SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

IMPLIKASI HARGA BBM TERHADAP PERILAKU KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KAWASAN SUBURBAN SPRAWL KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN ASOSIASINYA TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI DI KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PEMODELAN DEMAND TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN PERUBAHAN SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG DITINJAU DARI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

PERGESERAN PEMILIHAN MODA AKIBAT PERUBAHAN HARGA BBM UNTUK PERGERAKAN MENUJU PUSAT PELAYANAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TOWNHOUSE DI SEMARANG

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

OPTIMALISASI JANGKAUAN PELAYANAN HALTE BRT/BUS TRANS SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG

usaha pemenntah pusat maupun daerah dalam melaksanakan pembangunan fisik dan

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

STUDI KINERJA PELAYANAN SISTEM ANGKUTAN KERETA REL LISTRIK JABODETABEK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

: a. bahwa berdasarkan Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Semarang

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

EVALUASI PELAYANAN DAN PENENTUAN LOKASI OPTIMUM STASIUN AMBULAN DI KOTA SEMARANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR

TA 91. golf side town house. di Semarang. s a n t y l u s i a n i l2b BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENDUDUK KECAMATAN KALIWUNGU DI KOTA KUDUS TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seiring dengan perkembangan waktu selalu disertai dengan peningkatan

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN FRINGE KOTA SEMARANG (Studi Kasus Di Kelurahan Tlogosari Kulon)

ANALISA KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN BRIGJEN SUDIARTO (MAJAPAHIT) KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

KONSOLIDASI TRANSPORTASI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB I Pendahuluan I-1

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISIS LAYANAN SHUTTLE UNTUK MENGOPTIMALKAN FASILITAS PARKIR DI KAMPUS

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN BECAK DALAM SISTEM PERGERAKAN DI PERUMNAS TLOGOSARI SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

Transkripsi:

PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM PADA BIAYA PERJALANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MASYARAKAT DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan Ngaliyan) TUGAS AKHIR Oleh : INDRA FIRMANSYAH L2D 004 322 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIKK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i

ABSTRAK Urban sprawl di Kota Semarang muncul dari perkembangan kota ke arah pinggiran yang cenderung tidak teratur. Ketersediaan lahan kota yang terbatas dan besarnya potensi daerah pinggiran sebagai kawasan permukiman membuat penduduk memilih untuk bertempat tinggal di daerah pinggiran. Sementara itu, sebagian besar kebutuhan penduduk daerah pinggiran masih digantungkan kepada pusat kota, sehingga terjadi suatu pola pergerakan penduduk daerah pinggiran kota dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk beraktivitas karena tempat bekerja masih didominasi di pusat kota. Di lain pihak, kenaikan harga bahan bakar minyak yang terjadi beberapa tahun belakangan ini ikut berdampak pada biaya perjalanan yang dilakukan oleh masyarakat yang akhirnya akan berpengaruh terhadap pergerakan penduduk, terutama penduduk di daerah pinggiran Kota Semarang. Sebagian besar penduduk daerah pinggiran melakukan mobilitas ke pusat kota dengan menggunakan moda yang tersedia, baik itu kendaraan pribadi yang mereka miliki ataupun dengan menggunakan angkutan umum. Moda transposrtasi, termasuk di dalamnya kendaraan pribadi dan angkutan umum sangat sensitif terhadap perubahan harga BBM. Dalam studi yang pernah dilakukan sebelumnya, di Kota Semarang sendiri, besar persentase biaya BBM dari total biaya operasional kendaraan adalah sebesar 30% (Santoso, 2009). Kenaikan harga BBM ini akan berpengaruh terhadap naiknya ongkos transportasi kendaraan, baik kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Dengan naiknya ongkos transportasi akibat dari kenaikan harga BBM, penduduk daerah pinggiran dihadapkan pada keadaan untuk lebih selektif dalam memilih moda transportasi yang digunakan, antara kendaraan pribadi dengan angkutan umum, dengan berbagai konsekuensi keuntungan dan kerugian dari masing-masing moda yang dipilih. Tujuan dari studi ini adalah mengetahui besar pengaruh kenaikan biaya perjalanan akibat dari kenaikan biaya BBM terhadap pemilihan moda transportasi yang digunakan oleh masyarakat di daerah pinggiran Kota Semarang (Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan, dan Kecamatan Ngaliyan) melalui pendekatan skenario kenaikan selisih waktu tempuh perjalanan dan selisih biaya perjalanan. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah dengan metode deskriptif kuantitatif. Metode ini menggunakan pendekatan skenario kenaikan selisih waktu tempuh perjalanan dan selisih biaya perjalanan dengan alat analisis model binomial logit. Metode yang dimaksud di sini adalah dengan melakukan preferensi kepada responden terhadap pemilihan moda transportasi antara kendaraan pribadi dengan angkutan umum. Dua variabel yang digunakan adalah nilai waktu tempuh perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum serta nilai biaya untuk menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum yang dikalibrasi menjadi satu variabel akhir yaitu nilai waktu+biaya. Sedangkan jenis analisisnya adalah analisis karakteristik umum masyarakat, analisis kegiatan transportasi masyarakat, dan analisis pengaruh kenaikan biaya total perjalanan terhadap pemilihan moda transportasi. Dari hasil perhitungan menggunakan model binomial logit, pada saat nilai probabilitas pemilihan moda sebesar 0,5, didapatkan nilai selisih pengeluaran biaya total perjalanan antara kendaraan pribadi dengan angkutan umum sebesar Rp 3.900,- untuk Kecamatan Banyumanik, Rp 1.800,- untuk Kecamatan Pedurungan, dan Rp 2.100,- untuk Kecamatan Ngaliyan. Nilai ini berarti bahwa masyarakat akan mulai berpindah moda dari kendaraan pribadi ke angkutan umum jika nilai selisih pengeluaran biaya total perjalanannya sebesar yang disebutkan tersebut pada tiap-tiap kecamatan di wilayah studi untuk tiap pergerakan yang mereka lakukan setiap harinya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengeluaran untuk biaya perjalanan dapat mempengaruhi pemilihan moda yang digunakan oleh masyarakat. Namun demikian, pengaruh nilai biaya total perjalanan tersebut akan lebih efektif jika diikuti dengan perbaikan terhadap kondisi angkutan umum yang ada di wilayah studi. Perlu adanya keterlibatan Pemerintah lebih jauh lagi dalam memperbaiki kondisi angkutan umum yang ada, karena selama ini penyediaan angkutan umum telah dimonopoli oleh pihak swasta (pengelola perorangan maupun kelompok). Selain itu Pemerintah Kota Semarang seharusnya mengembangkan dan mengelola sarana angkutan umum massal (SAUM) yang efektif, efisien, nyaman, aman, dan terjangkau guna mendukung kebijakan sebelumnya. Keywords : Urban Sprawl, Pemilihan Moda Transportasi, kenaikan harga BBM

