PENGAWASAN KUALITAS AIR

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor : 1 Tahun 1996 Seri: D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 18 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN RETRIBUSI PEMERIKSAAN KWALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR UNTUK KONSUMSI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 9 TAHUN 1990 TENTANG IJIN TEMPAT USAHA DAN IJIN UNDANG-UNDANG GANGGUAN (HINDER ORDONNANTIE)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 5 TAHUN 1999 T E N T A N G


V. KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 8 Tahun 2003 TENTANG : RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LEMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 1998 SERI : B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta )

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 1991 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 18 TAHUN : 1996 SERI : A NO : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 23 TAHUN 1997 SERI B.8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SLEMAN

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 9 TAHUN : 1990 SERI : A.1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 1995 SERI B.2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG PAJAK RADIO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : 4 Tahun 1992 Seri : A No. 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 1 TAHUN 1997 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

NOMOR : 2 TAHUN 1989 SERI : B =================================================================

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK RUMAH BOLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 9 TAHUN 1999 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 20 TAHUN 1996 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II G R E S I K PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 30 TAHUN 1997 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 1994 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 05 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DI KABUPATEN BARITO UTARA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 1995

No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 4 TAHUN : 1993 SERI : C.2

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN DAN PENCATATAN PENDUDUK DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 6 Tahun 1996 T E N T A N G PAJAK POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 14 TAHUN 1997 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

PERATURAN DAERAH : 4 TAHUN 1991

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 3 TAHUN : 1994 SERI : B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG RETRIBUSI KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 4 TAHUN 1993 T E N T A N G RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG PEMBERIAN IZIN UNDANG-UNDANG GANGGUAN ( HO )

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PEDOMAN TEKNIS (DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TK II) t e n t a n g PENGAWASAN KUALITAS AIR DIREKTORAT JENDERAL PPM & PLP DEPARTEMEN KESEHATAN 1977

1. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 22 ayat 23 mengatakan bahwa Penyehatan Air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan hidup manusia. Upaya penyehatan air bertujuan untuk menjamin tersedianya air minum ataupun air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan bagi seluruh masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan. Untuk menjamin tersedianya kualitas air yang memenuhi persyaratan tersebut, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, seperti pembangunan dan perbaikan sarana air bersih/air minum, Upaya pengawasan kualitas air dan penyuluhan penyuluhan mengenai hubungan kesehatan dengan tersedianya air yang memenuhi persyaratan kesehatan. Salah satu aspek yang sangat esensial untuk terjaminnya kualitas air yang memenuhi persyaratan tersebut adalah tersedianya suatu perangkat yang dapat nengatur dan mengawasi pihak yang memproduksi air dan pihak konsumen, yang meliputihak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing demi terjaminnya kuantitas dan kualitas air. Sejauh ini, beberapa Dati II di Indonesia telah mengembangkan dan membuat peraturan Daerah tentang pengawasan kualitas air di Dati II masing-masing, sebagian telah berjalan dengan cukup baik sisanya masih berupa SK kepala Daerah, sedangkan daerah lainnya masih belum mempunyai peraturan dimaksud. Melihat kondisi yang demikian, Departemen Kesehatan RI dalam hal ini Direktorat Jenderal PPM & PLP penyusun suatu pedoman teknis yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Zdaerahh sebagai acuan untuk menyusun Peraturan Daerah tentang pengawasan kualitas air di Dati II masing-masing. 2. Pedoman Teknis ini bertujuan untuk memberikan pedoman yang berisi muatan teknis dalam rangka menyusun Peraturan Daerah Tingkat II tentang TUJUAN pengawasan kualitas air, yang dapat disesuaikan dengan kondisi, kemampuan dan tersedianya fasilitas di daerah. 3. PENGERTIAN 1) Pedoman Teknis : Pedoman tentang hal-hal teknis yang berhubungan dengan kesehatan sebagaimana diatur dalam PerMenkes nomor 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. 2) Perda : Peraturan Daerah Tingkat II tentang Pengawasan kualitas air. 3) Pemda : Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten / Kotamadya. 4) Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 5) Air Bersih adalah air yang digunakan keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak. 6) Air Kolan renang adalah air didalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. 7) Air pemandian Umum adalah air yang digunakan pada tempat-tempat pemandian bagi umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. 8) Laboratorium adalah tempat untuk melakukan pemeriksaan contoh air secara fisika, kimia dan bakteriologis. 4. DASAR HUKUM 1) UU. Darurat no 12 Darurat Tahun 1957, Tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah. 2) UU.no 5 Tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. 3) UU. No 4 Tahun 1982, tentang ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. 4) UU, no 23 tahun 1992 tentang kesehatan. 5) Peraturan pemerintah no 7 tahun 1987tetang penyerahan sebagian urusan pemerintah dalam bidang kesehatan kepada Daerah. 6) Peraturan pemerintah no 20 tahun 1990,tetang pengendalian pencemaran Air. 7) Keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Kependudukan dan lingkungan hidup / badan Pengendalian Dampak lingkungan nomor 103/Menkes/SKB/II/1993. Nomor Kep./09/BAPEDA/02/1993, tentang Pelaksanaan Pemamtauan Dampak Lingkungan. 8) Peraturan Menteri Kesehatan no 416 Tahun 1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas Air. 9) Peraturan Menteri Kesehatan no 061/Menkes/Per/I/1991 tetang persyaratan kolam renang. 10) Keputusan Sekjen Depkes no 0347/SJ/SK/Lapkes/III/92, tentang jenis-jenis pemeriksaan dan besarnya biaya bahan dan alat untuk tarif pemeriksaan laboratorium. 11) Keputusan Mendagri no 21 Tahun 1994 tentang pedoman Organisasi dan Tata kerja dinas kesehatan. 5. TUJUAN PENGAWASAN KUALITAS AIR Pengawasan Kualitas Air bertujuan : A. Tujuan Umum : Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian rekomendasi untuk pengamanan kualitas air. B. Tujuan Khusus: 1) Tersedianya informasi keadaan sanitasi air bersih dan kualitas air. 2) Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya perlindungan pencemaran, perbaikan kualitas air dan penyuluhan kepada pihak terkait.

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka aspek yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan peraturan daerah tentang pengawasan kualitas Air khususnya adalh : jenis kegiatan, jenis air, persyaratan air, pembiayaan dan pengelola air. 6. JJENIS KEGIATAN PENGAWASAN KUALITAS AIR A. Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air 1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi bermaksud memberi gambaran tentang serangkaian informasi dan tempat-tempat yang berpontensi mempunyai masalah. Data yang diperoleh bisa menjabarkan kekurangan, ketidakteraturan, kesalahan penanganan dan data penyimpangan yang mungkin mempengaruhi produksi dan distribusi. Inspeksi sanitasi dilaksanakan secara teratur waktunya ( rutin ) dan tepat guna. Langkah-langkah inspeksi sanitasi dilakukan pada : (a) Sistem perpipaan ( PDAM / BPAM / PAM Swata )?? Pengamatan lapangan pada seluruh unity pengolahan air minum mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, jaringan distribusi sampai dengan sambungan pelayanan rumah.?? Pengamatan lapangan dengan pengisian formulir Inspeksi Sanitasi?? Hasil setiap pengamatan harus segera diolah dan dianalisis supaya dapat segera ditindak lanjuti/perbaikan kualitas. (b) Sarana air bersih (sumur gali, sumur pompa tangan, PAH, PMA.)?? Inventarisasi seluruh sarana.?? Pemetaan.?? Pengamatan lapangan/sarana (sesuai dengan formulir inspeksi sanitasi menurut jenis sarana air bersih). 2. Pengambilan dan Pengiriman Sampel Air a) Persyaratan pengambilan sampel sebagai berikut :?? Pengambilan sampel harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat dengan frekuensi yang cukup sehingga setiap ada perubahan kualitas air sewaktu-waktu dapat diketahui.?? Sampel harus diambil, disimpan dan dikirim dalam botol yang steril dan sempurna.?? Volume air yang diambil sesuai dengan pedomann.?? Sampel harus diambil dari titik-titik dari sistem penyediaan air yang sedapat mungkin mewakili semuanya.?? Waktu penganbilan harus hati-hati sekali untuk mencegah kontaminasi terhadap sampel yang telah diambil.?? Untuk mencegah adanya perubahaan komposisi sampel yang bermakna yang mempengaruhi hasil analisa sangat penting menjamin bahwa sampel diambil dengan tepat dan dikirim secepat-cepatnya.?? Prosedur/tehnik sampling air minum/bersih, air kolam renang, air pemandian umum mengacu pada buku pedoman pengambilan sampel yang ada. b) Penentuan titik sampling Dalam memilih titik pengambilan sampel, maka setiap tempat harus diberlakukan secara inddividu. Kristeria umum dalam menentukan titik sampling adalah :?? Titik titik pengambilan sampel harus mewakili berbagai sumber-sumber air yang mungkin masuk kedalam sistem.?? Titik-titik tersebut harus meliputi bagian-bagian yang mewakili suatu kondisi dari sistem yang paling tidak baik serta tempat yang kemungkinan memperoleh kontaminasi (reservoir, belokan belokan, daerah bertekanan rendah, ujung dari sistem dan lain-lain).

