KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

Pedoman Teknis. PENDAMpINGAN PENYULUHAN. PADA PROGRAM PERCEpATAN OpTIMALISASI LAHAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi Kacang Tanah dan Ubijalar Melalui CF-SKR Tahun 2016 PETUNJUK TEKNIS

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Ubikayu dan Bantuan Pemerintah 2016 PETUNJUK TEKNIS

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012

Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Buah Tahun 2014

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016

PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI UBIJALAR TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, HASIL SEMBIRING NIP

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PT.PSP.A PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN OPTIMASI LAHAN TA. 2015

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2013

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DAN PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN ANGGARAN 2017

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PENGANTAR. Ir. Suprapti

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : TANGGAL :

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi aneka pangan masyarakat sebagai sumber karbohidrat, protein, mineral dan vitamin dapat memberikan alternatif bahan pangan sehingga mengurangi ketergantungan terhadap beras dan juga diharapkan akan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat, karena semakin beragam konsumsi pangan maka suplai zat gizi menjadi lengkap sehingga akan membentuk manusia dengan SDM yang berkualitas. Komoditas gandum lokal sebagai bahan pangan belum dimanfaatkan secara optimal karena terbatasnya pengetahuan petani dalam penerapan teknologi budidaya maupun pengolahan hasil serta pemasaran. Oleh karena itu perlunya pengembangan budidaya gandum dalam rangka penyediaan bahan baku pangan alternatif untuk mendukung diversifikasi pangan. Menyadari pentingnya pengembangan pangan alternatif, maka pada tahun 2016, Pemerintah Pusat memfasilitasi kegiatan pengembangan gandum tersebut. Sehubungan hal tersebut di atas, maka disusun Petunjuk Teknis Pengembangan Budidaya Gandum Tahun 2016 sebagai acuan bagi semua pihak terkait. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Kepada i

semua pihak yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Selanjutnya diharapkan petunjuk teknis ini dapat dijabarkan lebih rinci oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan dan Kabupaten/Kota merinci secara lebih teknis yang disesuaikan dengan spesifik lokasi di lapangan. Jakarta, Desember 2015 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN HASIL SEMBIRING NIP 196002101988031001 ii

DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Lampiran... i iii iv I. 1.1 1.2 1.3 II. 2.1 2.2 2.3 III. 3.1 3.2 IV. 4.1 4.2 V. PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan dan Sasaran... Indikator Keberhasilan... MEKANISME PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN... Perencanaan... Organisasi Pelaksanaan... Pelaksanaan... PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN... Pembinaan... Pengendalian... EVALUASI DAN PELAPORAN... Evaluasi... Pelaporan... PENUTUP... 1 1 2 3 5 5 7 9 10 11 13 13 13 15 iii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Outline Kerangka Acuan Kegiatan... Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Tentang Penetapan Gapoktan/Kelompok Tani Peserta Pengembangan Budidaya Gandum Tahun 2016... Surat Pernyataan... Rencana Usaha Kelompok (RUK) Pengembangan Budidaya Gandum Tahun 2016... Laporan Kelompok Tani/Gapoktan Pelaksana Pengembangan Budidaya Gandum... 16 17 18 19 20 iv

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara importir gandum peringkat tiga besar dunia dengan total volume mencapai sekitar 7,4 juta ton pada tahun 2015 serta mempunyai kecenderungan setiap tahun terus meningkat. Hal ini akibat meningkatnya konsumsi rata-rata per kapita gandum pada tahun 2003 mencapai 15,40 kg/kapita/tahun meningkat menjadi 17,10 kg/kapita/pertahun pada tahun 2009 dan pada tahun 2015 mencapai 30,00 kg/kapita/tahun. Kecenderungan meningkatnya impor gandum tersebut akan berdampak langsung terhadap ketahanan pangan nasional, sedangkan di sisi lain merupakan peluang yang sangat besar terhadap usaha pengembangan komoditas gandum lokal di Indonesia. Upaya pengembangan komoditas gandum di Indonesia sangat memungkinkan, mengingat : a) Indonesia mempunyai potensi lahan untuk pengembangan gandum sekitar 73.455 hektar yang tersebar di beberapa provinsi dan mempunyai berbagai varietas benih gandum lokal; b) di beberapa Provinsi petani sudah terbiasa menanam gandum; c) berbagai inovasi teknologi budidaya gandum sudah tersedia, termasuk inovasi teknologi gandum tropis; dan d) menjaga stabilisasi dan ketahanan pangan di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan produksi gandum di Indonesia, maka pada tahun 2016 Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c.q. Direktorat Serealia mengalokasikan APBN melalui Bantuan Pemerintah untuk kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum seluas 1.000 Ha di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera 1

