EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA BENTUK LAHAN ASAL VOLKANIS DI KECAMATAN PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Lampiran 1. Deskripsi Profil

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BROKOLI (BRASSICA OLERACE VAR ITALICA)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

II. TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAH ENTISOL DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica)

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KECAMATAN SELOPURO KABUPATEN BLITAR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

Evaluasi Kesesuaian Lahan Kabupaten Dairi Untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromatica L.) DI KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG. Yuli Purwati

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kab.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

Kesesuaian Lahan Pengembangan Ubi Jalar di Kota Ternate

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI IRIGASI DAN KEDELAI PADA LAHAN TERLANTAR YANG POTENSIAL DI KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

11. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan 2.2 Penggunaan Lahan

Potensi Pengembangan Tanaman Pangan Alternatif Ditinjau dari Aspek Biofisik di Kota Ternate

TINJAUAN PUSTAKA. proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Secara astronomis Dusun Ngampon terletak pada 7 o 50 LS - a) Sebelah utara : Dusun Padangan

MATERI-1 PERSIAPAN LAHAN. (Sunarto Ismunandar + Sugeng Prijono)

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Panduan Fieldtrip. MK. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Christanti Agustina, SP. Nama : NIM : Program Studi :

Imam Ash Shiddiq, Ali Kabul Mahi, Kuswanta F Hidayat & Afandi

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

Transkripsi:

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA BENTUK LAHAN ASAL VOLKANIS DI KECAMATAN PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG Ainun Zahriyah Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang e-mail: ainun.g3o@gmail.com ABSTRAK: Kecamatan Pasrujambe adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Lumajang yang memiliki bentuk lahan asal Volkanis dan merupakan daerah yang banyak mengembangkan tanaman kopi Robusta yang bernilai ekonomis. Luas lahan perkebunan rakyat total untuk tanaman kopi Robusta di Kecamatan Pasrujambe pada tahun 2010 adalah 732 Ha dengan nilai produktivitasnya sebesar 550 Kg/Ha/Tahun. Nilai produktivitas tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman kopi Robusta di Kecamatan Tempursari yang luas lahannya lebih kecil. Perkebunan kopi di beberapa desa di Kecamatan Pasrujambe juga ditanam pada lahan curam, hal ini dikhawatirkan akan memicu terjadinya erosi. Jika kegiatan budidaya tanaman kopi terus dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan maka dapat merugikan penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lahan dan mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta di Kecamatan Pasrujambe. Dengan menggunakan metode purposive sampling, maka dari dua puluh unit lahan yang ada, dipilih lima unit lahan sebagai sampel penelitian. Metode analisisnya adalah membandingkan (matching). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta pada bentuk lahan asal Volkanis di Kecamatan Pasrujambe pada unit lahan 1.A.I.K adalah cukup sesuai (S2nr), pada unit lahan 2.B.I.K adalah cukup sesuai (S2oa, nr, eh), pada unit lahan 2.B.II.K adalah cukup sesuai (S2nr, eh), pada unit lahan 2.B.III.K adalah sesuai marginal (S3rc, eh) dan pada unit lahan 4.D.I.K adalah sesuai marginal (S3rc). Kata kunci: evaluasi kesesuaian lahan, kopi robusta, bentuk lahan asal volkanis Kopi Robusta (Coffea canephora) merupakan salah satu jenis kopi yang banyak dibudidayakan oleh penduduk karena kopi Robusta lebih mudah dibudidayakan jika dibandingkan dengan tanaman kopi Arabika. Syarat tumbuh kopi Robusta antara lain dapat ditanam pada ketinggian 0-1000 m dpl, tetapi ketinggian optimal adalah 400-800 m dpl. Temperatur rata-rata antara 21 o C 24 o C. Kopi Robusta memerlukan masa kering kurang lebih 3 bulan, masa kering tersebut sangat diperlukan karena kopi Robusta melakukan penyerbukan silang. Curah hujan yang paling baik untuk tanaman kopi adalah daerah yang mempunyai curah hujan optimal antara 2000 sampai 3000 mm per tahun (Mulyana, 1982:22). Kecamatan Pasrujambe merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lumajang yang juga mengembangkan 1

