BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

Rescucitation in Trauma Patient REZA WIDIANTO SUDJUD,DR.,SPAN.,KAKV.,KIC.,M.KES

BAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

BAB I PENDAHULUAN. cepat di dunia. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi meningkat 30 kali dengan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% dalam tahun

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Kejadian mengancam nyawa sering disebabkan oleh

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

Konsep Pemberian Cairan Infus

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

ALBUMIN. Melihat komponen di atas dapat dilihat bahwa 75% dari tekanan osmotik koloid keseluruhannya adalah dari albumin.

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah (Dewoto, 2007). dengan demikian dapat menghentikan perdarahan (Tan, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat

1994. Selanjutnya melalui SK Menteri Kesehatan RI no. nomor 159A/Menkes/SK/2002 tertanggal 27 Desember 2002

Pasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF. 22 orang. Cek darah. 15 mg pioglitazone slm 12 mgg. Cek darah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI CAIRAN

Echocardiography Antibiotik

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok karena trauma tidak dikatakan sebagai syok hipovolemik, selain itu juga dalam penatalaksanaan yang diberikan pada pasien traumatic syok. Dalam mengidentifikasi syok traumatik, ciri ciri tidak khas baik dari penilaian hemodinamik mayor maupun pemeriksaan fisik dan tidak menyerupai syok hipovolemik, malah lebih mirip syok distributive dengan identifikasi dini, penatalaksanaan dapat dilakukan sejak awal. Dengan dikenalnya syok traumatik, diharapkan pengkajian terhadap tanda-tanda syok traumatik dapat dilakukan, sehinggga proses keperawatan dan penatalaksaan dini segera dilakukan supaya pasien dengan trauma berat tidak jatuh ke dalam syok traumatik yang tidak terkompensasi atau syok yang irreversible. Pada jurnal pertama penatalaksanaannya lebih menekankan pada penatalaksanaan keperawatan dan jurnal kedua pada tindakan kolaboratif. Tetapi secara prinsipnya kedua jurnal ini memiliki kesamaan dalam memberikan penatalaksanan pada pasien syok traumatik seperti sebagai berikut: Penatalaksanaan keperawatan pada syok traumati menurut Anderson. M. W, Watson. G. (2013) adalah: a. Pengontrolan tekanan darah 1. Dalam pengontrolan tekanan darah seperti pada syok septic; Sistemik Inflamatoric Respon Syndrom yang terjadi pada trauma menyebabkan kebocoran membuat sel dan terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke ekstra sel. Perlu dilakukan resusitasi cairan yang diiringi dengan pemberian diuretic dapat diberikan vasopressure. Pada artikel 2

resusitasi cairan ini dapat diberikan Normal salin ( NS ) dan ringer laktat ( LR ) yang menurut artikel ini merupakan solusi yang telah digunakan dalam resusitasi pada pasien dengan trauma. kristaloid isotonik dari ke hipertonik adalah dianggap jalan ke depan dalam cairan trauma awal resusitasi, sebagai larutan hipertonik dianggap mengurangi komplikasi umumnya terkait dengan kristaloid isotonik. Manfaat mereka termasuk menambah volume darah dengan cepat dan karena itu akan meningkatkan tekanan darah, dan edema berpengalaman dibandingkan tidak separah dengan isotonik resusitasi. Namun, resusitasi kristaloid memiliki kerugian, yaitu koagulopati (pembekuan darah) dan penurunan kapasitas membawa oksigen tetapi hal ini tidak akan terjadi apabila pemakaian tidak lebih dari 2 liter. Selain itu penggunaan koloid untuk cairan resusitasi dipostulatkan untuk pengenceran factor koagulasi dan gangguan aktivasi trombosit. Selain itu pada artikel 2 pengontrolan tekanan darah dapat dimasukkan pada resusitasi endpoint. Dimana pemantauan tanda-tanda fisiologis konvensional seperti laju jantung, tekanan darah, dan waktu isi ulang pengisian belum terbukti menjadi pendekatan yang dapat diandalkan untuk pemantauan syok hemoragik dan resusitasi pada pasien trauma. Selain itu pemamtauan resusitasi juga harus dilakukan Pengontrolan serta pemantauan yang akurat terus menerus resusitasi sebelum masuk ke ICU. Seperti parameter yang diukur digunakan untuk menggambarkan pengiriman oksigen ( DO2 ) meliputi pengukuran transkutan dari tekanan parsial oksigen ( PtcO2 ) dan tengah parsial saturasi oksigen hemoglobin vena ( ScvO2 ). Sebagai contoh biasanya pada pasien trauma resusitasi cairan baru dilakukan jika telah terjadi penurunan Tekanan darah, padahal sebenarnya pada syok traumatik trauma

