TEKNIK BERTANYA DALAM PEMBELAJARAN. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
bertanya lanjut pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin.

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KIMIA MELALUI PELATIHAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DI BANYUWANGI

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana yang dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PRODUKTIF BUSANA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

GAMBARAN PENGENALAN MODEL PEMBELAJARAN QODE (QUESTIONING, ORGANIZING, DOING AND EVALUATING) PADA GURU IPA SMP DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS PENERAPAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Binti Anisaul Khasanah 1, Siti Khoiriah 2

THE EFFCT OF TEACHERS PROFESSIONAL COMPETENCE CIVIC EDUCATION TO INTEREST STUDEN LEARNING SMPN IN KECAMATAN BONJOL

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR DAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VI

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN SIPETE

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEKNIK KNOW WANT LEARNED HOW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

Keywords: Integrasi Keterampilan Dasar Mengajar, Implikasi

PELATIHAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI KOTA KUPANG

PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

ABSTRACT. Keywords: Influence, Problem Based Learning, IPS Text

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA PADA MATA KULIAH PROGRAM LATIHAN PROFESI I (PLP I)

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL

UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING

PENERAPAN KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA SMA SANTUN UNTAN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. Pembelajaran penerapan trigonometri melalui belajar kooperatif tipe Student

ANALISIS EFEKTIVITAS KETERAMPILAN GURU BERTANYA DASAR KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MENJALIN ARTIKEL PENELITIAN.

PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING (BBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMAN 3 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Keterampilan Bertanya Guru Biologi SMA Muhammadiyah Berdasarkan Kurikulum 2013 di Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PKN DI SMA SEKECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG a

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

HARLINA .

Rini Tri Irianingsih 47

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

(JURNAL) Oleh SRI MULYANI MAMAN SURAHMAN RIYANTO M TARUNA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu format Undang-Undang 20 Tahun 23 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

ANALISIS PERTANYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TIPE BAMBOO DANCING DI SEKOLAH DASAR PONTIANAK UTARA

PENINGKATAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE STRATEGI PEER TUTORING DI KELAS V SD KARTIKA 1-11 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI ON THE JOB TRAINING DI SMP NEGERI 2 RANAH BATAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

Rohmawati et al., Penerapan Metode Role Playing...

PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE

Kompetensi 1 : Mengenal karakteristik peserta didik Jenis dan cara penilaian : Kompetensi Pedagogik (Pengamatan dan Pemantauan)

Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Proses Belajar Fisika pada Konsep Gelombang Elektromagnet Melalui Pembelajaran Think, Write, and Talk

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:

ANALISIS KINERJA GURU DI SMA NEGERI 1 TAMBUSAI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

Transkripsi:

TEKNIK BERTANYA DALAM PEMBELAJARAN Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada guru tentang teknik bertanya dalam pembelajaran. Bertanya dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat penting, sebab melalui pertanyaan, guru dapat mendorong, membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Oleh karena itu pemahaman tentang teknik bertanya dalam pembelajaran perlu dimiliki guru agar kegiatan pembelajaran dapat dikelola secara efektif. Teknik bertanya dalam pembelajaran meliputi beberapa aspek, yakni; 1) bagaimana seharusnya guru bertanya; 2) pengaturan waktu tunggu dalam bertanya; 3) hal-hal yang perlu dilakukan dalam menanggapi jawaban siswa; dan 4) hal-hal yang perlu dihindari dalam kegiatan bertanya. Penerapan teknik bertanya yang tepat, akan berdampak pada terciptanya pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, dan kreativitas. Dengan demikian pembelajaran akan lebih produktif dan efektif. Kata kunci: teknik, bertanya, pembelajaran. ABSTRACT This paper aims to provide information to teachers about questioning techniques in learning. Asks in learning have a very important role, because through the questions, teachers can encourage, guide and direct students to find any material learned. Therefore, an understanding of the techniques necessary to ask in learning so that teachers have the learning activities can be managed effectively. Questioning techniques in learning includes several aspects, namely; 1) how should the teacher asked; 2) setting the waiting time in question; 3) things that need to be done in response to student answers; and 4) the things that need to be avoided in the activities asked. Application of appropriate questioning techniques, will have an impact on the creation of interactive learning, inspiring, fun, challenging, and motivating students to actively participate and provide enough space for innovation, and creativity. Thus, learning will be more productive and effective. Keywords: technique, asking, learning. 1