2 tanaman kopi. Produk pertanian kopi yang sedang dikembangkan oleh pemerintah Kecamatan Pasrujambe adalah produk pertanian kopi organik. Hal ini dikarenakan kondisi pasar saat ini yang cenderung meminati produk pertanian organik, sehingga perlu adanya inovasi untuk menjadikan tanaman kopi sebagai salah satu produk pertanian organik yang bernilai ekonomis yang juga akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan petani kopi. Kecamatan Pasrujambe memiliki luas wilayah sebesar 97,30 km 2 dan terletak di barat Kabupaten Lumajang dengan ketinggian + 400 m dpl sampai dengan + 1.200 m dpl, yang keseluruhan daerahnya berada di bawah lereng Gunung Semeru sebelah timur. Kecamatan Pasrujambe memiliki topografi landai hingga curam dengan tumbuhan yang dominan berupa tanaman kopi dan pisang. Kecamatan ini memiliki bentukan lahan asal Volkanis dengan sub bentuk lahannya berupa pegunungan Vulkanik Tua, Aliran Lava, Aliran Lahar dan Dataran Vulkan dengan bahan induknya berupa batuan Andesit, Basal, Tefra Berbutir Halus, Tefra Berbutir Kasar, Aluvium Muda dan Breksi. Bahan induk ini akan berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah di Kecamatan Pasrujambe. Berdasarkan data Statistik Perkebunan Kabupaten Lumajang (2010), luas lahan perkebunan rakyat total untuk tanaman kopi di Kecamatan Pasrujambe pada tahun 2010 sebesar 732 Ha yang berarti masih 7,5 % dari total luas Kecamatan Pasrujambe. Perkebunan kopi rakyat ini memiliki luas tanaman menghasilkan (TM) sebesar 669 Ha dan luas tanaman rusak (TR) sebesar 28 Ha. Produktivitas tanaman kopi di Kecamatan Pasrujambe sebesar 550 Kg/Ha/Tahun, nilai produktivitas tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman kopi di Kecamatan Tempursari yang memiliki luasan tanaman menghasilkan (TM) sebesar 637,5 Ha namun nilai produktivitasnya mencapai 725 Kg/Ha/Tahun. Menurut Djaenudin (2003:220), hasil kopi Robusta yang diusahakan pada berbagai kondisi lahan dan manajemen untuk perkebunan rakyat bisa mencapai 0,5 1,2 Ton/Ha, sehingga potensi produksi tanaman kopi di Kecamatan Pasrujambe masih perlu ditingkatkan. Perkebunan kopi banyak dibudidayakan pada lahan di bawah lereng Gunung Semeru, adanya hujan abu Gunung Semeru dapat menghambat proses pembungaan. Perkebunan kopi di beberapa desa di Kecamatan Pasrujambe juga ditanam pada lahan curam, hal ini dikhawatirkan akan memicu terjadinya erosi. Selain itu, penanaman dan perluasan tanaman kopi Robusta saat ini dilakukan oleh petani pada lokasi bekas penebangan (Telecenter Semeru Lumajang, 2011). Adanya perluasan lahan tersebut menunjukkan meningkatnya minat masyarakat Kecamatan Pasrujambe untuk

3 menanam kopi Robusta. Jika kegiatan budidaya tanaman kopi tersebut terus dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan maka dapat merugikan penggunanya. Oleh karena itu, kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta di daerah penelitian sangat penting untuk diketahui agar pemanfaatan lahan dapat dimaksimalkan dengan harapan terjadinya peningkatan produksi. Berlatar belakang dari pengembangan komoditas tanaman kopi Robusta di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang dan pentingnya evaluasi kesesuaian lahan maka penelitian ini mengkaji tentang karakteristik lahan pada bentuk lahan asal Volkanis di Kecamatan Pasrujambe dan menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman kopi Robusta di wilayah tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan deskriptif evaluatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah yang memiliki bentuk lahan asal Volkanis yang ada di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang, sedangkan objek penelitian didasarkan dari peta unit lahan yang merupakan hasil tumpang susun (overlay) empat peta yaitu Peta Bentuk Lahan, Peta Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng, dan Peta Penggunaan Lahan yang kemudian ditentukan sampelnya dengan menggunakan metode purposive sampling. Selanjutnya dilakukan penelitian yang bertujuan mengumpulkan sejumlah data berupa variabel dalam waktu bersamaan. Data diambil berdasarkan dokumentasi, pengamatan di lapangan, pengukuran di lapangan, hasil uji laboratorium dan wawancara dengan warga setempat. Data yang diambil melalui dokumentasi meliputi data curah hujan, temperatur, serta peta-peta yang akan di overlay. Data yang diambil dari hasil pengamatan di lapangan yaitu data penyiapan lahan, drainase dan penggunaan lahan. Data yang diambil dari hasil pengukuran lapangan yaitu kedalaman tanah, kemiringan lereng, bahan kasar. Uji laboratorium dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai Kejenuhan Basa, ph H 2 O, C Organik, KTK, Tekstur dan Salinitas. Wawancara dilakukan dengan penduduk setempat untuk mengetahui bahaya banjir yang ada pada daerah penelitian. Analisis data yang akan digunakan adalah membandingkan (matching) antara karakteristik lahan daerah penelitian berdasarkan hasil penelitian dengan syarat tumbuh tanaman kopi Robusta yang telah ditentukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Departemen Pertanian Versi 4 Tahun 2003 sehingga diketahui kelas kesesuaian lahannya.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Lahan Daerah Penelitian Berdasarkan Hasil dari overlay empat peta maka didapatkan dua puluh unit lahan. Keterangan untuk kedua puluh unit lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Unit Lahan Wilayah Kecamatan Pasrujambe No Unit lahan Bentuk lahan Jenis tanah Kelerengan Penggunaan lahan 1 1.A.I.H Pegunungan Volkanik Asosiasi Dystrandepts, kelerengan Hutan Tua (V.3.3) Humitropepts, Hydrandepts 3-15 % 2 1.A.I.K Pegunungan Volkanik Asosiasi Dystrandepts, kelerengan Kebun Tua (V.3.3) Humitropepts, Hydrandepts 3-15 % 3 1.A.I.SB Pegunungan Volkanik Asosiasi Dystrandepts, kelerengan Semak belukar Tua (V.3.3) Humitropepts, Hydrandepts 3-15 % 4 1.A.III.H Pegunungan Volkanik Asosiasi Dystrandepts, kelerengan Hutan Tua (V.3.3) Humitropepts, Hydrandepts > 40 % 5 1.A.III.SB Pegunungan Volkanik Asosiasi Dystrandepts, kelerengan Semak belukar Tua (V.3.3) Humitropepts, Hydrandepts > 40 % 6 1.A.III.TL Pegunungan Volkanik Asosiasi Dystrandepts, kelerengan Tegal/ladang Tua (V.3.3) Humitropepts, Hydrandepts > 40 % 7 2.B.I.K Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Kebun Eutropepts, Tropudalfs 3-15 % 8 2.B.I.SB Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Semak belukar Eutropepts, Tropudalfs 3-15 % 9 2.B.I.TL Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Tegal/ladang Eutropepts, Tropudalfs 3-15 % 10 2.B.II.H Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Hutan Eutropepts, Tropudalfs 16-40 % 11 2.B.II.K Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Kebun Eutropepts, Tropudalfs 16-40 % 12 2.B.II.SB Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Semak belukar Eutropepts, Tropudalfs 16-40 % 13 2.B.II.TL Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Tegal/ladang Eutropepts, Tropudalfs 16-40 % 14 2.B.III.H Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, Kelerengan Hutan Eutropepts, Tropudalfs > 40 % 15 2.B.III.K Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Kebun Eutropepts, Tropudalfs > 40 % 16 2.B.III.SB Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Semak belukar Eutropepts, Tropudalfs > 40 % 17 2.B.III.TL Aliran Lava (V.1.3) Asosiasi Dystropepts, kelerengan Tegal/ladang Eutropepts, Tropudalfs > 40 % 18 3.C.I.TL Dataran Volkanik Asosiasi Tropudalfs, kelerengan Tegal/ladang (V.1.5) Tropudults 3-15 % 19 4.D.I.K Aliran lahar (V.1.2) Asosiasi Dystrandepts, kelerengan Kebun Tropudults, Eutropepts 20 4.D.I.TL Aliran lahar (V.1.2) Asosiasi Dystrandepts, Tropudults, Eutropepts Sumber: Analisis Data 2012 3-15 % kelerengan 3-15 % Tegal/ladang Dari seluruh unit lahan yang ada, maka didapatkan lima unit lahan yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Lima unit lahan tersebut beserta titik pengambilan sampelnya dijelaskan pada Tabel 1.2