?? Titik titik sampel harus secara seragam menyebar keseluruh sistem?? Titik-titik pengambilan harus terletak didalam kedua tipe sistem distribusi (tertutup dan terbuka) sebanding dengan jumlah-jumlah sambungan atau cabang.?? Titik-titik pengambilan sampel secara umum harus dipilih sedemikian rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dan bagian pokok dari sistem.?? Titik-titik harus terletak disuatu tempat sedemikian rupa sehingga air berasal dari tangki cadangan atau reservoir.?? Pada sistem yang mempunyai lebih dari satu sumber, titik-titik pengambilan sampel harus berasal dari seluruh sistem sehingga jumlahnya sebanding dengan penduduk yang dilayani dari masing-masing sumber.?? Harus ada paling tidak satu titik pengambilan yang langsung sesudah air bersih memperoleh pengolahan c) Minimal jumlah sampel dan frekuensi pengambilan lihat juklak/juknis Pengawasan Kualitas Air Aspek Mikrobiologis Air Minum dan Air Bnersih Tahun 1993 (hal 10) d) Cara-cara Pengiriman sampel lihat buku materi pelatihan penyehatan air bagi petugas Dati II Tahun 1995 ( hal 99 120 ) 3. Pemeriksaan Kualitas Air Di Laboratorium Maupun di lapangan. Pemeriksaan sampel dilakukan di laboratorium Dinas Kesehatan Dati II / Rumah sakit Dati II / Laboratorium propinsi / Laboratorium lain yang memenuhi syarat dan telah ditetapkan / ditunjuk untuk maksud tersebut. 4. Penyampaian Hasil Pemeriksaan. Penyampaian hasil pemeriksaan kepada pemakai jasa selambat-lambatnya 7 hari untuk hasil pemeriksaan bakteorologi dan 10 hari untuk hasil pemeriksaan kimia. 7. JENIS AIR Jenis air yang diawasi dalam kegiatan pengawasan kualitas air mencakup : 1. Air Minun. 2. Air Bersih. 3. Air Kolam Renang. 4. Air Pemandian Umum. 8. Persyaratan kualitas Air Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia danradioaktif Dalam peraturan Daerah perlu ditetapkan sebagai berikut : a) Kualitas air yang dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan Menteri Kesehatan. b) Jumlah parameter yang perlu diperiksa di laboratorium daerah sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang tersedia. c) Pemeriksaan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam butir b, perlu dilakukan secara bertahap dan terus ditingkatkan sehingga tercapai pelaksanaan pemeriksaan sesuai ketentuan dimaksud butir a. d) Parameter yang tidak dapat diperiksa pada butir b dirujuk ke laboratorium yang lebih tinggi kemampuannya sesuai dengan kebutuhan. 9. PEMBIAYAAN 1) Biaya yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, dapat dikenakan retribusi. 2) Biaya rujukan ditanggung pemerintah/pemerintah daerah tanpa meninggalkan peran serta masyarakat. 3) Pola dan besarnya tarif retribusi berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan. 10. PENGELOLA AIR Pengelola air adalah badan/organisasi /perusahaan/perorangan yang :