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan masyarakat. Sebagai suatu pusat, kota merupakan tujuan dari pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keberadaan kota menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Kota akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perkembangan kota ini salah satunya disebabkan oleh perkembangan dari jumlah penduduk karena pertambahan jumlah penduduk perkotaan berimplikasi pada peningkatan kebutuhan ruang, sebagai konsekuensi meningkatnya keberagaman aktivitas penduduk. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan hidup mereka juga akan ikut bertambah, baik itu kebutuhan secara fisik (sarana dan prasarana) maupun kebutuhan non fisik (seperti pendidikan dan kesehatan). Pemenuhan berbagai macam kebutuhan penduduk ini merupakan bagian dari proses pengkotaan wilayah (Aryani, 2005:23). Selain sebagai pusat pertumbuhan, dalam hal ini pertumbuhan penduduk, kota juga merupakan pusat dari kegiatan masyarakat. Semakin berkembangnya kota, ternyata tidak diikuti dengan ketersediaan lahan sebagai pendukung perkembangan kota. Selain itu, kurangnya peran pemerintah dalam mengelola kota, membuat kota berkembang secara tidak teratur, dan cenderung mengarah ke luar, sehingga terjadi perkembagan kota ke arah pinggiran (sub-urban). Sub-urban sendiri adalah perkembangan dari desa atau pinggiran kota menjadi sebuat kota baru dengan skala pelayanan yang lebih kecil dari pusat kota akibat dari perkembangan pusat kota yang tidak teratur dan akan terus berkembang hingga menjadi kota baru atau bahkan kota wilayah (Soetomo, 2002:7). Harga lahan di kota yang semakin tinggi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya perkembangan daerah pinggiran kota (sub-urban sprawl). Karena harga lahan pusat kota tinggi, dan ketersediaan lahan pusat kota yang terbatas, maka penduduk lebih memilih untuk bertempat tinggal di daerah pinggiran dimana harga lahannya jauh lebih rendah dan ketersediaan lahan yang masih luas. Selain dari dua faktor di atas, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan perkembangan kota ke arah pinggiran, yaitu (Daldjoeni, dalam Aryani 2005:12): Adanya gangguan yang berulang seperti kemacetan lalu lintas, polusi dan kebisingan menjadikan penduduk merasa kurang nyaman bertempat tinggal dan bekerja di kota Industri modern di kota memerlukan tanah yang relatif kosong di pinggiran kota, di mana memungkinkan pemukiman yang tidak ada penghuninya, kelancaran lalu lintas dan kemudahan parkir 1