Barat, dimana kabupaten tersebut mempunyai potensi yang sesuai baik dari segi agroklimat, ekonomi maupun sosial. Kegiatan pengembangan komoditas gandum tersebut mendapat fasilitas/dukungan meliputi : sosialisasi, bimbingan dan pengawalan pengembangan budidaya gandum, bantuan sarana produksi, gerakan tanam/panen, monitoring dan evaluasi. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan dan sasaran, diperlukan Petunjuk Teknis Pengembangan Budidaya Gandum Tahun 2016 sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaannya oleh instansi di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan a) Diversifikasi pangan untuk mengantisipasi konsumsi gandum masyarakat yang semakin meningkat yaitu 30 kg/kapita/tahun b) Untuk penganekaragaman pangan sampai tingkat desa disamping optimalisasi lahan setelah panen sayuran c) Untuk pengembangan produktivitas dan produksi komoditas gandum d) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk pengembangan kegiatan usaha tani gandum 2

1.2.2. Sasaran a) Tercapainya diversifikasi pangan untuk mengantisipasi konsumsi gandum masyarakat yang semakin meningkat yaitu 30 kg/kapita/tahun b) Tercapainya penganekaragaman pangan sampai tingkat desa disamping optimalisasi lahan setelah panen sayuran c) Tercapainya pengembangan produktivitas dan produksi komoditas gandum d) Terciptanya pemberdayaan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk pengembangan kegiatan usaha tani gandum 1.3. Indikator Keberhasilan 1.3.1. Indikator Output a) Tersalurkannya dana bantuan pemerintah kepada petani pengembangan gandum b) Tersedianya sumber pangan lokal non beras berbasis tepung gandum di pedesaan c) Terlaksananya pengembangan budidaya gandum seluas 1.000 Ha 1.3.2. Indikator Outcome a) Tumbuhnya minat petani disekitar lokasi untuk membudidayakan komoditas gandum b) Tumbuhnya kegiatan usaha tani komoditas gandum di pedesaan 3

c) Meningkatnya pendapatan petani, buruh tani dan rumah tangga tani 1.3.3. Indikator Benefit dan Impact a) Berkembangnya usaha tani dan usaha ekonomi rumah tangga petani di lokasi Pengembangan Budidaya Gandum b) Meningkatnya kemampuan SDM petugas dan petani gandum 4

II. MEKANISME PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1. Perencanaan 2.1.1. Penetapan Petani dan Lokasi Pengembangan Budidaya Gandum a) Petani penerima bantuan Pengembangan Budidaya Gandum merupakan petani pelaksana yang respon dan sanggup melaksanakan Pengembangan Budidaya Gandum; b) mampu dan bersedia mengadopsi teknologi dan bersedia menerapkan serangkaian anjuran teknologi budidaya gandum serta bersedia menyelesaikan administrasi atas bantuan yang diterimanya; c) bersedia menerima resiko apabila kegiatan budidaya gandum mengalami kegagalan; d) didukung oleh kelompoktani yang dinamis; e) Areal pengembangan budidaya gandum bisa dilaksanakan pada areal sawah tadah hujan ataupun di lahan kering, dan secara agroklimat sesuai untuk menanam tanaman gandum; f) bersedia membuka rekening di Bank Rakyat Indonesia terdekat, atas nama Ketua gapoktan/kelompok tani; g) Bersedia mengembalikan dana sisa belanja ke Kas Negara. 2.1.2. Lokasi Pengembangan Komoditas Gandum Lokasi Pengembangan Budidaya Gandum di kabupaten Solok seluas 1.000 Ha di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti. 2.1.3 Prosedur Penetapan CPCL Penerima Pengembangan Budidaya Gandum sebagai berikut: 5