a) Memproduksi/menyalur kan air minum/bersih. b) Mengelola kolam renang/pemandisn umum 11. PARAMETER AIR Parameter kualitas air yang minimal diharapkan diperiksa di laboratorium Dati II adalah : 1. Air Minum/air bersih a) Paremeter yang berhubungan dengan kesehatan secara langsung : 1) Mikrobiologi : a) E. Coli b) Total Coli 2) Kimia An-Organik : a) Arsen E) Nitrit, Sbg -N B) Fluorida F) Sianida C) Kromium, Val - 6 G) Selenium D) Kadmium h) Nitrat, sbg -N 3) Kimia Organik : Zat Organik ( Kmno? ) b) Parameter yang berhubungan secara tidak langsung dengan kesehatan: 1 ) Fisika : 2 ) Kimia An Organik Bau Warna Fisika : Jumlah Zat Padat Terlarut ( TDS ) Kekeruhan Rasa Suhu a) Aluminium F) ph b ) Besi g) Seng c) Kesadaran h ) Sulfat d ) Khorida I) Tembaga e ) Mangan 2. Kalam Renang a) Mikrobiologi : b) Kimia : Jumlah Kuman Total Coli Aluminium Kebasaan ( CaCO? ) Oksigen Terabsorbsi ( O? ) PH Sisa Khlor Tembaga c) Fisika : Bau Benda terapung Kejernihan 3. Pemandian Umum a) Mikrobiologi : Total Coli b) Kimia Deterjen Oksigen terlarut ( O2 ) Ph

c) Fisika : Bau Kejernihan Minyak 12. Sanksi 1. Macam/jenis sanksi yang perlu dipertimbangkan untuk ditetapkan dalam peraturan daerah mencakup : a) Sanksi administratif berupa : (a) Pemberian peringatan/teguran (b) Larangan/penghentian sementara pengoperasian kegiatan produksi/aliran distribusi (c) Larangan/penghentian sementara pengoperasian kolam renang, pemandian umum (d) Pencabutan ijin usaha sementara atau tetap b) Sanksi pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda sebesar Rp 50.000,00,- 2. Pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi adalah sebagai kerikut : (a) Menghalangi terlaksananya kegiatan-kegiatan yang ditetapkan di dalam peraturan Daerah dalam rangka pengawasan kualitas Air. (b) Melanggar/melalmpaui standar maksimal yang diperbolehkan pada parameter yang secara langsung berhubungan dengan kesehatan yang ditetapkan dalam peraturan Daerah dan diperiksa di laboratorium. 3. Sanksi terhadap pelanggaran parameter kualitas air baru dijatuhkan setelah dilakukan pembinaan dan pemeriksaan ulang parameter yang dilanggar

