KONTROL DIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 KUTASARI, PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Resci Nova Linda*)

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Studi Deskriptif Mengenai Self Control pada Remaja Mengenai Kedisiplinan di Panti Asuhan X

STUDI DESKRIPTIF TENTANG KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI I BATURRADEN TAHUN AJARAN 2011/2012

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PERILAKU TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 01 RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB IV ANALISIS. pendidikan agama Islam dalam meningkatkan pengendalian diri peserta didik di

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. karenaremaja pada umumnya berada pada masa badai dan tekanan (Arnett, 1999

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

STUDI TENTANG DISIPLIN BELAJAR PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN STUDY ON LEARNING DISCIPLINE SANTRI IN COTTAGE BOARDING

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

ARTIKEL ILMIAH IMPLEMENTASI LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI SISWA DI SMP NEGERI 7 BATANGHARI OLEH : PESRIYENNI NIM.

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

BAB II KAJIAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Lalu lintas didalam undang-undang no 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai

Agus Kuntoro NIM: Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNSIRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Orangtua dan Kontrol Diri Remaja terhadap Perilaku Merokok di Pondok Pesantren

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG JURNAL FIRDILA ARIESTA NPM:

EMOSI NEGATIF SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI LIMAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 PANTI KAB. PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita **

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 NGANTRU TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DI SMK NEGERI 5 PADANG. (Studi Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI SMK Negeri 5 Padang) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

Transkripsi:

KONTROL DIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 KUTASARI, PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SELF-CONTROL IN STUDENTS IN SMP STATE 2 KUTASARI, PURBALINGGA LESSONS YEAR 2012/2013 Oleh : Destri Fajar Rianti *) Pambudi Rahardjo **) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kontrol diri peserta didik di SMP Negeri 2 Kutasari Tahun Pelajaran 2012/2013. Populasi seluruh peserta didik SMP Negeri 2 Kutasari yang berjumlah 595. Sampel sebanyak 120 peserta didik, diambil menggunakan teknik stratified random sample. Instrumen dalam penelitian ini adalah skala kontrol diri. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kontrol diri peserta didik di SMP Negeri 2 Kutasari. Hasil analisis datanya adalah 18,33% peserta didik memiliki kontrol diri tinggi, 68,83 % peserta didik memiliki kontrol diri sedang dan 13, 33 % peserta didik memiliki kontrol diri rendah. Kata kunci : Kontrol Diri, Peserta Didik ABSTRACT This study aims to measure the level of self-control students in Junior High School 2 Kutasari academic year 2012/2013. Population of all students of SMPN 2 Kutasari numbering 595. A sample of 120 students, taken using a stratified random sample. Instruments in this study is the scale of self-control. Data were analyzed using descriptive quantitative data analysis technique that aims to describe the level of self-control students at SMPN 2 Kutasari. Results of the data analysis is 18.33% of students have high self-control, 68.83% of students have self-control medium and 13, 33% of students have low self-control. Keywords: Self-Control, Students PENDAHULUAN Menurut Desmita (2009) Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan. *) Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 19