Direktorat Serealia, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten melakukan sosialisasi kepada petani secara berjenjang. Dinas Pertanian Kabupaten melakukan identifikasi CPCL penerima bantuan Pengembangan Budidaya Gandum sebagaimana persyaratan tersebut diatas dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten, selanjutnya diteruskan ke Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi untuk diketahui. Hasil identifikasi CPCL diverifikasi oleh Direktorat Serealia yang didampingi oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi. 2.1.4. Jumlah dan Spesifikasi Bantuan Kepada Petani Jumlah bantuan kepada petani berupa bantuan pemerintah dalam bentuk barang atau uang yang operasionalnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku seperti PMK 168/2015, Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 62/Permentan/RC.130/12/2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016, Petunjuk Teknis Pengelolaan Program dan Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada, dan peraturan perundangan lainnya. Besarnya bantuan yaitu Rp 5.885.000,- per hektar. Dana bantuan pemerintah tersebut wajib digunakan kelompok tani untuk membiayai pengadaan sarana produksi dalam rangka Pengembangan Budidaya 6

Gandum seperti: benih, pupuk urea, pupuk NPK dan pupuk organik. Adapun jumlah dan dosis disesuaikan dengan kondisi di lapangan (spesik lokasi). 2. 2. Organisasi Pelaksanaan Organisasi Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum terdiri dari Penanggung jawab kegiatan dan tim pelaksana yang berada di tingkat Provinsi maupun kabupaten. 2.2.1. Tingkat Provinsi Penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Dalam melaksanakan kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum Kepala Dinas Tanaman Pangan Provinsi membentuk tim yang diketuai oleh Kepala Bidang Produksi (yang membidangi produksi tanaman pangan) yang keanggotaannya dapat melibatkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan sebagainya. Tugas utama tim pelaksana di tingkat Provinsi adalah : Melakukan sosialisasi dan koordinasi. Menyusun Petunjuk Pelaksana (Juklak) Pengembangan Budidaya Gandum sesuai dengan kondisi wilayah sebagai penjabaran dari Pedoman Pelaksanaan yang disusun oleh Pelaksana di tingkat pusat. Mengkoordinasikan usulan calon petani dan calon lokasi peserta Pengembangan Budidaya Gandum dari kabupaten. 7

Melaksanakan verifikasi atas dokumen adminsitrasi gapoktan/kelompok tani peserta Pengembangan Budidaya Gandum Melakukan pembinaan, pengawalan dan monitoring kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum di kabupaten secara periodik. Melakukan Evaluasi dan Pelaporan. 2.2.2. Tingkat Kabupaten Penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten. Dalam melaksanakan kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum Kepala Dinas Pertanian Kabupaten membentuk tim yang diketuai oleh Kepala Bidang Produksi (yang membidangi produksi tanaman pangan) yang keanggotaannya dapat melibatkan Penyuluh Pertanian, UPTD Pertanian dan sebagainya. Tugas utama tim pelaksana kegiatan di tingkat kabupaten adalah : Melakukan sosialisasi dan koordinasi Menyusun Petunjuk yang lebih rinci dalam Pengembangan Budidaya Gandum sebagai penjabaran dari Petunjuk Pelaksanaan dari Provinsi Melakukan identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL) peserta Pengembangan Budidaya Gandum yang selanjutnya ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten setempat. Melakukan peningkatan kemampuan SDM petani 8

Melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum di lapangan secara periodik. Melakukan evaluasi dan pelaporan secara bertahap tentang pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum. 2. 3. Pelaksanaan 2.3.1. Lokasi Pengembangan Budidaya Gandum di kabupaten Solok seluas 1.000 Ha di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti. 2.3.2. Kegiatan pertanaman di lapangan harus memperhatikan, antara lain : waktu tanam yang sesuai dengan iklim setempat, pengolahan tanah, dosis penggunaan saprodi, jarak tanam, cara tanam (tugal/larikan) dengan memperhatikan ketersediaan benih, perkiraan produktivitas hasil yang dapat dicapai, panen dan pasca panen dan kegiatan lainnya sesuai dengan Petunjuk Teknis (Juknis) Pengembangan Budidaya Gandum dan panduan teknologi budidaya gandum yang dikeluarkan oleh instansi terkait. Pelaksanaan kegiatan dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan BPTP dan Perguruan Tinggi setempat demikian pula dengan pembinaan, bimbingan, pendampingan dan pengawalan di tingkat lapangan. 9

III. PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN 3.1. Pembinaan 3.1.1. Tingkat Pusat Dalam rangka menjaga keberhasilan dan kesinambungan pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum, Direktorat Serealia melakukan pembinaan di tingkat provinsi dan kabupaten. Pembinaan teknis usaha budidaya dan pengolahan hasil dilakukan oleh Direktorat Serealia dan berkoordinasi dengan instansi terkait. 3.1.2. Tingkat Provinsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi melakukan pembinaan pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum di tingkat kabupaten penerima bantuan secara periodik. Pembinaan pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum di tingkat Provinsi dalam bentuk pembinaan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil serta pemasaran hasil dan berkoordinasi dengan instansi terkait, yang dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan. Mengusahakan koordinasi dengan pihak pengusaha agar pemasaran dapat dilakukan melalui kemitraan usaha dengan pihak stakeholder (industri berbasis tepung terigu, industri makanan dan industri yang menggunakan gandum/tepung sebagai bahan baku/bahan pelengkap). 10

3.1.3. Tingkat Kabupaten Pembinaan pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum di tingkat kabupaten dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten (yang membidangi produksi tanaman pangan) dan berkoordinasi dengan instansi terkait. Pembinaan pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum di tingkat kabupaten dalam bentuk peningkatan kemampuan SDM petani, kunjungan ke lapang, pendampingan ke petani bersama dengan petugas setempat dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap penerapan teknologi budidaya dan pengolahan hasil komoditas gandum. Melakukan koordinasi dengan pengusaha untuk kemitraan produksi gandum. 3.2. Pengendalian Untuk menjamin pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan dilakukan pengendalian. Pengendalian dilakukan baik oleh Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten secara periodik. Pengendalian tersebut meliputi seluruh proses kegiatan perencanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan terhadap penyelenggaraan Pengembangan Budidaya Gandum dalam rangka memberikan kepastian bahwa kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan secara efektif dan efisien untuk pertanggungjawaban secara menyeluruh (kwitansi setiap pembelian harus tercatat secara rinci) sebagai laporan akhir. 11

Selain pengendalian yang dilakukan oleh Pusat dan Provinsi, dipihak kabupaten juga melaksanakan pengendalian terutama dalam penyaluran langsung kepada gapoktan/kelompok tani untuk bantuan penyediaan sarana produksi. 12

IV. EVALUASI DAN PELAPORAN 4.1. Evaluasi Evaluasi kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum dilaksanakan oleh Direktorat Serelia, mencakup evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir pada ketiga provinsi penyelenggara kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum. Evaluasi pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum di tingkat Provinsi dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi, mencakup evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir pada provinsi penyelenggara kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum. Evaluasi pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum di tingkat Kabupaten dilakukan oleh Dinas Pertanian, mencakup evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir pada provinsi penyelenggara kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum. 4.2. Pelaporan Sesuai dengan alur pelaporan, maka laporan disampaikan oleh penanggung jawab pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum : a) di tingkat kabupaten kepada Direktur Serealia dengan tembusan kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan tingkat provinsi, yang mencakup pelaksanaan di lapangan dengan rincian sebagai berikut : penggunaan saprodi, penggunaan dana bantuan pemerintah, 13

pertanaman, pemanenan dan produksi, peningkatan pendapatan (income) serta masalah yang dihadapi; b) di tingkat provinsi kepada Direktur Serealia yang substansinya meliputi rangkuman pelaksanaan di masing-masing kabupaten, analisis permasalahan, peluang dan tantangan serta solusi pengembangan budidaya gandum di Provinsi yang bersangkutan; c) Berdasarkan laporan yang diterima dari tingkat kabupaten dan provinsi, selanjutnya di tingkat Direktorat Serealia (Pusat) dikompilasi dan dianalisis serta disusun menjadi laporan yang lengkap pelaksanaan Pengembangan Budidaya Gandum. Laporan ke pusat disampaikan ke Direktorat Serealia Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520; Telp: (021) 7806262; Faximile: (021) 7802930; email: serealiapangan@yahoo.com 14