LAMPIRAN : CONTOH PEDOMAN TEKNIS PERDA PKA PERATURAN DAERAH KABUPATEN / KOTAMADIA DAERAH TINGKAT II NOMOR : TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI / WALI KOTA KEPALA DAERAH TINGKAT II Menimbang : a) Bahwa air merupakan kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dan merupakan sumber daya alam, sehingga keberadaannya perlu dimanfaatkan dan dilestarikan. b) Bahwa dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan pengawasan kualitas air secara intensif dan terus menerus c) Bahwa kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan d) Bahwa atas dasar pertimbangan pertimbangan tersebut diatas perlu menetapkan peraturan daerah kabupaten Daerah Tingkat II tentang Pengawasan kualitas Air. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah; 2. Undang-undang Nomor.. ( Sesuai nomor untuk daerah masing-masing ) tetang pembentukan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Tingkat I Jo. Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 Tentang : penetapan mulai berlakunya undang-undang tahun 1950 Nomor 12,13,14,dan 15. 3. U.U Darurat no 12 Darurat Tahun 1957. tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah jo. Instruksi Menteri dalam Negeri Nomor!1 Tahun 1969. 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Hygiene Perusahaan dan Perkantoran; 5. UU.No 4 Tahun 1982, Tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup jo peraturan pemerintah /Nomor 51 Tahun 1993, tentang Analisis Mengenai Dampak lingkungan; 6. UU No 23 Ztahun 1992 tentang kesehatan; 7. Peraturan pemerintah No 7 Tahun 1987, tentang penyerahan sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah ; 8. Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air; 9. Keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup/ Badan Pengendalian Dampak Lingkungan no 103 / Menkes/SKB/II/1993, NO Kep-09 /BAPEDAL/02/ 1993, tentang pelaksanaan pemantauan Dampak Lingkungan; 10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/ Menkes/ Per/ IX / 1990. tentang syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air; 11. Peraturan Daerah Tingkat I No tentang Penyerahan Secara nyata beberapa urusan Daerah Tingkat I Kepada Daerah Swatantra Tingkat II ; 12. Keputusan gubernur kepala Daerah Tingkat I Nomor.. tentang baku mutu lingkungan daerah untuk Wilayah Propinsi Daerah tingkat I; 13. Instruksi Gubenur kepala Daerah Tingkat I No.. tentang Pengawasan kualitas Air; 14. Peraturan Daerah kabupaten daerah tingkat II No. Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingkat II; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II

Menetapkan : M E M U T U S K A N : Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tentang Pengawasan Kualitas Air. BAB I KETENTUAN UMUN Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah tingkat II; b) Kepala daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II; c) Dinas Kesehatan adalah Kesehatan daerah Tingkat II; d) Air adalah air air minum, air bersih, air kolam renang dan air pemandian umum; e) Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum; f) Air bersih adalah air yang digunakan keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. g) Air Kolam Renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan; h) Laboratorium adalah tempat untuk melakukan pemeriksaan contoh air secara fisik, kimia, bakteriologis dan radio aktif yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah tingkat II; i) Pengelola air adalah badan /organisasi / perusahaan / perorangan yang memproduksi,menyalurkan air atau mengelola air kolam renang / pemandian umum BAB II MAKSUD DAN TUJUAN PASAL 2 Maksud dan Tujuan dikeluarkannya Peraturan Daerah ini adalah : 1) Mengatur, membina dan mengawasi pelaksanaan penggunaan air dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 2) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta mencegah penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat akibat kualitas air yang tidak memenuhi syarat kesehatan. BAB III SYARAT SYARAT Pasal 3 1) Kualitas air harus memenuhi syarat-syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif. 2) Persyaratan kualitas Air sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) pasal ini ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 1) Air yang wajib diperiksakan ke laboratorium adalah : a) Air yang dikelola PDAM

b) Air yang digunakan pada kolam renang c) Air yang digunakan untuk kegiatan ekonomi 2) Air yang belum tercantum pada ayat 1 pasal ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh kepala Daerah, 3) Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radio aktif a) Kualitas air yang dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan Menteri Kesehatan. b) Jumlah parameter yang perlu diperiksa di laboratorium daerah sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang tersedia. terdiri dari : 1) Air minum/air bersih. a) Parameter yang berhubungan dengan kesehatan secara langsung : (a) Mikrobiologi : E. Coli dan Total Coli. (b) Kimia An Organik : Arsen Nitrit, sbg N Flourida Sianida Kromium, Val 6 Selenium Nitrat sbg-n Kadmium (c) Kimia Organik : zat organik ( KMnO? ) b) Parameter yang berhubungan secara tidak langsung dengan kesehatan : (a) Fisika : Bau Warna Jumlah Zat padat terlarut ( TDS ) Kekeruhan Rasa Suhu (b) Kimia An-organik : Aluminium PH Besi Seng Kesedahan Sulfat Khlorida Tembaga Mangan c) Kalam Renang (a) Mikrobiologi : Jumlah kuman dan Total Coli (b) Kimia : Aluminium Kebasaan ( CaCo3 ) Oksigen Terabsorbsi ( O2 ) PH Sisa khlor Tembaga (c) Fisika : Bau Benda Terapung Kejernihan