5 No Unit lahan 1. 1.A.I.K 2. 2.B.I.K 3. 2.B.II.K 4. 2.B.III.K 5. 4.D.I.K Bentuk lahan Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) Aliran Lava (V.1.3) Aliran Lava (V.1.3) Aliran Lava (V.1.3) Aliran lahar (V.1.2) Sumber: Analisis Data 2012 Tabel 1.2 Sampel Penelitian di Kecamatan Pasrujambe Jenis tanah Kelerengaan Pengguna- lahan Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystrandepts, Tropudults, Eutropepts 3-15 % Kebun 3-15 % Kebun 16-40 % Kebun > 40 % Kebun 3-15 % Kebun Titik pengambilan sampel Koordinat Desa S= 08 o 07 00,9 E= 113 o 01 29,8 S= 08 o 06 51,8 E= 113 o 04 36,1 S=8 o 07 04,4 E= 113 o 03 09,7 S= 08 o 05 57,6 E= 113 o 00 47,4 S= 08 o 08 55,4 E= 113 o 08 05,6 Pasrujambe Jambearum Pasrujambe Pasrujambe Karanganom Kelima unit lahan tersebut dipilih sebagai sampel penelitian karena telah mewakili karakteristik lahan atau ciri-ciri dan sifat dari subjek yang memiliki variasi yang berbeda di daerah penelitian. Selain itu, pemilihan kelima unit lahan tersebut diharapkan akan menunjukkan tingkat kesesuaian lahan yang sesuai untuk tanaman kopi Robusta. Karakteristik Lahan Daerah Penelitian Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur. Karakteristik lahan akan menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Dalam penelitian ini, karakteristik lahan yang diukur adalah yang mewakili kualitas lahan untuk temperatur (tc), ketersediaan air (wa), ketersediaan oksigen (oa), retensi hara (nr), toksisitas (xc), bahaya erosi (eh), bahaya banjir (fh) dan penyiapan lahan (lp). Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan yang berhubungan dengan kedalaman tanah seperti tekstur, Kapasitas Tukar Kation (KTK), reaksi tanah atau derajat keasaman (ph), C-organik, Kejenuhan basa (KB) disesuaikan dengan kedalaman zone perakaran dari tanaman yang dievaluasi, untuk berbagai tanaman tahunan yang berakar tunggang (dikotil) perlu lebih dalam biasanya sampai kedalaman antara 60 sampai 100 cm (Djaenudin, 2003: 4). Maka dalam penelitian ini, sampel tanah yang diambil adalah pada kedalaman antara 60 sampai 100 cm, karena tanaman Kopi Robusta merupakan tanaman tahunan. Data yang dikumpulkan berdasarkan dokumentasi, uji laboratorium, pengamatan lapangan, pengukuran lapangan dan wawancara dari masing-masing unit lahan tersaji dalam tabel 1.3.