Pendahuluan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai pendidik profesional tentunya guru harus memiliki kompetensi yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi yang dimaksud sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 2 Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Adapun kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi pedagogik antara lain mencakup perancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis tersebut diperlukan berbagai keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar yang dimaksud menurut Hasibuan dan Moedjiono (2006:58) antara lain: 1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran; 2) keterampilan menjelaskan; 3) keterampilan bertanya; 4) keterampilan memberi penguatan; 5) keterampilan mengadakan variasi; 6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan perorangan; 7) keterampilan mengelola kelas; dan 8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Dari hasil pengamatan penulis di beberapa sekolah tentang kegiatan pembelajaran di kelas, dan dalam peer teaching di beberapa kegiatan pelatihan guru,

khususnya dalam pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, diperoleh fakta bahwa masih banyak guru yang belum memahami secara utuh keterampilan dasar mengajar sebagaimana yang disebutkan di atas. Kelemahan guru antara lain nampak pada keterampilan atau teknik bertanya yang masih kurang. Hal ini terlihat tatkala guru bertanya kepada siswanya, namun guru tersebut yang menjawab sendiri pertanyaannya. Terkadang pula pertanyaan guru dijawab serempak oleh siswa sehingga sulit diidentifikasi siswa yang mana yang menjawab dengan benar pertanyaan tersebut. Sering pula terjadi guru menunjuk terlebih dahulu siswa yang akan ditanya sebelum menyampaikan pertanyaannya, sehingga membuat siswa kaget dan bingung karena belum tahu apa yang akan ditanyakan oleh gurunya. Kelemahan lainnya adalah guru mengulang jawaban siswanya, dan sebagainya. Kelemahan guru dalam teknik bertanya sebagaimana uraian di atas sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil menggunakan teknik bertanya yang efektif dalam kegiatan pembelajaran (Hasibuan dan Moedjiono, 2006:62). Pada hal pertanyaan yang disusun dengan baik dan dilontarkan dengan teknik yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar dan peningkatan cara berpikir siswa. Oleh karena itu pemahaman tentang teknik bertanya dalam pembelajaran perlu dimiliki guru agar kegiatan pembelajaran dapat dikelola secara produktif dan efektif. Teknik bertanya adalah metode atau cara pengajuan pertanyaan di dalam kelas. Teknik bertanya yang akan diuraikan dalam tulisan ini meliputi beberapa aspek, yakni: 1) bagaimana seharusnya guru bertanya dalam kegiatan pembelajaran; 2) pengaturan waktu tunggu dalam bertanya; 3) bagaimana seharusnya menanggapi jawaban siswa; dan 4) hal-hal yang perlu dihindari dalam kegiatan bertanya. Bagaimana Seharusnya Guru Bertanya? Bertanya dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat penting, sebab melalui pertanyaan, guru dapat mendorong, membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Oleh karena itu menurut Rusman (2010:195) cukup beralasan jika dengan pengembangan bertanya, produktivitas pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya, maka: 1) dapat menggali informasi dari siswa; 2) mengecek pemahaman siswa; 3) membangkitkan 3

respon siswa; 4) mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa; 5) mengetahui halhal yang diketahui siswa; 6) memfokuskan perhatian siswa; 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan 8) menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Lalu bagaimanakah seharusnya guru bertanya dalam pembelajaran? Menurut Depdikbud (1990:7) untuk menciptakan suatu dinamika dalam kegiatan pembelajaran, hendaknya guru mengetahui hal-hal tertentu didalam mengajukan suatu pertanyaan agar secara langsung berlaku komunikasi segitiga yakni komunikasi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang mencerminkan keaktifan siswa dan guru. Hal-hal yang dimaksud antara lain: Pertama: Pertanyaan diajukan untuk seluruh kelas, bukan untuk perorangan, kemudian menawarkan kepada siswa siapa yang akan menjawab, atau menunjuk langsung salah seorang siswa. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa ikut berfikir memecahkan jawaban pertanyaan guru. Pertanyaan yang agak sulit jangan diperuntukkan atau ditunjuk siswa yang lemah. Kedua: Jawaban hendaknya oleh perorangan, bukan oleh seluruh kelas. Siswa yang menjawab adalah siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai jawaban individu ataupun sebagai wakil kelompok. Ketiga: Usahakan pertanyaan diajukan secara merata (random). Maksudnya setelah pertanyaan diajukan ke seluruh kelas, yang ditunjuk untuk menjawab penyebarannya secara merata, jangan menurut pola tertentu, misalnya hanya ditunjuk siswa yang pandai atau siswa yang bandel atau siswa sesuai absen atau berurutan. Jadi hendaknya menggunakan pola acak, tetapi merata. Maksudnya supaya setiap siswa merasa siap untuk menjawab pertanyaan. Keempat: Jika perlu berikan dorongan kepada siswa yang lemah dan pemalu untuk mau menjawab. Disini guru bertindak tidak membedakan antara siswasiswinya, atau tidak pilih kasih, tetapi memperhatikan semua siswa untuk diajak terlibat dalam proses belajar yang aktif; Kelima: Perhatian guru hendaknya kepada seluruh kelas walaupun konsentrasinya kepada jawaban siswa. Jadi sementara siswa menjawab yang lain masih dalam jangkauan perhatian guru. 4