d) Pemandian Umum (a) Mikrobiologi : total Coli (b) Kimia : Deterjen Oksigen terlarut ( O2 ) PH (c) Fisika Bau Kejernihan Minyak C. Pemeriksaan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam butir b, perlu dilakukan secara bertahap dan terus ditingkatkan sehingga tercapai pelaksanaan sesuai ketentuan dimaksud butir a, D. Parameter yang tidak dapat diperiksa pada butir b dirujuk ke laboratorium yang lebih tinggi tingkat kemampuannya sesuai dengan kebutuhan. Pasal 5 Disamping melayani pemeriksaan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat ( 1 ), Dinas / instansi dan masyarakat umum juga dapat memanfaatkan jasa laboratorium air tersebut dengan dipungut retribusi. BAB IV PENGAWASAN Pasal 6 1) Kegiatan Pengawasan kualitas air dilaksanakan oleh Pemerintah daerah dalam hal ini dinas Kesehatan. 2) Petunjuk dan pembinaan teknis dapat dilaksanakan baik oleh dinas Kesehatan Propinsi maupun aparat Departemen Kesehatan di wilayah, Yakni kanwil Depkes Propinsi. Pasal 7 1) Kegiatan Pengawasan Kualitas air mencakup : a) Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk pada proses produksi dan distribusi : b) Pemeriksaan contoh air c) Analisa hasil pemeriksaan : d) Perumusan saran dengan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan a,b,dan c diatas e) Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan termasuk kegiatan penyuluhan, 2) Hasil pengawasan kualitas air dilapokan secara berkala oleh dinas Kesehatan secara berjenjang. 3) Tata cara penyelenggaraan pengawasan dan syarat-syarat sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) pasal ini serta kualifikasi tenaga pengawas ditetapkan oleh kepala Daerah. Pasal 8 1. Pengawasan kualitas Air dilaksanakan sejak dalam proses produksi, transmisi dan tempat penyimpanan (reservoir) dan pada waktu didistribusikan kepada Umum.