6 Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Tabel 1.3 Karakteristik Masing-Masing Unit Lahan di Daerah Penelitian Kelas kesesuaian lahan 1.A.I.K 2.B.I.K 2.B.II.K 2.B.III.K 4.D.I.K Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 23,16 o C 24,78 o C 23,94 o C 22,27 o C 26,09 o C Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 2602,15 2602,15 2602,15 2602,15 2602,15 Lamanya masa kering (bln) 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Baik Agak baik Baik Baik Baik Media perakaran (rc) Tekstur Sedang Halus Sedang Agak kasar Agak kasar Bahan kasar (%) 0,0006 0 0 0,75 0 Kedalaman tanah (cm) 120 160 140 120 110 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) 41,29 42,91 38,63 14,81 22,99 Kejenuhan basa (%) 5 21 18 24 32 ph H2O 6,2 6,1 6,0 6,2 6,3 C-organik (%) 1,92 0,21 1,05 1,18 0,28 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) 0,02 0,02 0,02 0,01 0,05 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) 6 15 22 46 8 Bahaya erosi Sangat ringan Ringan Ringan Sedang Sangat ringan Bahaya banjir (fh) Genangan F0 F0 F0 F0 F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) 0 2 0 0 0 Singkapan batuan (%) 0 2 0 0 3 Sumber data: Data Primer dan Sekunder, 2012 Tingkat Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Robusta Pada Bentuk Lahan Volkanis Di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. Evaluasi kesesuaian lahan adalah proses penilaian terhadap sumberdaya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasilnya berupa arahan dan informasi tentang penggunaan lahan yang tepat sesuai dengan kondisi lahan yang ada. Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta pada bentuk lahan asal Volkanis di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang didasarkan pada karakteristik lahan yang telah dijelaskan sebelumnya, terhadap syarat tumbuh tanaman kopi Robusta yang dimiliki masing-masing unit lahan. Berdasarkan data karakteristik lahan tersebut, maka pada bagian ini akan dilakukan pengklasifikasian tingkat kesesuian lahan pada masing-masing unit lahan. Analisis data yang digunakan yaitu metode matching (membandingkan) antara karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman kopi Robusta. Nilai kelas kesesuaian lahan didasarkan pada nilai terendah sebagai faktor pembatas evaluasi kesesuaian lahan. Faktor pembatas yang dimaksud, yaitu: temperatur rerata, curah hujan, lamanya masa kering, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, KTK liat, Kejenuhan basa, ph H 2 O, C-organik,

7 salinitas, kelerengan, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan. Dari hasil matching tersebut, kemudian akan diklasifikasikan ke dalam kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N) bagi pengembangan tanaman kopi Robusta. Untuk tingkat kesesuaian lahan yang ada di daerah penelitian akan dijelaskan pada Tabel 1.4. Tabel 1.4 Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Kecamatan Pasrujambe untuk Tanaman Kopi Robusta Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 23,16 o C S1 24,78 o C Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 2602,15 S1 2602,1 5 Lamanya masa kering (bln) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Baik S1 Agak baik Kelas kesesuaian lahan 1.A.I.K 2.B.I.K 2.B.II.K 2.B.III.K 4.D.I.K Nilai Kls Nilai Kls Nilai Kls Nilai Kls Nilai Kls S1 23,94 o C S1 22,27 o C S1 26,09 o C S2 S1 2602,15 S1 2602,15 S1 2602,15 S1 2,8 S1 2,8 S1 2,8 S1 2,8 S2 2,8 S1 S2 Baik S1 Baik S1 Baik S1 Media perakaran (rc) Tekstur Sedang S1 Halus S1 Sedang S1 Agak kasar S3 Agak S3 kasar Bahan kasar (%) 0,0006 S1 0 S1 0 S1 0,75 S1 0 S1 Kedalaman tanah (cm) 120 S1 160 S1 140 S1 120 S1 110 S1 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) 41,29 S1 42,91 S1 38,63 S1 14,81 S2 22,99 S1 Kejenuhan basa (%) 5 S2 21 S1 18 S2 24 S1 32 S1 ph H2O 6,2 S1 6,1 S1 6,0 S1 6,2 S1 6,3 S1 C-organik (%) 1,92 S1 0,21 S2 1,05 S1 1,18 S1 0,28 S2 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) 0,02 S1 0,02 S1 0,02 S1 0,01 S1 0,05 S1 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) 6 S1 15 S2 22 S2 46 S3 8 S2 Bahaya erosi SR S1 Ringan S2 Ringan S2 Sedang S2 SR S1 Bahaya banjir (fh) Genangan F0 S1 F0 S1 F0 S1 F0 S1 F0 S1 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) 0 S1 2 S1 0 S1 0 S1 0 S1 Singkapan batuan (%) 0 S1 2 S1 0 S1 0 S1 3 S1 Kelas Kesesuaian Lahan S2 S2 S2 S3 S3 Sub Kelas Kesesuaian Lahan Unit Kelas Kesesuaian Lahan Sumber: Analisis Data 2012 S2 nr S2 nr-2 S2 oa, S2 nr, S2 eh S2oa, S2nr-4, S2 eh-1, S2 eh-2 S2 nr, S2 eh S3 rc, S3 eh S3 rc S2 nr-2, S2 eh-1, S2 eh-2 S3 rc-1, S3 eh-1 S3 rc-1 Keterangan: SR : Sangat ringan S1 : Sangat Sesuai S2 : Cukup Sesuai S3 : Sesuai Marginal N : Tidak Sesuai S2 oa-2 S2 nr-2 S2 nr-3 S2 nr-4 S2 eh-1 S2 eh-2 S3 rc-1 S3 eh-1 : Faktor pembatas pada drainase : Faktor pembatas pada Kejenuhan Basa : Faktor pembatas pada ph H2O : Faktor pembatas pada C-organik : Faktor pembatas pada lereng : Faktor pembatas pada Bahaya erosi : Faktor pembatas pada tekstur : Faktor pembatas pada lereng