V. P E N U T U P Kegiatan Pengembangan Budidaya Gandum merupakan langkah terobosan dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas serta peningkatan mutu hasil yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar untuk mengurangi impor gandum. Kegiatan ini akan lebih berhasil meningkatkan ketahanan pangan nasional apabila kondisi iklim dalam keadaan normal dan didukung oleh semua pihak yang terkait termasuk pemangku kepentingan baik hulu, on farm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan baik koordinasi secara horinzontal maupun vertikal dengan cakupan tidak hanya pada kegiatan ini, tetapi kegiatan pengembangan gandum secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders dan dengan pola gerakan yang seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau mulai dari pusat sampai lapangan. Disamping itu, kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah dan komitmen seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan. Peran Gubernur dan Bupati/Walikota sangat besar dalam mendukung setiap kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah termasuk pelaksanaan pengembangan budidaya gandum. Untuk itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota diharapkan berupaya meyakinkan Gubernur/ Bupati/Walikota untuk memberi perhatian serius terhadap keberhasilan kegiatan pembangunan tanaman pangan terutama pelaksanaan pengembangan budidaya gandum di wilayahnya guna meningkatkan produksi gandum, ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. 15

Lampiran 1. Outline Kerangka Acuan Kegiatan 1. Pendahuluan 2. Tujuan dan sasaran 3. Pelaksanaan Waktu pelaksanaan Output yang ingin dicapai Biaya yang dibutuhkan Dan lain-lain 16

Lampiran 2. Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten Tentang Penetapan Gapoktan/Kelompok Tani Peserta Pengembangan Budidaya Gandum Tahun 2016 Nama gapoktan/kelompok tani : Alamat (desa/kec/kab) : No Rekening : No Nama Luas Lahan (Ha)* 1 2 3 4 5 6 dst Jumlah * Luas lahan yang akan di tanami gandum Ditetapkan,.. Bulan.....2016 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten 17

Lampiran 3. SURAT PERNYATAAN Yang Bertanda tangan dibawah ini adalah Nama :... Selaku Ketua Kelompok Tani...Desa... Kecamatan... Kabupaten... Dengan ini menyatakan Bahwa dana yang kami terima akan kami gunakan Untuk pembelian saprodi dalam rangka Pengembangan Budidaya Gandum. Demikain Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya...,... 2016 Mengetahui Ketua Kelompok Tani Petugas Lapangan, Materai Rp 6000,- 18

Lampiran 4. Rencana Usaha Kelompok (RUK) Pengembangan Budidaya Gandum 2016 Nama Kelompok/Gapoktan : Alamat Kelompoktani/Gapoktan : Luas Lahan : Jumlah Anggota Kelompoktani/Gapoktan : No Uraian Kebutuhan Jenis/Varietas Volume (kg) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp).1 Pupuk Urea 2. Pupuk NPK 3. Benih Jumlah Mengetahui, Penyuluh/Petugas Pertanian Ketua Kelompok Tani Nama NIP Nama (...) (...) Lampiran 5. 19

Laporan Kelompok Tani/Gapoktan Pelaksana Pengembangan Budidaya Gandum I. Lokasi 1. Nama Kelompok Tani/Gapoktani : 2. Jumlah Anggota : 3. Luas Areal (Ha) : 4. Desa : 5. Kecamatan : 6. Kabupaten : II. Teknologi 1. Waktu Tanam : 2. Varietas : 3. Cara Tanam : (Tugal/Larikan) 4. Penggunaan Benih per ha : III. Rencana Pemanfaatan 1. Dijual :...kg 2. Dikonsumsi Sendiri :...kg 3. Diolah (penepungan) :... kg 4. Hasil : a. Luas Tanam :...ha b. Luas Panen :...ha 20

c. Produktivitas :... ku/ha d. Produksi :... Ton Permasalahan : 21