2. Pengawasan lapangan dan pengambilan contoh air dilakukan oleh Dinas Kesehatan. 3. Pemeriksaan contoh air dilakukan oleh laboratorium. Setiap pengelola air : Pasal 9 a) Memeriksakan kualitas air. b) Membantu pelaksanaan pengawasan oleh petugas. c) Memperbaiki kualitas air sesuai petunjuk Dinas Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Pasal 10 Tata Cara untuk memeriksakan kualitas air sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat ( 1 ) peraturan Daerah ini diatur sebagai berikut : 1. PDAM dan Industri / Perusahaan baik jasa maupun non jasa memeriksakan kualitas air yang digunakan secara rutin sebelum dikonsumsikan pada masyarakat. 2. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) pasal ini dilakukan oleh unit laboratorium dengan cara menguji secara bakteriologis dan kimia terbatas. 3. Cara pengambilan contoh (sampling) dan besarnya jumlah contoh (Sampling size) untuk kepentingan pemeriksaan haruslah sesuai ketentuan teknis yang berlaku. BAB V RETRIBUSI Pasal 11 1. Setiap pemeriksaan kualitas yang dilakukan di laboratorium dikenakan retribusi 2. Basarnya retribusi pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat ( 1) pasal ini ditetapkan : A. Pemeriksaan bakteriologis.. Rp 7.500,- ( tujuh ribu lima ratus rupiah ) B. Pemeriksaan Kimia terbatas..rp 10.000,- ( sepuluh ribu rupiah ) C. Untuk pemeriksaan kimia lengkap : Untuk air bersih.. Rp 25.250,- ( dua puluh lima ribu dua ratus lima puluh rupiah ) Untuk air minum.rp 35.450,- ( tiga puluh lima ribu empat ratus lima puluh rupiah ) Untuk air kolam renang.rp 5.300,- ( Lima ribu tiga ratus rupiah ) Untuk air mandi umum..rp 8.300,- ( delapan ribu tiga ratus rupiah ). D. Biaya pengambilan sampel dilapangan ditetapkan sebesar :.Rp 2.000,- ( dua ribu rupiah ) untuk setiap sampel. 3. Semua pendapatan dari retribusi pemeriksaan sebagaimana ayat ( 2 ) pasal ini disetorkan oleh bendaharawan khusus penerima Dinas Kesehatan ke??bank Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Tingkat 1 cabang selaku pemegang kas daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI KETENTUAN SANKSI Pasal 12 1. Barang siapa yang melanggar pasal 3, pasl 4, dan pasal 9 dan pasal 11 peraturan Daerah ini diancam dengan sanksi administrap atau sanksi pidana kurungan. 2. Pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi adalah senagai berikut : a) Menghalangi terlaksananya kegiatan-kegiatan yang ditetapkan di dalam peraturan daerah dalam rangka pengawasan kualitas air. b) Melanggar / melampaui persyaratan maksimal yang diperbolehkan pada parameter yang secara langsung berhubungan dengan kesehatan yang ditetapkan dalam peraturan daerah dan diperiksa di laboratorium. 3. Sanksi yang dimaksud pada ayat ( 1 ) basa berupa : a) Pemberian peringatan / tegoran b) Larangan / Penghentian sementara pengoperasian kegiatan produksi / aliran distribusi. c) Larangan / penghentian sementara pengoperasian kolam renamg, pemandian umum d) Pencabutan ijin usaha sementara atau tetap. e) Sanksi pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan atau membayar denda sebesar RP. 50.000,00,- 4. Disamping ancaman sanksi administratip dan pidana sebagaimana dimaksud ayat ( 3 ) pasal ini, yang bersangkutan tetap diwajibkan membayar retribusi sebagaimana diatur dalam peraturan daerah ini. 5. Sanksi terhadap pelanggaran parameter kualitas air baru dijatuhkan setelah dilakukan pembinaan dan pemeriksaan ulang terhadap parameter yang dilanggar. BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 13 1. Selain pejabat penyidik polri atas tindak pidana, sebagaimana dimaksud pasal 12 peraturan daerah ini dilakukan oleh penyidik pegawai Negeri sipil Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 2. Dalam melakukan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud ayat ( 1) pasal ini berwenang : a) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b) Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan. c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d) Melakukan Penyitaan benda dan atau surat. e) Mengambil sidik jari dan memotret tersangka. f) Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. h) Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik Polri bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik Polri memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya. i) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan yang mengatur sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 15 Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan Daerah ini msepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian lebih lanjut oleh kepala daerah. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan perundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah kabupaten Tingkat II. Ditetapkan di : Ibukota Dati II Pada Tanggal :. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kab Daerah TK II Bupati Kepala Daerah TK II Nama Terang Nama Terang (.) (. ) Disahkan oleh Gubenur Kepala Daerah Tingkat I dengan Surat Keputusan Nomor :.. Tanggal :.. Diundangkan dalam lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Seri Nomor Tahun Tanggal : :.. :.. : SEKRETARIS WILAYAH / DAERAH Kabupaten Daerah Tingkat II Nama Terang Nip.

