KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin. Morfologi Jantan Betina Kepala (Muka) Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...Rina Ratna Dewi.

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Burung Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Eropa, Asia, dan Australia. Sebagian besar puyuh tersebut hidupnya masih liar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Puyuh terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

TINJAUAN PUSTAKA. puyuh memiliki karakter yang unik sehingga menyebabkan dapat diadu satu

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bagi kesehatan. Pengobatan tradisional telah banyak digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah asing, burung puyuh disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

SECARA UMUM CIRI-CIRI TERNAK UNGGAS ADALAH :

Transkripsi:

7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail, Colinus Virgianus sedangkan di China disebut dengan Blue Breasted Quail, Coturnix Chinensis (Tetty, 2002). Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya karena puyuh bersifat dwiguna. Puyuh terus dikembangkan keseluruh penjuru dunia, sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal dan diternakan sejak tahun 1979 (Progressio, 2003). Klasifikasi burung puyuh sebagai berikut: Class Ordo Sub Ordo Family Sub Family Genus Spesies : Aves (Bangsa Burung) : Galiformes : Phasionaidae : Phasianidae : Phasianidae : Coturnix : Coturnix-coturnix japonica (Pappas, 2002). Jenis puyuh yang dipelihara di Indonesia diantaranya Coturnix-coturnix japonica, Coturnix chinensis atau Bluebreasted quail, Turnic susciator, Arborophila javanica dan Rollus roulroul yang dipelihara sebagai burung hias

8 karena memiliki jambul yang indah (Helinna dan Mulyantono, 2002). Puyuh sekarang banyak diternakkan adalah Coturnix coturnix japonica. Coturnixcoturnix japonica adalah puyuh yang telah lama didomestikasi sehingga kehilangan naluri untuk mengerami telurnya (Nugroho dan Manyun, 1986). Puyuh (Coturnix coturnix japonica) mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya sangat pendek (Helinna dan Mulyantono, 2002). Puyuh memiliki warna bulu bercak-bercak coklat. Kebutuhan pakannya sangat sedikit, sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu 14-24 gram/ekor/hari (Sunarno, 2004). Puyuh memiliki kesuburan yang tinggi, mencapai dewasa kelamin dalam waktu singkat, sekitar 6 minggu, lama menetas singkat yaitu 16-17 hari (Tetty, 2002). Anak puyuh yang baru menetas disebut DOQ (day old quail). Berat ratarata DOQ sekitar 8-10 gram. Laju pertumbuhan puyuh relatif cepat dan singkat. Puyuh mempunyai dua tahap pemeliharaan yaitu tahap pertumbuhan dan tahap produksi (Listiyowati dan Roospitasari, 2005). 2.1.1. Performa Pertumbuhan Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) di Berbagai Pusat Pembibitan di Jawa Barat Berdasarkan jurnal hasil penelitian Sujana, dkk (2012) mengenai performa pertumbuhan puyuh (Coturnix-coturnix japonica) dari beberapa pusat pembibitan yang ada di Jawa Barat seperti Bandung, Cianjur, Bogor, dan Sukabumi memiliki performa yang berbeda. Konsumsi ransum puyuh tertinggi berasal dari kota Cianjur (470,3 g), Sukabumi (460,9 g), Bogor (459,9 g) dan Bandung (448,7 g). Bobot badan puyuh pada umur enam minggu yang paling besar berasal dari Bandung (127,9 g) diikuti oleh Cianjur (127,7 g), Sukabumi (123,6 g), dan Bogor (122,9 g). Nilai konversi ransum yang paling rendah berasal dari Bandung sebesar 3,51 diikuti Cianjur sebesar 3,71, Bogor 3,77, dan yang terakhir berasal dari

9 Sukabumi sebesar 3,79. Evaluasi performa pertumbuhan puyuh di pusat pembibitan yang ada di Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan puyuh terbaik berasal dari Bandung diikuti oleh Cianjur, Bogor, dan Sukabumi. 2.1.2. Produksi Jenis Puyuh Petelur Berdasarkan Warna Di indonesia dikenal ada tiga macam warna burung puyuh petelur yang dipelihara oleh para peternak yaitu puyuh petelur berwana bulu coklat, hitam, dan putih. Peternak puyuh di indonesia lebih cenderung memelihara puyuh bulu coklat di bandingkan dengan bulu hitam dan putih, karena populasinya lebih banyak coklat dibandingkan kedua warna lainnya. Berdasarkan jurnal hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sujana (2012) menunjukan bahwa rataan produksi telur dari ketiga puyuh yang diteliti yaitu puyuh coklat, hitam dan putih didapatkan hasil bahwa rataan produksi telur paling tinggi dimiliki oleh puyuh petelur berwana bulu hitam (76,16% ± 12,82), selanjutnya berturut-turut diikuti oleh puyuh berwarna bulu coklat (63,41 ± 10,14), dan puyuh berwana bulu putih (61,23% ± 12,76). Sujana (2012) juga mengatakan bahwa rataan bobot telur terbesar dimiliki oleh puyuh petelur dengan warna bulu putih (11,35 g ± 1,13), kemudian puyuh petelur warna bulu hitam (10,99 g ± 0,85), dan puyuh petelur warna bulu coklat (10,69 g ± 0,68). Dengan demikian puyuh dengan warna bulu hitamlah yang memiliki produktivitas telur yang paling baik kemudian disusul oleh puyuh bulu coklat lalu puyuh bulu putih yang memiliki produktivitas telur paling rendah, sedangkan untuk bobot telur rataan tertinggi dimiliki puyuh warna bulu putih, kemudian disusul hitam, dan coklat.