8 Pembahasan Proses evaluasi kesesuaian lahan dengan menggunakan metode pembandingan (matching) antara karakteristik unit lahan dengan syarat tumbuh tanaman kopi Robusta di lima unit lahan pada Tabel 1.4 memiliki variasi tingkat kesesuaian lahan pada masingmasing unit lahan dengan faktor pembatasnya masing-masing. Faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan melakukan usaha perbaikan. Menurut Rayes (2006:186), usaha perbaikan terdiri dari tiga tingkat pengelolaan yaitu tingkat pengelolahan rendah, sedang, dan tinggi. Berikut akan dijelaskan tingkat kesesuaian lahan pada masing-masing unit lahan dan penanganan yang dapat dilakukan terhadap faktor pembatas pada masingmasing unit lahan yang ada pada bentukan lahan asal volkanis di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. 1. Unit lahan 1.A.I.K Hasil evaluasi kesesuaian lahan 1.A.I.K (Pegunungan Volkanik Tua; Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts; lereng 3-15 %; Kebun) menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas berupa retensi hara (nr) pada karakteristik lahan kejenuhan basa (S2 nr-2). Dari adanya data primer di atas beserta pengamatan pada profil tanah yang ada pada unit lahan 1.A.I.K, maka dapat diketahui bahwa sampel tanah yang diambil pada unit lahan ini dapat diklasifikasikan ke dalam jenis tanah Dystrandepts, tanah Dystrandepts merupakan tanah baru berwarna kelam dengan tingkat basa rendah. Dalam unit lahan ini, Kejenuhan Basa yang rendah sebesar 5 %, menjadi faktor pembatas dengan kelas kesesuaian cukup sesuai (S2). Tanah yang mempunyai kejenuhan basa rendah akan cenderung meracuni tanaman karena kandungan kation asam terlalu banyak. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan memberi kapur (pengapuran). Dengan usaha perbaikan ini, maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat pengelolaan sedang. 2. Unit lahan 2.B.I.K Hasil evaluasi kesesuaian lahan 2.B.I.K (aliran lava; Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs, lereng 3-15 %; Kebun) menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas berupa ketersediaan oksigen (oa) pada karakteristik lahan drainase (S2 oa- 1), faktor pembatas retensi hara (nr) pada karakteristik lahan C-organik (S2 nr-4) serta faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada karakteristik lahan lereng (S2 eh-1) dan bahaya erosi (S2 eh-2). Dari adanya data primer di atas beserta pengamatan pada profil tanah yang ada pada unit lahan 2.B.I.K, maka sampel

9 tanah yang diambil pada unit lahan ini diklasifikasikan ke dalam jenis tanah Dystropepts, tanah Dystropepts merupakan tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan tingkat basa rendah. Pada unit lahan ini, C-Organik yang rendah 0,21%menjadi faktor pembatas dengan kelas kesesuaian cukup sesuai (S2). Nilai C-Organik menunjukkan kandungan bahan organik di dalam tanah. Dalam mengatasi faktor pembatas ini, usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memberi pupuk organik atau pupuk alami yang merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano, bungkil, tepung tulang dan sebagainya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010: 63). Dengan usaha perbaikan ini, maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat pengelolaan rendah. Unit lahan 2.B.I.K memiliki faktor pembatas ketersediaan oksigen (oa) pada karakteristik lahan drainase (S2 oa-1). Kondisi drainase pada unit lahan ini adalah agak baik, meskipun tidak ditemukan adanya bercak tetapi tanah ini sedikit menggenang jika turun hujan. Hal ini berkaitan dengan tekstur tanah dari unit lahan 2.B.I.K yaitu liat berdebu yang artinya fraksi liat merupakan fraksi penyusun tanah yang dominan yaitu 49%. Implikasi dari sifat ini adalah menurunnya kelas drainase tanah. Faktor pembatas drainase ini dapat diatasi dengan perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan saluran drainase yang baik dan benar misalnya membuat parit. Dimana saluran pembuangan air (waterway) dibangun menurut arah lereng dan merupakan saluran pembuangan air aliran permukaan (Juarti, 2004:76). Dengan usaha perbaikan ini, maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat pengelolaan sedang. Unit lahan 2.B.I.K memiliki lereng 15% (miring atau berbukit) dan bahaya erosi ringan. Kondisi lereng dan erosi saling berkaitan. Penanganan pada kemiringan lereng relatif sulit karena merupakan suatu bentuk alami dari topografi, namun kemiringan lereng dapat diatasi dengan pembuatan teras. Di samping itu pembuatan teras juga memberi kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah (infiltrasi) (Juarti, 2004:72). Usaha perbaikan ini juga akan mengurangi potensi terjadinya erosi, namun usaha ini membutuhkan modal yang relatif besar dan hanya dapat menaikkan satu tingkat kelas kesesuaian lahan aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat pengelolaan tinggi. 3. Unit lahan 2.B.II.K Hasil evaluasi kesesuaian lahan 2.B.II.K (Aliran Lava; Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs, lereng 16-40 %;

