kuda-kuda, rumah Tsunami. Pendahuluan Kayu merupakan bahan konstruksi yang sangat umum untuk digunakan di bidang bangunan teknik sipil. Kayu ini umumnya diambil di hutan, sehingga hari ke hari hingga saat ini makin sulit diperoleh. Hal ini disebabkan telah berkurangnya bahan baku ini di hutan disebabkan pengambilan dan penanamannya tidak seimbang dan juga maraknya penebangan liar. Akibat dari semua ini seringnya terjadi bencana alam berupa banjir, longsor, dangkalnya penampang aliran sungai, dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian maka penilaian jenis bahan bangunan yang lain seperti pohon kelapa dapat dikembangkan untuk mencari bahan yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. 134

Pohon kelapa saat ini belum begitu populer digunakan sebagai bahan bangunan khususnya di Aceh. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi hasil pengolahan pohon kelapa sebagai konstruksi bangunan. Padahal bila bahan ini dapat dimanfaatkan secara optimal, maka ketergantungan akan bahan kayu dari hutan dapat dikurangi. Lebih luas dari ini semua, bahwa pemanfaatan pohon kelapa akan membantu melestarikan ekosistem hutan dan dapat memanfaatkan pohon kelapa yang tidak produktif untuk digunakan sebagai bahan bangunan yang bernilai ekonomis. Kelapa merupakan salahsatu komoditi yang dihasilkan oleh kabupaten Aceh Utara. Hasil sensus yang dilaksanakan oleh Bappeda Aceh Utara tahun 2002, mencatat bahwa dikawasan kabupaten Aceh Utara terdapat luas areal tanaman kelapa 15.313 ha, atau hampir mencapai 2.100.000 pohon. Diluar angka tersebut masih terdapat kira-kira 2500 ha yang sudah tidak produktif lagi [3]. Hasil pengamatan yang dilakukan langsung ke lapangan, terutama kegiatan pembangunan perumahan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan proyek konstruksi bangunan yang dikelola oleh swasta dan Pemerintah Daerah, pohon kelapa belum digunakan sebagai bahan konstruksi permanen. Melalui kegiatan penerapan IPTEKS ini, maka dilakukan sosialisasi dan pelatihan kepada tukang kayu di Aceh Utara berupa pemanfaatan pohon kelapa sebagai bahan konstruksi bangunan yang bersifat permanen seperti digunakan untuk dinding, kosen dan daun pintu, kosen dan daun jendela dan kerangka atap. Disamping itu dengan adanya rekonstruksi pembangunan berbasis pembangunan perumahan masyarakat Aceh yang tertimpa musibah Tsunami, maka kegiatan Iptek ini dapat memberikan solusi yang lebih konprehensif dalam hal pemakaian bahan konstruksi pohon kelapa dan penyiapan tenaga bangunan berupa tukang kayu yang profesional. Berdasarkan pengamatan pada beberapa lokasi perkebunan kelapa dan kegiatan pembangunan konstruksi di Aceh Utara, maka ditemukan berbagai permasalahan sebagai berikut : 1. Tersedianya sumber bahan baku berupa pohon kelapa yang siap tebang dalam jumlah relatif banyak (tidak produktif menghasilkan buah kelapa), namun belum dimanfaatkan secara optimal untuk bahan bangunan. 2. Pemakaian pohon kelapa masih terbatas untuk konstruksi tidak permanen, digunakan sebagai acuan dan perancah bangunan dan sebagai jembatan darurat di pedesaan. Setelah bangunan selesai, maka bahan tersebut terbuang tanpa dimanfaatkan. 3. Ketidaktahuan masyarakat dan juga tukang bangunan bahwa pohon kelapa dapat digunakan sebagai bahan bangunan secara permanen. 