PSYCHO IDEA, Tahun 12. No.1, Februari 2014 ISSN 1693-1076 Disamping itu dalam diri peserta didik juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari ketergantungan dari pihak lain, untuk itu peserta didik memiliki kesempatan untuk mandiri dan betanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri. Pada masa perkembangan peserta didik masa sekolah menegah pertama (SMP) adalah pada tahap usia remaja. Peserta didik sekolah menengah pertama termasuk dalam usia remaja, karena peserta didik sekolah menengah pertama berusia 12-15 tahun (Yusuf, 2010). Wiliam Kay (dalam Yusuf, 2010) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah mampu memperkuat Self control kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip falsafah hidup. Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan dari dalam dirinya. Pada remaja kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan kematangan emosi. Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima (Hurlock dalam Ghufrron, 2010). Menurut Michele (2001) kontrol diri adalah kekuatan moral secara sementara menghentikan tindakan berbahaya sehingga remaja mampu mengetahui konsekuensi yang mungkin timbul akibat dari perbuatannya sehingga dapat mengerem perilakunya sehingga tidak melakukan tindakan yang berbahaya. Savage (dalam Widodo, 2008), mengemukakan bahwa individu dengan kontrol diri (Self Control), tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk memenuhi kebutuhan tanpa mengabaikan tanggung jawab, norma atau aturan-aturan yang ada. Individu ini memiliki kemampuan dalam menahan keinginan-keinginan yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial. Sebaliknya individu dengan kontrol diri rendah, cenderung bertingkah laku yang tidak sesuai atau perilakunya menyimpang dari kaidah atau norma-norma dan aturan-aturan yang ada, termasuk diantaranya adalah melanggar tata tertib sekolah, individu kurang memiliki kemampuan dalam menahan dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku positif atau yang sesuai dengan norma sosial (Gul & Pesendorfer, dalam Gunarsa 2004). Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama, ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Jika individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi sangat memperhatikan cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasional, bertanggung jawab, sesuai dengan tata tertib yang ada sebaliknya individu yang memiliki kontrol diri yang rendah cenderung perilakunya menyimpang dari aturan-aturan yang ada. Sehingga dapat diasumsikan seorang peserta didik yang memiliki kontrol diri yang rendah akan berperilaku dan bertindak kepada hal-hal yang lebih menyenangkan dirinya meskipun hal tersebut seharusnya tidak 20

DESTRI FAJAR RIANTI & PAMBUDI RAHARDJO, Kontrol Diri Pada Peserta Didik di SMP Negeri 2 Kutasari, Purbalingga dilakuan oleh seorang peserta didik, perilaku yang dilakukan diantaranya adalah membolos, tidak mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, tidak mengikuti pelajaran,membuat kegaduhan saat jam mata pelajaran, mencontek, berkelahi, memalak dan merokok. Tetapi lain halnya dengan peserta didik yang memiliki kontrol diri yang tinggi mereka akan lebih berperilaku yang positif dan mampu bertanggung jawab, seperti tanggung jawab sebagai seorang pelajar adalah belajar. Untuk membantu peserta didik berperilaku sesuai dengan norma-norma atau aturan yang ada maka di sekolah tertdapat tata tertib sekolah yang wajib ditaati oleh seluruh peserta didik, tata tertib sekolah dibuat agar dalam proses belajar disekolah berjalan dengan baik dan akan tumbuh rasa kedisiplinan sehingga peserta didik dapat mencapai prestasi dalam belajarnya. Santrok (2003) menyatakan pelanggaran tata tertib di sekolah merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja ketika di sekolah, kenakalan remaja dapat digambarkan kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Disiplin adalah metode mengajarkan anak tentang karakter, kontrol diri dan nilai moral (Papalia,dkk 2009). Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku perlu belajar dan berusaha terus-menerus, dan mengendalikan diri dengan menunda pemuasan kebutuhan-kebutuhan sesaat demi mencapai tujuan jangka panjang. Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada Senin 23 oktober, 2011 dengan guru BK menyatakan bahwa peserta didik sering melakukan pelanggaran tata tertib sekolah baik itu peserta didik kelas VII, VIII, IX, pelanggaran tata tertib yang dilakukan diantaranya adalah tidak berseragam lengkap, membolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak mengikuti pelajaran saat pelajaran berlangsung, memalak, berkata tidak sopan, berkelahi dan merokok. Pelanggaran-pelangaran tata tertib yang dilakukan peserta didik tidak hanya dilakukan sendiri tetapi ada juga yang bersama dengan beberapa temannya mereka melakukan pelangaran dengan alasan meniru gaya teman, ikut-ikutan dengan teman atau diajak oleh teman, padahal peserta didik sudah mengetahui bahwa hal itu melanggar tata tertib di sekolah tetapi peserta didik tetap melakukannya dan tanpa memikirkan akan dampak dari perilakunya. Pernah terjadi kasus perkelahian pada tanggal 12 Desember 2011 yang dilakukan 15 peserta didik kelas dari VIII terhadap peserta didik lain. Dari hasil observasi pada tanggal 30 Juli dan 2 Agustus 2012 di SMP Negeri 2 Kutasari pada kelas VII,VIII, IX pada saat jam ganti pelajaran hampir seluruh siswa keluar dari kelas untuk sekedar menunggu guru datang ke kelas atau pun mereka bercanda dan bermain dengan teman di luar kelas, selain itu ada 38 peserta didik terlambat masuk kelas. Tidak hanya itu saja pada saat pengisian skala yang di bagikan oleh peneliti terdapat 13 anak berkerja sama saling menanyakan jawaban. 21