Menurut Alam, dkk (2010:32) pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran dapat dibagi atas 2 (dua) kategori, yakni: 1) low order question, yaitu pertanyaan yang bersifat recall yakni pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat kembali, ini merupakan pertanyaan mudah, misalnya apa ibu kota provinsi Sulawesi Selatan?; 2) higher order question, pertanyaan ini agak sulit, dengan memakai kata bagaimana, mengapa, misalnya mengapa Makassar ditunjuk sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Selatan? Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa hendaknya tidak selalu yang mudah saja, atau yang sukar saja, tapi harus bervariasi. Namun jika pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab oleh siswa, maka menurut Alam, dkk (2010:31) yang harus dilakukan oleh guru adalah: 1) memberikan informasi tambahan agar murid dapat menjawab; 2) merubah pertanyaan dalam bentuk lain, 3) memecah pertanyaan semula menjadi beberapa sub pertanyaan sehingga akhirnya semua dapat terjawab. Dengan demikian siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran dan daya serap siswa akan lebih tinggi. Waktu Tunggu Setelah memahami bagaimana seharusnya guru bertanya dalam kegiatan pembelajaran, hal lain yang perlu menjadi perhatian dalam bertanya menurut Depdikbud (1990:8) adalah waktu tunggu. Waktu tunggu adalah waktu yang diberikan guru kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. Ada dua jenis waktu tunggu dalam bertanya, yaitu: Pertama: Waktu tunggu untuk memberi kesempatan berfikir dan menyusun kalimat jawaban dengan baik. Waktu tunggu ini panjang pendeknya sesuai dengan tingkat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, pertanyaan yang bersifat ingatan tentu waktu tunggunya lebih singkat bila dibandingkan dengan waktu tunggu dalam pertanyaan yang bersifat pemahaman atau penerapan. Waktu tunggu rata-rata ditentukan 3-5 sekon. Untuk waktu tunggu pertanyaan tingkat lebih tingi ditentukan sampai 10 sekon. Kedua: Waktu tunggu setelah siswa menjawab, dimakudkan untuk memberi kesempatan siswa lain untuk menanggapi jawaban temannya, sebelum guru memberi 5

penguatan atau mengklarifikasi jawaban siswa dan melanjutkan pelajaran. Waktu tunggu ini juga 3 5 sekon. Menurut Alma, dkk (2010:31), pemberian waktu tunggu dalam kegiatan bertanya bertujuan untuk: 1) memberikan kesempatan berpikir mencari jawaban; 2) untuk memperoleh jawaban yang komplit; 3) memahami pertanyaan/menganalisa pertanyaan; 4) agar banyak murid yang bisa menjawab. Dengan demikian pemberian waktu tunggu membuat siswa lebih aktif, kreatif, produktif sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif. Menanggapi Jawaban Siswa Menanggapi jawaban siswa merupakan suatu hal yang ikut menentukan efektifitas dari kegiatan bertanya dalam pembelajaran. Jika guru mampu memberikan tanggapan dengan tepat terhadap jawaban siswa, maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan tentunya akan berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya. Hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam menanggapi jawaban yang diberikan siswa menurut Depdikbud (1990:9) adalah sebagai berikut: Pertama: Bila jawaban siswa benar, maka guru dapat melakukan salah satu tindakan berikut: a) Membenarkan jawaban dan menyuruh teman yang lain mengulang jawaban tersebut, kemudian melanjutkan pelajaran; b) Menulis jawaban siswa tadi di papan tulis atau menyuruh siswa untuk mencatatnya, kemudian melanjutkan pelajaran; c) Mencari jawaban dari siswa lain untuk mengetahui beberapa yang setuju dengan jawaban yang benar tersebut, kemudian membenarkan dan melanjutkan pelajaran; d) Meminta siswa mengajukan alasan mengenai jawaban tersebut. Kedua: Bila jawaban siswa tidak benar, guru dapat melakukan salah satu tindakan berikut: a) Menyederhanakan pertanyaan agar mudah dimengerti; b) Menguraikan pertanyaan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana dengan tujuan membimbing siswa kepertanyaan semula; c) Mencari jawaban dari siswa yang lain dengan mengatakan siapa yang setuju dan tidak setuju dengan jawaban yang diberikan temannya; d) Menanyakan alasan dari jawaban yang tidak benar, yang memungkinkan siswa itu tahu sendiri kesalahannya. 6