10 2.2. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Performa merupakan penampilan individu yang ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Hardjosubroto, 1994). Pengaruh faktor genetik bersifat baka artinya tidak akan berubah selama hidupnya sepanjang tidak terjadi mutasi dari gen yang menyusunnya, kecuali pengaruh faktor genetik ini dapat diwariskan kepada anak keturunannya. Pengaruh faktor lingkungan tidak bersifat baka dan tidak dapat diwariskan kepada anak keturunannya. Faktor lingkungan dalam arti tidak terbatas pada kondisi lingkungan sekitar kandang, tetapi juga melibatkan faktor manajemen, pemeliharaan kesehatan, dan pemberian ransum. Faktor ransum memberikan pengaruh sangat besar dan tidak mengherankan jika faktor ini merupakan yang paling penting berperan terhadap perubahan performa suatu individu. Perumbuhan merupakan suatu fenomena universal yang berawal dari sel telur yang dibuahi dan berlanjut sampai ternak tumbuh dewasa tubuh (Rasyaf, 1993). Pertumbuhan pada unggas diartikan sebagai pertumbuhan bobot badan karena meliputi seluruh bagian tubuhnya secara serentak dan merata, pertumbuhan terjadi karena peningkatan banyaknya dan peningkatan ukuran sel (Kimball dkk, 1983). Soeparno (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan manifestasi dari pertumbuhan ukuran dan jumlah sel secara teratur dan sebelumnya Williams (1982) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sel yang mengalami proses pertambahan jumlah sel (hyperplacia) dan yang kemudian diikuti dengan proses pembesaran ukuran sel (hypertrophy). Selanjutnya dinyatakan bahwa untuk melihat gejala pertumbuhan pada hewan

11 yang sedang tumbuh secara sederhana dapat dilakukan dengan jalan mengamati adanya perubahan fisik dari hewan tersebut. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai peningkatan ukuran dari tulang, otot, organ dalam, dan bagian lain dari tubuh (Ensminger, 1980). Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengkuran kenaikan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap minggu lainnya (Tillman dkk, 1998). Pertumbuhan akan menyebabkan ternak akan bertambah berat dan besar dari hari ke hari akan tetapi dengan laju pertumbuhan yang berbeda. Laju pertumbuhan diukur dengan pertambahan bobot badan. Laju pertumbuhan (growth rate) dapat diketahui dengan mengukur kenaikan bobot badan ternak yang dilakukan dengan menimbang ternak pada setiap hari, minggu, bulan atau setiap waktu tertentu (Tillman dkk., 1998). Tahap-tahap pertumbuhan pada suatu organisme membentuk gambaran sigmoid (menyerupai huruf S) pada grafik pertumbuhannya akan terus menurun (Hardjosworo dalam Suharno, 2001). Laju pertumbuhan suatu organisme berjalan secara tidak konstan, tetapi meliputi suatu periode pertumbuhan yang dipercepat dan pertumbuhan yang diperlambat. Pertumbuhan biasanya berlangsung dengan cepat dan selanjutnya berlangsung secara perlahan. Pertumbuhan unggas dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum, dan lingkungannya (Wahyu, 1992). 2.3. Konsumsi Pakan Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak pada periode tertentu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk kehidupannya. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa konsumsi pakan adalah banyaknya makanan yang dimakan seekor ternak dalam 1 hari atau selisih antara jumlah makanan yang diberikan dengan jumlah makanan sisa selama 24 jam.