10 Kebun) menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas retensi hara (nr) pada karakteristik lahan kejenuhan basa (S2 nr-2) serta faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada karakteristik lahan lereng (S2 eh-1) dan bahaya erosi (S2 eh-2). Dari adanya data primer di atas beserta pengamatan pada profil tanah yang ada pada unit lahan 2.B.II.K, maka sampel tanah yang diambil pada unit lahan ini dapat diklasifikasikan ke dalam jenis tanah Dystropepts, tanah Dystropepts merupakan tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan tingkat basa rendah. Pada unit lahan ini, Kejenuhan Basa sebesar 18 %menjadi faktor pembatas dengan kelas kesesuaian cukup sesuai (S2), seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada unit lahan 1.A.I.K untuk menaikkan Kejenuhan Basa maka usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan memberi kapur (pengapuran). Dengan usaha perbaikan ini, maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat pengelolaan sedang. Unit lahan 2.B.II.K memiliki lereng 22 % (miring atau berbukit) dan bahaya erosi ringan. Kondisi lereng dan erosi saling berkaitan. Semakin besar derajat kelerengan maka gangguan pada tanah akan sering terjadi. Usaha perbaikannya adalah membuat teras. Jenis teras yang dapat dibuat untuk lereng antara 10-40% adalah teras pematang/guludan atau teras bangku, namun usaha ini membutuhkan modal yang relatif besar, dan hanya dapat menaikkan satu tingkat kelas kesesuaian lahan aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat pengelolaan tinggi. 4. Unit lahan 2.B.III.K Hasil evaluasi kesesuaian lahan 2.B.III.K (Aliran Lava; Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs, lereng > 40 %; Kebun) menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta adalah sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas berupa media perakaran (rc) pada karakteristik lahan tekstur (S3 rc-1), dan faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada karakteristik lahan lereng (S3 eh-1). Dari adanya data primer di atas beserta pengamatan pada profil tanah yang ada pada unit lahan 2.B.III.K, maka sampel tanah yang diambil pada unit lahan ini dapat diklasifikasikan ke dalam jenis tanah Eutropepts, tanah Eutropepts merupakan tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan tingkat basa tinggi. Pada unit lahan ini, karakteristik sifat tanah Eutropepts dapat diketahui dengan adanya horizon penciri Kambik yaitu horizon yg menunjukkan indikasi yang lemah tetang adanya Argilik atau Spodik, ditunjukkan dengan adanya tekstur lempung berpasir, dan dapat dilihat dari nilai KB yang tinggi sebesar 24%.

