IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2015)

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

VII. PEMBAHASAN UMUM PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM PADA SISTIM USAHATANI BERBASIS PADI : Potensi dan Tantangan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

REVITALISASI PERTANIAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

LEBIH DALAM : PADI, KARET DAN SAWIT. Disusun oleh : Queen Enn. Nulisbuku.com

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun mampu menyerap tenaga

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

A. PRODUKSI PADI PALAWIJA 2015 (ASEM 2015)

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

Transkripsi:

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung per tahun (subround) memiliki perbedaan trend setiap daerah, dan ada perubahan trend setiap dekade. Perkembangan produktivitas jagung terus meningkat dalam tiga dekade. Trend luas panen jagung memiliki perkembangan yang relatif stagnan, akibat kapasitas lahan yang terbatas dan sangat berfluktuasi, serta puncak luas panen hanya terjadi pada musim hujan. a. Perkembangan jagung di Jawa Timur memiliki potensi yang paling tinggi (rata-rata jangka panjang luas panen, produksi dan produktivitas). b. Lampung dalam jangka panjang (tiga dekade) memiliki perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung yang relatif meningkat. c. Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan memiliki perkembangan luas panen dan produksi jagung yang relatif stagnan, tetapi pada dekade terakhir perkembangan produksi jagung mengalami peningkatan. d. Sulawesi Selatan mempunyai perkembangan luas panen jagung meningkat tajam pada dekade terakhir. 2. Pada daerah sentra produksi utama, secara umum luas panen dan produktivitas jagung dipengaruhi oleh perubahan harga. Namun demikian, perubahan harga terhadap penawaran jagung tersebut yang paling lama direspons oleh petani 222

yaitu luas panen (selang waktu enam musim tanam jagung), sedangkan produktivitas lebih cepat direspons (selang waktu tiga musim tanam jagung). Upaya peningkatan produktivitas jagung, petani jagung di Jawa Tengah paling responsif terhadap perubahan harga, sebaliknya petani jagung di Sulawesi Selatan kurang responsif. a. Kenaikan harga jagung impor dan harga pakan berpengaruh terhadap peningkatan luas panen jagung. Di Sulawesi Selatan, kenaikan harga kedelai dan upah buruh tani berpengaruh terhadap peningkatan luas panen jagung. Petani jagung di Lampung paling responsif pada kenaikan harga pakan, sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan luas panen jagung. Secara umum, kenaikan harga jagung mempengaruhi peningkatan produktivitas jagung. Respons petani akibat kenaikan harga benih jagung dan harga pupuk TSP tidak menurunkan produktivitas jagung. b. Kenaikan harga beras dan harga ubi kayu berpengaruh pada penurunan luas panen jagung. Peningkatan harga pupuk urea dapat menurunkan produktivitas jagung. Walaupun harga jagung turun dari harga maksimum sebelumnya, maka respons petani pada rencana meningkatkan penawaran tidak menurunkan produktivitas jagung. 3. Pada daerah sentra produksi utama, secara umum penawaran jagung dipengaruhi oleh faktor non harga yaitu penawaran jagung periode sebelumnya, anomali iklim El Niño, dan kebijakan Bantuan Langsung Pupuk dan Benih (BLPB). Faktor non harga tersebut lebih cepat direspons oleh petani pada produktivitas jagung di Jawa Tengah. 223

a. Secara umum peningkatan penawaran jagung periode sebelumnya dapat berpengaruh terhadap rencana petani untuk peningkatan penawaran jagung periode selanjutnya. Adanya kebijakan BLPB dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas jagung. Semakin panjang periode musim hujan, maka semakin meningkatkan produktivitas jagung di Lampung. Peningkatan luas lahan irigasi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas jagung di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. b. Secara umum, terjadinya anomali iklim El Niño berpengaruh terhadap penurunan luas panen jagung, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat berpengaruh. 4. Pada daerah sentra produksi utama, secara umum elastisitas penawaran jagung yang didasarkan pada periode analisis (subround) adalah kurang elastis (inelastis) terhadap harga jagung. Namun dalam jangka panjang, elastisitas penawaran jagung adalah lebih elastis terhadap harga jagung, karena terjadi penyesuaian respons petani dari penawaran jagung periode sebelumnya. Akibat perubahan harga jagung dalam jangka pendek dan jangka panjang, perilaku petani jagung di Indonesia lebih elastis produktivitasnya daripada luas panennya. Di Sulawesi Selatan, elastisitas penawaran jagung adalah paling elastis terhadap harga jagung, tetapi respons penawarannya paling lama. Sebaliknya di Jawa Tengah, elastisitas penawaran jagung kurang elastis terhadap harga jagung, tetapi respons penawarannya paling cepat (selang waktu dua musim tanam jagung). 224