Ketiga: Bila jawaban tidak lengkap atau kurang lengkap maka dapat meminta jawaban tambahan atau keterangan lebih lanjut kepada siswa yang menjawab atau kepada siswa lain. Keempat: Bila tidak ada jawaban sama sekali dari siswa, guru dapat mengubah bentuk kalimat pertanyaan agar mudah dimengerti oleh siswa atau menguraikan pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan sederhana yang dapat membimbing siswa kepertanyaan semula. Bila tindakan itu tidak berhasil guru menjelaskan kembali muatan materi pelajaran dari pertanyaan tersebut. Hal-hal yang perlu dihindari dalam kegiatan bertanya. Setelah guru memahami berbagai macam tehnik dalam bertanya sebagaimana uraian di atas, ada pula hal-hal yang perlu dihindari agar proses komunikasi segitiga yakni komunikasi antara guru dan siswa dan antar siswa dapat berlangsung secara interaktif dan dinamis. Menurut Depdikbud (1990:10), hal-hal yang perlu dihindari dalam kegiatan bertanya diantaranya: Pertama: Mengulang pertanyaan, kecuali semua siswa belum jelas akan maksud pertanyaan. Hal ini membiasakan siswa selalu memperhatikan kegiatan proses suatu diskusi, dan tidak membuang-buang waktu. Kedua: Menjawab pertanyaan sendiri, karena menyebabkan siswa tidak aktif sebab sudah tahu bahwa akhirnya guru akan menjawabnya sendiri. Ketiga: Memotong jawaban siswa. Siswa yang sedang menjawab entah jawaban itu benar atau salah jangan dipotong sebelum jawaban selesai kemudian menunjuk siswa lain menjawabnya. Hal ini menimbulkan kekeceweaan siswa, yang lain kali dia enggan menjawab lagi atau menyebabkan siswa menjadi rendah diri merasa tidak diperhatikan jawabannya. Keempat: Mengulang jawaban siswa. Ini menyebabkan siswa lain tidak memperhatikan jawaban temannya atau membiasakan siswa bersuara lemah atau tidak tegas. Bila perlu untuk memperjelas, mintalah siswa lain untuk mengulang jawaban yang diberikan temannya tersebut. Kelima: Menunjuk siswa untuk menjawab sebelum pertanyaan diajukan. Hal ini menyebabkan teman lain tidak memperhatikan pertanyaan guru atau tidak melibatkan siswa lain karena merasa tidak akan disuruh menjawabnya. 7

Keenam: Mengajukan pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak, atau yang jawabannya selalu jelas. Hal ini akan mengakibatkan jawaban serentak seluruh siswa. Sehingga mungkin ada siswa yang cuma ikut-ikutan dan kelas menjadi gaduh. Ketujuh: Mengikuti pola yang selalu sama dalam mengajukan pertanyaan, misalnya yang menjawab diurut dari barisan belakang kedepan atau dari depan ke belakang terus menerus. Hal ini menyebabkan siswa tidak aktif karena tahu persis bukan gilirannya untuk menjawab. Jika guru menerapkan teknik bertanya dengan tepat, maka kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dikatakan inetraktif karena melalui kegiatan bertanya akan terbangun interaksi antara guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa. Disebut inspiratif karena dengan bertanya, memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu sehingga dapat menimbulkan inspirasi bagi siswa, sedangkan disebut menyenangkan karena pembelajaran lebih hidup dan bervariasi. Adapun dianggap menantang karena dengan bertanya akan mengembangkan rasa ingin tahu siswa, serta disebut memotivasi karena akan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa dan kreativitas. Jika hal tersebut sudah terbangun dalam kegiatan pembelajaran, maka pembelajaran akan lebih produktif dan efektif. Simpulan Mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik bertanya dalam pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam ranah kompetensi pedagogik yang harus dipahami oleh guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas. Teknik bertanya meliputi beberapa aspek, yakni: 1) bagaimana seharusnya guru bertanya; 2) pengaturan waktu tunggu dalam bertanya; 3) hal-hal yang perlu dilakukan dalam menanggapi jawaban siswa; dan 4) hal-hal yang perlu dihindari dalam kegiatan bertanya. Penerapan teknik bertanya yang tepat, akan berdampak pada terciptanya pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, dan kreativitas. Dengan demikian pembelajaran akan lebih produktif dan efektif. 8

Daftar Pustaka Alma, Buchari, dkk. 2010. Guru profesional. Bandung: Alfabeta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Teknik Bertanya (Bahan Penataran PKG Akuntansi SMA). Jakarta: Proyek Pengembangan Akuntansi. Hasibuan dan Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 9