pada pasien tauma berat tekanan darah dapat meningkat, normal, ataupun menurun, jadi resusitasi cairan harus segera dilakukan tanpa menunggu tekanan darah turun. b. Control Glukosa Diperlukan pemantauan glukosa ketat dengan terapi insulin intensif. Pertahankan GD 80-100 mg/dl. c. Pengontrolan Infeksi Kejadian sepsis harus selalu dipertimbangkan pada pasien trauma jika terdapat tanda klinik SIRS lakukan pemeriksaan pro kalsitenin dan interlakin 6. Menurut artikel 2 Berbasis Hemoglobin pembawa oksigen ( HBOCs ) telah menjadi paling menjanjikan dari pengganti darah. Secara teori, ini HBOCs harus meminimalkan iskemia jaringan dan mengurangi kejadian MOF dengan mengurangi penggunaan PRBC transfusi. HBOCs bebas sitokin inflamasi dan tidak neutrofil prime in vitro, pada hewan model atau trauma pasien dalam syok hemoragik Namun, HBOCs dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer dan komplikasi yang berhubungan (yaitu, infark miokard, MI ). d. Imunomodulasi Pada artikel 1 upaya untuk mempertahankan system imun dapat dilakukan dengan secara langsung yaitu dengan pengobatan untuk meningkatkan respon imun atau respon inflamasi. Dan secara tidak langsung dengan membatasi transfusi dulu bila perlu. Menurut artikel 2 pemberian transfusi yang dapat diberikan yaitu: Plasma beku yang segar (FFP). FFP transfusi secara bebas terkait dengan kelangsungan hidup. FFP juga memiliki efek imunomodulator dan telah terbukti menjadi faktor risiko untuk pengembangan ARDS dan MOF. Pengaruh FFP dalam meningkatkan risiko MOF adalah

dosis tunggal selain itu pemberian nutrisi enteral secara dini setelah hemodinamikstabil, pengontrolan glukosa dan waktu operasi yang tepat dapat meningkatkan respon imun. Selain itu, menurut Sisak, dkk (2011) penatalaksanaan yang terkait dengan perawatan syok traumatic yang bersifat kolaboratif yaitu: a. Kontrol perdarahan pasien Angioembolization telah terbukti efektif dalam mengobati pendarahan arteri dalam cincin panggul, dalam bedah maksilofasial, dan di parenkim pada hati dan pada tingkat lebih rendah limpa. Penggunaan pra-rumah sakit dan intraoperatif hemostatik agen adalah daerah berkembang kontrol perdarahan. baru-baru ini mengulang rangkuman bukti tentang empat produk hemostatik pra-rumah sakit yang tersedia, dengan pengalaman sebagian besar berasal dari model hewan dan militer terbatas data. Para penulis menyarankan bahwa ganti chitosan ( HemCon1, Portland, OR, USA ) harus menjadi pilihan pertama, seperti yang telah terbukti mengontrol tekanan tinggi/luar biasa besar perdarahan pada hewan model dan dikenal tidak memiliki efek samping. Kriopresipitat CRYO berisi sebagian fibrinogen dari setiap produk, biasanya mengandung 2,5 g fibrinogen per 10 satuan. Fibrinogen sangat cepat hilang pada pasien dengan kehilangan darah, dan ini bukan sepenuhnya dijelaskan oleh kerugian atau pengenceran. tinggi fibrinogen rasio PRBC dikaitkan dengan peningkatan awal kelangsungan hidup, dan hal ini dapat dicapai dengan transfusi CRYO. Menariknya, CRYO dikaitkan dengan

4,4 % penurunan risiko MOF per unit, tapi ini bukan sebuah dosedependent efek Asam traneksamat dan rekombinan faktor VIIA adalah dua yang paling Obat baru diuji coba di trauma perdarahan sakit kritis pasien. Faktor diaktifkan rekombinan VIIA mulai tersedia di 1999. Penggunaannya telah berkembang dari yang pengobatan hemofilia ke pengaturan perdarahan akut. Banyak studi penelitian telah menunjukkan bahwa rviia jelas meningkatkan fungsi koagulasi dan menghasilkan penurunan yang signifikan dalam transfusi persyaratan dalam 48 jam pertama pada pasien trauma tumpul, tetapi Tahap 3 uji klinis gagal untuk menunjukkan manfaat kelangsungan hidup, dan penelitian ini dihentikan setelah analisis kesia-siaan. Baru-baru ini, sebuah uji coba terkontrol secara acak internasional melibatkan 20.000 pasien ( CRASH - 2 ) diobati dengan asam traneksamat menunjukkan penurunan yang signifikan dalam kematian karena perdarahan. Namun, sebuah studi yang lebih baru memiliki pertanyaan yang diajukan tentang waktu administrasi dengan obat ini, dan menyarankan bahwa akhir administrasi bahkan bisa berpotensi berbahaya. INR Waktu protrombin ( PT ) dan waktu tromboplastin parsial ( PTT ) nilainilai yang diterima secara luas alat untuk menggambarkan koagulopati. Nilai PT / PTT adalah prediktor kuat hasil identifikasi koagulopati trauma

, dengan koagulopati didefinisikan sebagai waktu protrombin yang abnormal ( PT <70 %, metode Quick, sesuai dengan sebuah INR< 1,26 ). Jumlah trombosit Jumlah trombosit telah secara rutin digunakan untuk menggambarkan Potensi koagulasi pada pasien trauma. Fibrinogen Mirip dengan tes darah konvensional lainnya, ini bukan '' titik perawatan. '' Penurunan fibrinogen telah dilaporkan terkait dengan koagulopati dan negatif selanjutnya hasil seperti kematian. Meskipun mungkin lebih baik cocok untuk memprediksi hasil dari tes koagulasi rutin lainnya, itu masih hanya dianggap sebagai r panduan untuk resusitasi masa depan. Pemantauan koagulasi viskoelastik Tes koagulasi tradisional mencerminkan pembentukan trombin selama inisiasi koagulasi. Tes ini belum divalidasi untuk prediksi hemoragik kecenderungan. Koagulopati pasca -trauma adalah multifaktorial di alam dan melibatkan konsumsi dan pengenceran faktor pembekuan, disfungsi trombosit dan / atau sistem koagulasi, peningkatan aktivitas fibrinolitik, hipotermia, dan metabolik