PSYCHO IDEA, Tahun 12. No.1, Februari 2014 ISSN 1693-1076 Dari berbagai permasalahan kontrol diri di atas dapat menggambarkan bahwa ada kemungkinan peserta didik kurang memiliki kemampuan mengontrol perilaku dimana peserta didik tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri atau sesuatu dari luar sehingga peserta didik tetap melakukan pelanggaran tata tertaib disekolah seperti membolos, tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak mengikuti pelajaran saat jam pelajaran berlangsung, memalak, berkata tidak sopan, mencontek, tidak berseragam dan merokok. Peserta didik tidak mampu mengontrol secara kognitif dimana peserta didik tidak dapat menilai dan menafsirkan informasi yang diberikan oleh teman sehingga peserta didik tidak berfikir dahulu apa dampak dari perilakunya, peserta didik tidak mampu mengontrol secara keputusan sehingga peserta didik tidak mampu memilih suatu tindakan berdasarkan apa yang diyakini tetapi lebih terpengaruh atas ajakan teman dan memilih untuk ikut-ikutan dengan teman-temnnya. Dengan adanya perilaku yang demikian menujukan bahwa ada kemungkinan kurangnya kontrol diri dalam berperilaku dalam diri peserta didik. Jannah, M dan Sri Rahayu (2007), dalam penelitannya menyatakan bahwa semakin tinggi kontrol diri anak makin mampu menunda pemuasannya, karena perilaku menunda pemuasan membutuhkan kesabaran anak untuk tidak memuaskan keinginannya dengan segera. Pada lingkungan sekolah, lingkungan sosial anak bertambah luas sehingga anak mendapatkan pengalaman baru dari lingkungan luar. Anak memiliki kesempatan bergaul dengan teman sebaya serta belajar untuk mengikuti tata tertib sekolahnya. Semua itu membuat anak berusaha untuk mengendalikan diri dari dorongan dan keinginan sejenak, agar dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Offer et al ( dalam Papalia, 2008) dalam sebuah studinya terhadap 5.938 remaja di sepuluh negara anak-anak muda tersebut seringkali dilaporkan gembira, rileks, menikmati hidup dan merasa mampu melatih kontrol diri. Mereka menikmati relasi dengan yang lainnya, sekolah dan kerja. Merasa nyaman dengan seksualitas dan memandang jauh ke depan, yakni akan kemampuan mereka menghadapi masalah yang mungkin dibawa oleh kehidupan. Berdasarkan konsep Averill (Dalam Gufron, 2010) terdapat tiga jenis kontrol diri yang meliputi lima aspek, yaitu : 1) Kemampuan mengontrol perilaku (Behavioral Control) Kemampuan mengontrol perilaku didefinisikan sebagai kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, kemampuan ini diperinci lebih lanjut ke dalam dua komponen kemampuan mengontrol pelaksanaan (regulated administration), dan kemampuan mengontrol stimulus (stimulus modifiability). 2) Kontrol kognitif (Cognitive Control) Kontrol kognitif yaitu kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Kemampuan ini diperinci lebih lanjut ke dalam dua komponen, kemampuan memperoleh informasi (information gain) dan kemampuan melakukan penilaian (appraisal). 3) Kemampuan mengontrol keputusan (Decisional Control). Kemampuan mengontrol keputusan merupakan kemampuan 22