B. Implikasi Kebijakan 1. Berdasarkan tingkat respons penawaran jagung akibat faktor-faktor harga dan non harga, maka kebijakan untuk menstimulasi respons petani dalam upaya peningkatan produksi jagung di Indonesia diprioritaskan pada kebijakan harga. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui stimulus berupa subsidi benih unggul dan pupuk, peningkatan tarif impor jagung, serta dukungan terhadap industri pakan. Insentif tarif impor ini diharapkan dapat dialihkan pada subsidi benih dan pupuk, yang bermuara kepada peningkatan kesejahteraan petani. Petani jagung lebih responsif terhadap harga pakan daripada harga jagung impor, sehingga dukungan terhadap industri pakan selayaknya dapat lebih diprioritaskan. 2. Hasil analisis elastisitas penawaran jagung terhadap harga jagung, yang lebih elastis adalah produktivitas jagung. Dari enam model lag, produktivitas jagung dapat direspons secara lebih cepat oleh petani. Upaya peningkatan produksi jagung diprioritaskan melalui intensifikasi, terutama untuk meningkatkan produktivitas jagung. Instrumen kebijakan yang mengarah pada intensifikasi dapat berupa pemberian bantuan sarana produksi pertanian yang berpihak pada kesejahteraan petani jagung. Dengan demikian, adanya kebijakan Bantuan Langsung Pupuk dan Benih Unggul (BLPB) yang telah berlangsung, perlu untuk dilanjutkan, karena kebijakan ini terbukti sangat direspons positif oleh petani dalam rangka peningkatan produktivitas jagung. 225

3. Elastisitas penawaran jagung terhadap harga jagung, dalam jangka panjang lebih elastis daripada jangka pendek. Elastisitas ini merupakan kondisi penyesuaian dari kebiasaan petani pada umumnya terhadap ekspektasi harga dan rencana petani, akibat perubahan harga jagung serta penawaran sebelumnya. Penawaran sebelumnya adalah kebiasaan petani yang hanya bergantung pada pengalaman dan pengetahuan petani dalam agribisnis jagung. Edukasi agribisnis melalui penyuluhan pertanian adalah penting untuk mengakselerasi respons petani jagung. Di sisi lain, dukungan kelembagaan keuangan, lembaga penjamin, resi gudang, ataupun asuransi pertanian diharapkan dapat mempercepat peningkatan produksi jagung nasional. Karena melalui dukungan kelembagaan tersebut maka petani dapat lebih ringan dalam menanggung risiko kerugian, sehingga mampu memperkuat posisi tawarnya. 4. Anomali iklim El Niño secara signifikan dapat mempengaruhi penurunan luas panen jagung, sehingga lebih berisiko gagal panen dan dapat mengancam ketahanan pangan. Iklim El Niño dapat mengakibatkan kekeringan luar biasa, oleh karena itu upaya peningkatan produksi jagung memerlukan strategi antisipasi, mitigasi, dan adaptasi terhadap dampak anomali iklim, agar risiko gagal panen dapat dicegah. Antisipasi diupayakan untuk strategi persiapan menghadapi anomali iklim. Mitigasi diupayakan untuk mengurangi dampak anomali iklim dan pemanasan global akibat emisi karbon (gas rumah kaca). Adaptasi diupayakan untuk penyesuaian teknologi, manajemen dan kebijakan pertanian terhadap anomali iklim. 226

5. Usahatani padi dan ubikayu dalam penggunaan lahan sangat kompetitif dengan usahatani jagung, secara signifikan berkorelasi negatif luas panen jagung dengan harga beras dan harga ubikayu, maka diperlukan informasi pasar dan peran penyuluhan. Informasi pasar akan membantu petani untuk memutuskan jenis komoditi yang diusahakan agar lebih menguntungkan dan tidak over supply. Peran penyuluhan tanaman pangan untuk menata pola pertanaman pangan yang sesuai dengan potensi lahan pada lahan kering, dan pada sawah ada pola rotasi tanam yang sesuai dengan ketersediaan air irigasi. 6. Komoditi kedelai berkorelasi positif secara signifikan terhadap luas panen jagung, maka usahatani jagung dan kedelai dapat diupayakan secara serentak dalam penggunaan lahan. 7. Perkembangan luas panen jagung relatif stagnan, sehingga upaya peningkatan produksi jagung perlu dilakukan melalui ekstensifikasi terutama pada daerahdaerah pengembangan produksi jagung dan pemanfaatan lahan-lahan potensial yang mengacu pada strategi tata guna lahan. 227