4. Belum adanya pengetahuan dan teknik untuk mengolah pohon kelapa sebagai bahan bangunan, sehingga masyarakat maupun pemerintah daerah masih enggan menggunakan bahan ini. Pohon kelapa lokal yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah diteliti mengenai sifat-sifat teknis berupa berat jenis, kuat tarik dan kuat lenturnya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari pangkal sampai tinggi 8m dapat digunakan kayu kelas kuat I dengan kuat lentur rata-rata 894 kg/cm 2 dengan berat jenis 0,823. Adapun sisanya yang mendekati pucuk (lebih kurang 8 s/d 10m atau lebih dari pangkal) tergolong kayu kelas kuat V dengan kuat lentur 110 kg/cm 2, karena itu tidak dapat digunakan sebagai bahan bangunan[1,2]. Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara kualitas pohon kelapa layak digunakan sebagai bahan bangunan di Propinsi Aceh, Kondisi ini dimungkinkan karena kayu pohon kelapa dapat digolongkan pada kayu kelas kuat I. 135

Pada pohon kelapa tidak terdapat gelang tahun sehingga kita tidak dapat menaksir umur pohon kelapa dari melihat tampang melintangnya. Cara untuk menaksir umur pohon kelapa ialah dengan menghitung bekas pangkal daun pada seluruh batangnya. Semakin banyak bekas pangkal daun semakin tua pohon kelapa tersebut. Penebangan pohon kelapa yang akan dimanfaatkan kayunya untuk bahan bangunan. Dianjurkan pada saat akhir musim kemarau. Hal ini karena pada saat tersebut kadar air kayunya rendah. Tinggi rata-rata pohon kelapa dapat mencapai 15 meter sampai 20 meter, untuk keperluan bahan bangunan. Bagian pangkal dibuang kira-kira ½ meter karena sangat keras sehingga sulit dikerjakan. Adapun bagian ujung dibuang juga sepanjang 3 meter sampai 4 meter karena terlalu lunak. Bagian tengah yaitu hati lebih baik dibuang jika akan digunakan sebagai usuk. Tetapi untuk penggunaan balok-balok besar bagian hati ikut dipergunakan [6]. Setelah pohon kelapa ditebang, selanjutnya dipotong menurut panjang yang telah ditentukan. Biasanya sekitar 3m sampai 4m. Kulit bagian luar dikupas dan selanjutnya sudah bisa digergaji sesuai kebutuhan ukuran yang umum dipasaran. Adapun bentuk ukuran umum dalam pemakaiannya terbatas penggunaannyasebagai balok kap, balok tiang, gording, rangka dinding, rang, usuk. Penggergajian bentuk papan kurang umum, hal ini karena kayu kelapa mempunyai serat yang lebih besar. Setelah diperoleh hasil penggergajian, kayu-kayu dikelompokkan pada masingmasing ukuran. Setelah itu kemudian segera dilakukan pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan cara menyusun kayu-kayu itu menurut suatu sistim penyusunan tertentu. Kayu dalam keadaan baru ditebang, mengandung kadar air cukup tinggi, sedangkan dalam penggunaannya harus selalu dalam keadaan kering. Maka dari itu kayu yang baru ditebang hendaklah diadakan pengeringan lebih dulu. Pengeringan disini dapat dilakukan secara alam dengan memanfaatkan sinar matahari. Menurut Siswoyo.R.D [6], tujuan pengeringan kayu ini adalah : - Untuk menambah kekuatan kayu, hal ini karena bila kayu dalam kondisi kadar air rendah, maka kayu akan lebih kuat. - Untuk menjaga kestabilan ukuran, seperti diketahui kayu yang masih basah akan mengalami perubahan volume maupun ukuran apabila sudah kering. - Untuk mencegah serangan cendawan dan bubuk, ini terjadi karena kayu yang masih basah yaitu yang kadar airnya masih diatas 20 %, umumnya jasad renik yang menyebabkan pembusukan dan perubahan warna pada kayu akan bertahan hidup. Dan sebaliknya, bila kadar air rendah dibawah 20 % jasad renik tersebut kurang dapat bertahan dengan baik. Dengan demikian kayu tidak akan terserang hewan perusak tersebut. Metode Penerapan Langkah awal yang akan dilakukan dalam penerapan IPTEK ini adalah mengumpulkan data tentang kuantitas dan kualitas pohon kelapa di Aceh Utara yang kemudian diikuti dengan survey di lapangan. Untuk memperkenalkan dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan tukang kayu di Aceh Utara, akan dilakukan pelatihan tentang pemakaian bahan bangunan dari pohon kelapa di mulai dari tata cara penebangan, penggergajian, pengeringan kayu hingga pembuatan benda kerja berupa komponen bahan bangunan. Komponen bahan bangunan yang dimaksud seperti kose pintu/jendela, dinding dan rangka atap. Tata kerja yang dirujuk adalah pedoman konstruksi kayu Indonesia [5] dan job sheet kerja kayu di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe yang merupakan petunjuk kerja yang berlaku di seluruh Politeknik Indonesia [4]. Penuntun ini merupakan buku 136

standar yang di tetapkan oleh Pusat Pengembangan dan Pendidikan Politeknik Bandung. Sistem pelatihan untuk para tukang kayu disesuaikan dengan pola kegiatan mahasiswa Politeknik, sehingga peserta latih memperoleh pengetahuan tambahan di bidang keselamatan kerja dan disiplin kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan IPTEKS ini, perlu dibuat beberapa tahapan pelaksanaan kegiatan sehingga hasil yang diinginkan tercapai. Adapun cara yang dikedepankan yaitu dilaksanakan problem solving (pemecahan masalah) sehingga setiap peserta dapat merasa puas dalam pelatihan ini. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan; seleksi para peserta dengan bantuan kepala desa, pendaftaran dan pengarahan, kegiatan teori, peninjauan lapangan untuk mengenal pohon kelapa secara teknis, pemilihan dan pemotongan pohon kelapa lokal, sistem pengeringan secara sederhana, kegiatan praktek pembuatan pohon kelapa di bengkel kayu, dan pemasangan hasil kegiatan di salah satu rumah korban Tsunami. Setelah semua kegiatan selesai maka para peserta dievaluasi dan dirangking tingkat hasil capaian kegiatan, kemudian kegiatan ditutup dengan halal bi halal. Dalam kegiatan ini khalayak sasaran berupa tukang kayu yang diseleksi sejumlah 10 orang tukang kayu (umumnya berpendidikan SD) dan dianggap paling potensial untuk dapat dilatih dan mampu membagikan ilmu dan ketrampilan yang diperoleh kepada sesama teman seprofesi yang lain di daerahnya. Metode yang digunakan yaitu berupa tahapan berupa teori tentang persyaratan dan pemanfaatan pohon kelapa untuk bahan bangunan. Teori yang diberikan meliputi dari pemilihan batang, tata cara penebangan, penggergajian, pengeringan kayu hingga pembuatan benda kerja. Setelah kegiatan teori selesai, dilaksanakan berupa kegiatan praktek bengkel kayu, yaitu memberikan pemahaman cara membaca gambar kerja kayu dan menghitung kebutuhan bahan yang dipakai untuk suatu item pekerjaan. Selanjutnya peserta pelatihan diberikan latihan ketrampilan dasar kerja kayu sampai finishing akhir terhadap item pekerjaan tersebut dengan cara praktikum langsung di bengkel kayu. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan selama 3 (bulan) bulan di Desa Meunasah Mesjid Kecamatan Blang Mangat Kotif Lhokseumawe (dahulu Kab. Aceh Utara), didapat suatu hasil yang cukup memuaskan. Hal ini diindikasikan melalui keberhasilan peserta menyerap ilmu yang disampaikan oleh pelaksana kegiatan dan instruktur. Adapun sumber bahan baku kelapa berupa pohon berumur sekitar 60 tahun. Pohon ditebang 3 (tiga) batang lalu dipotong dan di proses untuk mendapatkan kayu. Poto dokumentasi disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2 di bawah ini. Gambar 4.1 Lokasi kayu kelapa lokal Gambar 4.2 Proses pemotongan 137