DESTRI FAJAR RIANTI & PAMBUDI RAHARDJO, Kontrol Diri Pada Peserta Didik di SMP Negeri 2 Kutasari, Purbalingga seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Ada beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol diri menurut Guffron dan Rini (2010) diantaranya adalah : 1) Faktor internal yang ikut andil dalam kontrol diri adalah usia, semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri 2) Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kontrol diri adalah lingkungan keluarga terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. METODE PENELITIAN Variabel yang diteliti adalah kontrol diri Subyek Penelitiannya adalah 120 peserta didik kelas VII, VIII, IX SMP Negeri 2 Kutasari Tahun Pelajaran 2012/2013. Pengumpulan datanya menggunakan skala kontrol diri Analisis data menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian analisis data di atas dapat dideskripsikan bahwa peserta didik di SMP Negeri 2 Kutasari memiliki kemampuan mengontrol perilaku 14,17 % peserta didik dalam kategori tinggi, 72,50 % peserta didik dalam kategori sedang dan 13,33 % peserta didik dalam kategori rendah. Memiliki kemampuan kontrol kognitif 17,50 % peserta didik dalam kategori tinggi, 65,83 % peserta didik dalam kategori sedang dan 16,67 % peserta didik dalam kategori rendah. memiliki kemampuan mengontrol keputusan 15,83 % peserta didik dalam kategori tinggi, 67,5 % peserta didik dalam kategori sedang dan 16,67 % dalam kategori rendah. Penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kutasari menghasilkan suatu indikasi bahwa peserta didik di SMP Negeri 2 Kutasari kebanyakan dari mereka memiliki kontrol diri yang sedang, hal ini tidak sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik dimana kondisi peserta didik yang masih berusia remaja yang seharusnya mamapu memperkuat kontrol dirinya sesuai nilai dan norma-norma yang ada, jika seorang remaja tidak mampu menyelesaikan tugas perkembangannya maka akan menghambat perkembangan remaja pada masa dewasanya William Kay (dalam Yusuf, 2010). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian Jannah. Jannah, M dan Sri Rahayu (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi kontrol diri anak makin mampu menunda pemuasannya, karena perilaku menunda pemuasan membutuhkan kesabaran anak untuk tidak memuaskan keinginannya dengan segera. Pada lingkungan sekolah, lingkungan sosial anak bertambah luas sehingga anak mendapatkan pengalaman baru dari lingkungan luar. Anak memiliki kesempatan bergaul dengan teman sebaya serta 23

PSYCHO IDEA, Tahun 12. No.1, Februari 2014 ISSN 1693-1076 belajar untuk mengikuti tata tertib sekolahnya. Semua itu membuat anak berusaha untuk mengendalikan diri dari dorongan dan keinginan sejenak, agar dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, deskripsi kontrol diri peserta didik di SMP Negeri 2 Kutasari adalah: 18,33% peserta didik memiliki kontrol diri tinggi, 68,83 % peserta didik memiliki kontrol diri sedang dan 13, 33 % peserta didik memiliki kontrol diri rendah. DAFTAR PUSTAKA Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Ghufron.M.N & Rini.R.2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta : Ar Razz Media. Gunarsa, S. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia. http://books.google.com Jannah, M &Sri Rahayu. 2007. Perilaku Menunda Pemuasan Ditinjau dari Kontrol Diri, dan Usia Pada Anak Usia Sekolah. http:/www.google.id/url=jurnal kontrol diri&source. Diakses 12 Desember 2012. Michele, dkk. 2001. Membangaun Keceerdasan Moral. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. http://books.google.com Papalia, dkk. 2008. Human Development (psikologi Perkembangan) Edisi 9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Santrock. J. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga Widodo, B. 2008. Keefektifan Konseling Kelompok Realitas Mengatasi Persoalan Perilaku Disipilin Siswa di Sekolah. http//www.google.id//disiplin.siswa diakses 10 Juni 2012 Yusuf, S. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 24