12 Konsumsi ransum merupakan indikator penting dari nilai suatu bahan pakan dan berhubungan dengan pemenuhan baik untuk hidup pokok maupun untuk produksi. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah ransum yang dimakan oleh ternak (Tillman dkk, 1991). Tujuan lain ternak mengkonsumsi ransum adalah untuk dapat hidup, tumbuh, dan reproduksi. Oleh karena itu banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum diantaranya yaitu bobot tubuh, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum (National Research Council, 1994). Jumlah konsumsi ransum sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan karena akan mencerminkan efisiensi pengunaan ransum. Hubungan antara laju pertumbuhan dan jumlah konsumsi menunjukan korelasi yang positif karena semakin banyak ransum yang dikonsumsi oleh ternak, maka semakin cepat pertumbuhan bobot badan yang dicapai (Soeharsono, 1976). 2.4. Konversi Ransum Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu (Rasyaf, 1993). Konversi ransum menggambarkan efisiensi penggunaan ransum yang merupakan pencerminan hubungan antara pertumbuhan dan konsumsi ransum. Kemmapuan ternak dalam memanfaatkan ransum guna menambah bobot badan akan berkurang seiring dengan beratambahnya umur ternak. Dengan demikian semakin rendah angka konversi ransum, semakin efisien dalam penggunaan ransum (Sudjarwo, 1998). Kemampuan ternak dalam memanfaatkan ransum tersebut maupun efektif atau tidaknya ransum yang diberikan dapat

13 diketahui hasilnya dari nillai konversi ransum yang diperoleh (Maynard det. Al, 1979). Konversi ransum akan meningkat dengan meningkatnya konsumsi ransum (North and Bell, 1990). Besarnya angka konversi ransum berarti kurang efisien atau biaya produksi yang dikeluarkan setiap satuan bobot badan akan bertambah besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah laju perjalanan ransum, bentuk fisik ransum, komposisi ransum, kadar protein, dan energi ransum, besar tubuh, dan tersedianya zat gizi dalam ransum (Anggorodi, 1994). 2.5. Kurva Pertumbuhan Kurva pertumbuhan merupakan pencerminan kemampuan suatu individu untuk menampilkan potensi genetik dan perkembangan bagian-bagian tubuh sampai dewasa. Pola pertumbuhan dibagi menjadi dua fase yaitu fase accelerating dan fase decelerating. Fase accelerating terjadi sebelum ternak dewasa kelamin, dimana kecepatan pertumbuhan makin menurun sampai ternak mencapai bobot tubuh yang stabil (Anggorodi, 1994). Walaupun setiap ternak mempunyai pola pertumbuhannya sendiri namun secara keseluruhan pola tersebut mengikuti suatu kurva sigmoid (Semiadi, 1990). Kurva pertumbuhan sigmoid terbentuk karena umur tidak menyebabkan peningkatan berat tubuh, tapi memberi kesempatan kepada ternak untuk tumbuh, mencapai dewasa dan berinteraksi dengan lingkungan (Williams, 1982). Beberapa model kurva yang sering dipakai untuk kurva pertumbuhan unggas dibentuk dari persamaan model kurva logistik. Model logistik merupakan model kurva pertumbuhan berbentuk S yang simetris dengan titik infleksinya. Kurva sigmoid mempunyai titik infleksi biasa dengan cara mencari pertambahan bobot badan maksimum (Siswohardjono, 1986).

14 Pertumbuhan tubuh puyuh bila dibuat kurva akan berbentuk sigmoid (S), dimana pada umur awal pertumbuhan bobot badan puyuh terus meningkat sesuai umur dengan pertambahan bobot badan maksimum. Saat puyuh sudah mencapai dewasa kelamin dan dewasa tubuh, pertambahan bobot badan akan berkurang sehingga berpengaruh terhadapat pertumbuhan bobot badan yang diperoleh. Saat puyuh melewati dewasa kelamin dan dewasa tubuh, bobot badan puyuh akan mengalami berat yang konstan sampai tidak adanya pertambahan bobot badan. 1.5.1. Kurva Pertambahan Bobot Badan Kurva ini diperoleh dengan cara menggambarkan pertambahan bobot badan harian versus umur. Pada saat lahir sampai pubertas terjadi peningkatan pertambahan bobot badan yang semakin meningkat. Setelah dicapai pubertas, pertambahan harian menurun sampai dicapai titik nol setelah dicapainya kedewasaan. Setelah kedewasaan laju pertumbuhannya menjadi negatif (Tulloh,1978; Edey, 1983, Aberle et al., 2001). Kurva pertambahan bobot badan pada puyuh berbentuk melengkung dengan pertambahan bobot badan maksimum (titik infleksi) pada umur tertentu. Pertambahan bobot badan puyuh dari minggu awal sampai minggu selanjutnya akan terus meningkat, sampai akhirnya dicapai pertambahan bobot badan maksimum. Saat puyuh memasuki dewasa tubuh, pertambahan bobot badan akan berkurang sesuai bertambahannya umur, sampai tidak adanya lagi pertambahan bobot badan.