Hasil tebangan kayu yang telah dipilih dikeringkan dengan cara ditegakkan di daerah terbuka selama 2 (dua) minggu. Pengeringan memanfaatkan sinar matahari, sistem pengeringan kayu disajikan pada Gambar 3 di bawah ini. Sesuai dengan jadual, kegiatan praktek bengkel dilaksanakan pada bulan September 2006, setiap hari minggu jam 08.00 12.30 wib di bengkel UPT Kayu Punteut. Alat bengkel kayu yang digunakan berupa: mesin ketam perata, mesin ketam penebal, mesin gergaji potong, mesin router, mesin amplas, mesin bor, mesin bubut, mesin moulder, mesin gergaji perata dan mesin gergaji belah. Bahan kayu dari lapangan dibawa ke bengkel untuk selanjutnya di ketam dan di bentuk di bengkel kayu. Dokumentasi kegiatan disajikan pada Gambar 4 di bawah ini. Gambar 3. Pengeringan kayu Di lapangan Gambar 4. Pengolahan kayu di Bengkel kayu Setelah diperoleh benda kerja berupa ; kosen pintu, jendela, daun pintu dan jendela, serta kayu untuk kuda-kuda rumah, maka produk ini dibawa ke salah satu rumah korban Tsunami di desa Meunasah Mesjid. Kondisi awal rumah sebelum dilaksanakan kegiatan IPTEKS, dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. Kegiatan instalasi konstruksi kayu dilaksanakan bulan Oktober 2006, Adapun kegiatan praktek lapangan tersebut disajikan pada Gambar 6 di bawah ini. Gambar 5. Kondisi awal rumah Gambar 6. Pemasangan kosen pintu 138

Disadari bahwa keterbatasan dana menyebabkan kegiatan ini hanya untuk pembuatan pintu dan jendela serta rangka kuda-kuda.. Walaupun demikian bila dibandingkan dengan keadaan rumah sebelumnya (Gambar 7) dengan rumah setelah dilaksanakan IPTEKS sangat jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini. Gambar 7. Kuda-kuda kayu kelapa Yang terpasang Gambar 8. Rumah hasil penerapan IPTEKS Secara ringkas indikator keberhasilan kegiatan IPTEKS ini dapat diuraikan, bahwa : 1. Peserta pelatihan telah terampil mengerjakan semua materi latihan dengan baik dan benar. 2. Peserta pelatihan telah dapat mengoperasikan alat-alat mesin kayu dengan baik dan benar serta cara merawat alat. 3. Peserta pelatihan telah dapat melaksanakan kegiatan praktek lapangan secara baik dan benar dengan penerapan berupa pemasangan hasil kerja untuk salah satu rumah korban Tsunami di Desa Meuraksa.. Evaluasi yang digunakan pada kegiatan ini berdasarkan unsur penilaian antara lain; kesesuaian bentuk, ketepatan dimensi, ketepatan konstruksi, ketepatan instalasi/praktek lapangan, finishing akhir pekerjaan, dan kerjasama dan sikap. Berdasarkan skor nilai bahwa yang memperoleh nilai sangat baik 3 (tiga) peserta sedangkan yang lainnya sejumlah 7 (tujuh) peserta memperoleh nilai baik. Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain ; 1. Kerja sama dan motivasi para peserta yang mengikuti pelatihan cukup tinggi, hal ini terlihat semua peserta mengikuti kegiatan hingga selesai. 2. Produk pelatihan telah dapat dimanfaatkan dengan penerapan kepada salah satu rumah korban Tsunami. 3. Para peserta telah dapat pengalaman baru hal penggunaan kayu pohon kelapa lokal untuk konstruksi bangunan, konstruksi tersebut dapat menjadi contoh sebagai bahan sosialisasi penggunaan kayu dari pohon kelapa untuk konstruksi bangunan. 139

Referensi [1] Agussalim, 1990, Kuat Tarik sejajar Serat Batang Kelapa, Laporan Penelitian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. [2] Agussalim, 1991, Kuat Lentur Balok Batang Kelapa, Laporan Penelitian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. [3] BAPPEDA Aceh Utara, 2002, Aceh Utara Dalam Angka, Lhokseumawe, ISSN: 0215.2401. [4] PEDC, 2000, Job Sheet kerja kayu, Pusat Pengembangan dan Pendidikan Politeknik, Bandung. [5] PPKI, 1971, Pedoman Konstruksi kayu Indonesia, Jakarta. [6] Siswoyo.R.D, 1995, Manfaat Pohon Kelapa sebagai Bahan Bangunan, Jurnal Ilmiah MITRA, Edisi-IV, juli 1995. 140