11 Unit lahan 2.B.III.K memiliki tekstur lempung berpasir yang artinya fraksi pasir merupakan fraksi penyusun tanah yang dominan yaitu 62%, debu 32% dan liat 6%. Tekstur lempung berpasir ini tergolong kelas tekstur agak kasar sehingga kurang baik untuk tanaman kopi Robusta. Tanah yang terlalu banyak mengandung pasir akan semakin mudah akar berpenetrasi, serta semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi dengan kata lain drainase dan aerasi baik (air dan udara banyak tersedia bagi tanaman), tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah (Hanafiah, 2005:62), sehingga tanah cepat kering dan merana. Tekstur merupakan faktor pembatas permanen yang sulit di atasi untuk biaya dan teknologi ditingkat petani. Untuk merubah kelas tekstur tanah teramat sulit dan mahal terutama apabila diperhitungkan atas dasar kemampuan finasial rata-rata petani saat ini. Secara akademik tekstur yang mengandung banyak pasir dapat dipengaruhi dengan menambahkan bahan halus maupun tanah liat ke dalam tanah tetapi cara ini tidak dapat direkomendasikan kepada masyarakat petani lokal. Menurut Tanto (2009), adapun cara mengatasi tanah seperti ini adalah dengan menambahkan bahan organik seperti: kompos, bokashi pupuk kandang, pupuk organik daun hijau yang mudah busuk ditambah dengan kotoran hewan, tanah dan air dengan perbandingan 1: 1: 1: 1, simpan didalam drum dan biarkan selama 3 minggu. Tetapi merubah tekstur ini membutuhkan waktu yang lama dan menurut Rayes (2007) meskipun ada usaha perbaikan tidak merubah tingkat kelas kesesuaian lahan sehingga unit lahan ini tetap pada kelas sesuai marginal (S3). Unit lahan 2.B.III.K memiliki lereng yang agak curam sebesar 42 % dengan erosi yang terjadi masih sedang. Penanganan pada kemiringan lereng relatif sulit karena merupakan suatu bentuk alami dari topografi. Kemiringan lereng dapat diatasi dengan membuat teras. Dengan usaha perbaikan ini, maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan aktualnya dari cukup sesuai (S3) menjadi kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S2) dengan tingkat pengelolaan tinggi. 5. Unit lahan 4.D.I.K Hasil evaluasi kesesuaian lahan 4.D.I.K (Aliran lahar; Asosiasi Dystrandepts, Tropudults, Eutropepts; lereng 3-15 %; Kebun) menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi Robusta adalah sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas berupa media perakaran (rc) pada karakteristik lahan tekstur (S3 rc-1). Unit lahan 4.D.I.K memiliki curah hujan 2.602,15 mm dan lamanya masa kering 2,8 bulan, kondisi drainase baik, dengan tekstur lempung berpasir, kedalaman tanah efektif 110 cm, KTK liat sebesar 22,99%, Kejenuhan Basa 32 %, ph H 2 O 6,3, kandungan C-Organik 0,28 %, Salinitas 0,05 ms/dm, kelerengan 8% erosi yang terjadi adalah erosi percik yang tergolong sangat

12 ringan. Dari adanya data tersebut beserta pengamatan pada profil tanah yang ada pada unit lahan 4.D.I.K, maka sampel tanah yang diambil pada unit lahan ini dapat diklasifikasikan ke dalam jenis tanah Eutropepts, tanah Eutropepts merupakan tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan tingkat basa tinggi. Faktor pembatas terberat pada unit lahan 4.D.I.K adalah tekstur dengan kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3). Unit lahan 4.D.I.K memiliki tekstur lempung berpasir yang artinya fraksi pasir merupakan fraksi penyusun tanah yang dominan yaitu 70%, debu 21% dan liat 9%. Seperti yang dijelaskan pada unit lahan 2.B.III.K, tekstur lempung berpasir ini tergolong kelas tekstur agak kasar sehingga kurang baik untuk tanaman kopi Robusta. Dari segi nutrisi biasanya tanah yang terlalu banyak mengandung pasir kurang subur bagi tanaman. Tekstur merupakan faktor pembatas permanen yang sulit di atasi untuk biaya dan teknologi ditingkat petani. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan sama seperti yang dijelaskan pada unit lahan 2.B.III.K, tetapi merubah tekstur membutuhkan waktu yang lama dan menurut Rayes (2007) meskipun ada usaha perbaikan tidak merubah tingkat kelas kesesuaian lahan sehingga unit lahan ini tetap pada kelas sesuai marginal (S3). KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora) Pada Bentuk Lahan Asal Volkanis Di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kecamatan Pasrujambe secara geomorfologi memiliki bentuk asal volkanis. Karakteristik lahan di daerah penelitian, secara umum adalah temperatur/suhu rata-rata 24,05 o C, curah hujan 2602,15 mm, lama masa kering 2,8 bulan, drainase baik, tekstur tanah lempung, liat, lempung berdebu, lempung berpasir, bahan kasar < 15 %, kedalaman efektif tanah > 75 cm, KTK Liat > 16, kejenuhan basa > 20, ph H 2 O 6,0 6,5, C-organik > 0,8, salinitas <1 ms/dm, lereng < 8 % > 40 %, bahaya erosi sangat ringan sedang, batuan permukaan < 5 % dan singkapan batuan < 5 %. 2. Kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi Robusta pada satuan bentuk lahan asal Volkanis di Kecamatan Pasrujambe pada Unit lahan 1.A.I.K adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas kejenuhan basa (S2 nr-2); pada Unit lahan 2.B.I.K adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas lama drainase (S2 oa-1), C- Organik (S2 nr-4), lereng (S2 eh-1) dan Bahaya Erosi (S2 eh-2); pada Unit lahan 2.B.II.K adalah cukup sesuai (S2) dengan