P E N J E L A S A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II NOMOR :.. Tentang PENGAWASAN KUALITAS AIR 1. PENJELASAN UMUM Air merupakan kebutuhan pokok bagi hajat hidup orang banyak dan merupakan sumber daya alam sehingga keberadaannya perlu dimanfaatkan. Disamping itu air dapat menjadi perantara beberapa penyakit menular, Oleh karenanya keberdaannya dan pemanfaatanya perlu diawasi agar kualitasnya tetap terjaga dan tidak membahayakan bagi kesehatan. Agar kualitas air baik secara fisik, bakteriologi, kimia dan radioaktif tetap terjadi perlu ditetapkan syarat-syarat kualitas air dan diadakan upaya-upaya pengawasan yang bertujuan untuk mengetahui gambar mengenai keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian rekomendasi untuk pengamanan kualitas air Dengan rincian tujuan khusus : a) Tersedianya informasi keadaan sanitasi air bersih dan kualitas air. b) Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya perlindungan pencemaran, perbaikan kualitas air, dan penyuluhan kepada pihak terkait. Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air tersebut mengandung arti bahwa air harus memenuhi standar/ukuran tertentu sesuai dengan jenis parameter dan satuan unitnya. Disamping itu penetapan syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dimaksidkan untuk mendidik masyarakat agar senantiasa menjaga kualitas/mutu air sehingga terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh air, Pemerintah kebupaten Dati II telah mempunyai Laboratorium air yang dilengkapi dengan peralatan Laboratorium secara sederhana. Agar laboratorium tersebut dapat berfungsi secara optimal maka diperlukan landasan yang kuat sebagai pedoman untuk operasionalisasi. atas dasar pertimbangan pertimbangan tersebut diatas perlu segera menetapkan peraturan Daerah Kabupaten daerah Tingkat II tentang Pengawasan Kualitas Air. 2. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 huruf a s/d g = cukup jelas Huruf h = Laboratorium yang ditunjuk oleh kepala Daerah Tingkat II adalah : Huruf I = Cukup Jelas 1. Laboratorium Pengawasan kualitas Air Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingkat II. 2. Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi daerah Tingkat I sebagai laboratorium Rujukan. Pasal 2 s/d pasal 3 Pasal 4 ayat ( 1) A B C Pasal 5 Pasal 6 = cukup jelas = Air PDAM adalah air yang diolah / diproses oleh PDAM yang disalurkan / dialirkan melalui jaringan pipa ke masyarakat konsumen. = Kolam renang adalah suatu tempat untuk berenang, mandi, berekreasi, berolah raga, jasa dan pelayanan lainnya dikelola oleh suatu badan Usaha. = Air Yang digunakan untuk kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan nilai tambah, misalnya untuk pemondokan / asrama, pasar, terminal, home industri dan perusahaan. = Setiap pemeriksaan contoh air yang dilakukan oleh laboratorium, dipungut biaya pemeriksaan yang kemudian disetorkan ke kas Daerah. Sedangkan hasil pemeriksaan contoh air yang berasal dari pemakai jasa, laboratorium wajib menyampaikan hasil pemeriksaan selambat-lambatnya 1 ( satu ) bulan terhitung sejak contoh diterima kepada pemakai jasa yang bersangkutan. = Cukup jelas

Pasal 7 ayat ( 1) Ayat ( 2 ) Ayat ( 3 ) Pasal 8 = Cukup jelas = Hasil pengawasan kualitas air dilaporkan secara berkala kepada kepala Daerah Daerah dan Dinas kesehatan tingkat I sebagai tembusan. = Cukup jelas = Cukup jelas Pasal 9 ( a) = Memeriksakan kualitas air adalah memeriksakan kualitas air secara rutin dengan ketentuan sebagai berikut : - Air PDAM : mengikuti peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 01/ Birhukmas / I / 1975. - Selain air PDAM : pemeriksaan air dilaksanakan setiap ( enam ) bulan sekali. ( b) dan ( c ) = Cukup jelas Pasal 10 Pasal 11 ayat ( 1) = Cukup jelas = Cukup jelas Ayat ( 2 ) a = Cukup jelas B = Yang dimaksud dengan pemeriksaan kimia terbatas adalah analisa kandungan zat dalam air meliputi : Kekeruhan, Khorida, Flourida,Mangan. Fe, Kesadahan, Nitrat, nitrit, sulfat, zat organik, warna, bau dan ph. C = Yang dimaksud dengan pemeriksaan kimia lengkap adalah analisa kandungan zat dalam air yang mengacu pada per Menkes Nomor 416 tahun 1990. D = Cukup Jelas Ayat ( 3 ) = Cukup jelas Pasal 12 s/d Pasal 16 = Cukup Jelas.