13 faktor pembatas kejenuhan basa (S2 nr-2), lereng (S2 eh-1) dan bahaya erosi (S2 eh- 2); pada Unit lahan 2.B.III.K adalah sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas tekstur (S3 rc-1) dan lereng (S3 eh-1); dan pada Unit lahan 4.D.I.K adalah sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas tekstur (S3 rc-1). Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka penelitian ini memberikan informasi dan saran untuk pemanfaatan lahan di Kecamatan Pasrujambe khususnya untuk pengembangan tanaman kopi Robusta diantaranya sebagai berikut: 1. Perlu dilakukannya usaha perbaikan pada faktor pembatas ketersediaan oksigen (oa) pada karakteristik lahan drainase dengan cara pengaturan sistem drainase, faktor pembatas retensi hara (nr) pada karakteristik lahan kejenuhan basa dan C- Organik dengan cara pengapuran, pemupukan atau pemberian bahan organik, faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada karakteristik lahan lereng dan bahaya erosi dengan cara pembuatan teras atau penanaman tanaman penyangga, sedangkan untuk faktor pembatas media perakaran (rc) pada karakteristik lahan tekstur sulit untuk dilakukan perbaikan, tetapi bisa dilakukan upaya dengan pemberian bahan organik. 2. Bagi masyarakat di daerah penelitian agar lebih memperhatikan pengelolaan lahan yang sesuai untuk penggunaan lahan secara tepat. 3. Bagi pemerintah Kecamatan Pasrujambe dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam perencanaan penggunaan lahan serta dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan budidaya tanaman kopi Robusta dan agar pemerintah bisa membantu masyarakat dalam usaha perbaikan tersebut dengan menyediakan pupuk ataupun pembuatan teras untuk mengatasi kemiringan lereng dan bahaya erosi di daerah penelitian. DAFTAR RUJUKAN Aksi Agraris Kanisius. Bercocok Tanaman Kopi. 1974. Yogyakarta: Kanisius. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP). 2011. Evaluasi Lahan. (Online), (http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/eval uasi_lahan.php, diakses pada 03 Februari 2012) BAPPEDA Kabupaten Lumajang. 2008. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lumajang tahun 2008-2028. Lumajang: BAPPEDA Kabupaten Lumajang. Biro Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Lumajang dalam Angka 2011. Lumajang: BPS Kabupaten Lumajang. Bronto, Sutikno. 2001. Volkanologi. Yogyakarta: Sekolah TinggibTeknologi Nasional Yogyakarta. Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2011. Kopi. (Online),

14 (http://disbunjatim.go.id/komoditi_kopi.php, diakses tanggal 6 Februari 2012). Dinas Perkebunan Kabupaten Lumajang. 2010. Data Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2010 Kabupaten Lumajang. (Online), (lumajang.co.id/kebun.htm, diakses pada 03 Februari 2012) Djaenuddin, Marwan H., H. Subagyo., Mulyani, Anny., Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian Versi 4. Jakarta: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Foth, D, Henry. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: UGM Press Hanafiah, Ali, Kemas. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Juarti. 2004. Konservasi Lahan dan Air. Malang: UM Press. Kartasapoetra. 1988. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untuk Merehabilitasinya. Jakarta: Bina Aksara. KOMINFO Jatim. 2011. Produksi Kopi Jatim 2011 Diprediksi Turun. (Online), (http://kominfo.jatimprov.go.id/watch/ 28490, diakses tanggal 6 Februari 2012). Mulyana, Wahyu. 1982. Segi Praktis Cocok Tanam Kopi. Semarang: CV. Aneka. Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: Andi Ritung, Sofyan. Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Bogor: Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre Suharto. 2007. Analisis Lansekap. Malang: Fakultas Pertanian jurusan Tanah UB. Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius. Tanto. 2009. Teknik Penyuburan Tanah. (Online), (http://tantoklik.blogspot.com/2009/01/ teknik-penyuburan-tanah.html, diakses tanggal 5 Juli 2012). Telecenter Semeru Lumajang. 2011. Profil Primatani Lumajang. (Online), (http://tcsemeru.wordpress.com/profilprima-tani-lumajang/, diakses tanggal 18 Februari 2012). Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Tanaman Kopi. Bandung: CV. Nuansa Aulia. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press

15 LAMPIRAN Tabel 1.5 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora) Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 22 25-25 28 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 2.000-3.000 1.750-2.000 3.000-3.500 Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N 19-22 28 32 < 19 > 32 1.500-1.750 3.500-4.000 < 1.500 > 4.000 Lamanya masa kering (bln) 2 3 3 5 5 6 > 6 Kelembaban udara (%) 45 80 80-90; 35-45 > 90; 30-35 < 30 Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Baik Agak baik agak terhambat, agak cepat Media perakaran (rc) Tekstur terhambat, sangat terhambat, cepat halus, agak - agak kasar kasar, sangat halus halus, sedang Bahan kasar (%) < 15 15 35 35 60 > 60 Kedalaman tanah (cm) > 100 75 100 50 75 < 50 Gambut: Ketebalan (cm) < 60 60 140 140 200 > 200 Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan < 140 140 200 200 400 > 400 Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik hemik+ fibrik+ Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) > 16 16 Kejenuhan basa (%) > 20 20 ph H 2 O 5,5-6,5 6,5 7,0 > 7,0 5,0-5,5 < 5,0 C-organik (%) > 0,8 0,8 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) < 1-1 2 > 2 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) - - - - Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) > 175 125 175 75 125 < 75 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) < 8 8 16 16-50 > 50 Bahaya erosi sangat rendah rendah sedang Berat Bahaya banjir (fh) Genangan F0 F0 F1 > F1 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) < 5 5 15 15 40 > 40 Singkapan batuan (%) < 5 5 15 15 25 > 25 Sumber: Djaenudin (2003:221) dengan modifikasi. Keterangan: Tekstur sh = sangat halus (tipe liat 2:1) ; h = halus : ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar + = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral Bahaya erosi sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat sangat berat