2 Di pusat kota, sulit memperluas bangunan kecuali dengan biaya yang sangat mahal atau dengan pengembangan secara vertikal (seperti yang telah disebutkan di atas, ketersediaan lahan di kota terbatas). Daerah pinggiran sebagai akibat dari perkembangan pusat kota masih memiliki ketergantungan terhadap pusat kota, terutama dari segi perekonomian karena sebagian besar kegiatan perekonomian berada di pusat kota. Selain itu, penduduk yang bertempat tinggal di daerah pinggiran kota sebagian besar bekerja di pusat kota. Jadi, pusat kota merupakan pusat dari kegiatan perekonomian dan perkantoran. Oleh karena itu, terjadi pergerakan penduduk daerah pinggiran kota menuju ke pusat ataupun sebaliknya. Dengan kata lain, perkembangan kota ke arah pinggiran jika dilihat dari sektor transportasi menyebabkan terjadinya ketidakteraturan seperti kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan juga pemborosan pemakaian bahan bakar akibat dari pergerakan penduduk setiap harinya (Putra, 2006: 4). Sektor transportasi memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan kota. Dengan adanya transportasi, pergerakan penduduk jadi lebih mudah walaupun harus menempuh jarak yang relatif jauh, antara pinggiran kota dengan pusat kota. Keberadaan moda transportasi, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, seketika bisa mempermudah perjalanan masyarakat yang dalam tiap harinya melakukan pergerakan yang cenderung cepat. Hal ini menjadi rumit ketika terjadi fluktuasi (perubahan) harga bahan bakar kendaraan bermotor, atau yang biasa disebut dengan BBM. Pergerakan penduduk yang terjadi antara daerah pinggiran dengan pusat kota sangatlah boros bahan bakar, mengingat jarak yang ditempuh relatif jauh. Kota semarang tidak terlepas dari permasalahan ini. Sebagai salah satu kota metropolitan di Propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang juga mengalami perkembangan kota yang mengarah ke daerah pinggiran kota, dimana perkembangan ini terjadi lebih secara linier mengikuti pola jalan yang ada, yaitu perkembangan ke arah barat, timur, dan selatan. Keberadaan permukiman di daerah pinggiran Kota Semarang menjadi bukti bahwa kota ini tidak mampu lagi menampung penduduknya di pusat kota. Berikut ini adalah tabel persentase perumbuhan penduduk per kecamatan di Kota Semarang dari tahun 1993 hingga tahun 2007 : TABEL I.1 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA SEMARANG TAHUN 1993-2007 kecamatan 1993 2007 petumbuhan (%) Semarang Tengah 84.652 74.167-12,37 Semarang Timur 96.260 82.152-14,66 Semarang Selatan 79.734 85.607 7,36

3 kecamatan 1993 2007 petumbuhan (%) Semarang Barat 132.754 158.535 19,42 Semarang Utara 121.841 125.757 3,21 Tugu 20.087 26.454 31,70 Mijen 32.767 47.154 43,91 Gunungpati 48.591 63.192 30,05 Genuk 48.634 77.196 58,73 Banyumanik 81.561 114.508 40,39 Tembalang 79.148 122.295 54,51 Pedurungan 98.134 160.493 63,54 Gayamsari 54.355 69.609 28,06 Candisari 76.006 80.564 6,00 Gajah Mungkur 51.560 61.061 18,43 Ngaliyan 68.805 104.815 52,34 Sumber : BPS Semarang, 2007 Dari tabel di atas diketahui bahwa dari tahun 1993 hingga tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah penduduk di daerah-daerah sub urban dan daerah pinggiran Kota Semarang. Peningkatan jumlah penduduk tersebut terjadi di bagian barat (Kecamatan Tugu dan Ngaliyan), Timur (Kecamatan Genuk dan Pedurungan), dan Selatan (Kecamatan Banyumanik dan Tembalang). Keputusan masyarakat untuk memilih tinggal di daerah pinggiran mengakibatkan terjadinya pergerakan masyarakat menuju ke pusat kota dikarenakan lokasi tempat kerja masih didominasi di pusat kota. Di lain pihak, keberadaan angkutan umum sebagai sarana transportasi massal masyarakat berada dalam kondisi yang kurang baik. Pelayanan, kenyamanan, keamanan dan berbagai masalah menyangkut kondisi angkutan menjadi alasannya. Untuk melakukan pergerakan setiap harinya, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil ataupun motor. Jumlah anggota keluarga dalam masyarakat dari tahun ke tahun terus meningkat. Aktivitas yang dilakukan pun juga meningkat. Dengan terus meningkatnya aktivitas masyarakat, pergerakan yang mereka lakukan juga ikut meningkat, termasuk dalam penggunaan moda transportasi, yaitu penggunaan kendaraan pribadi. Kondisi ini akan meningkatkan penggunaan bahan bakar (BBM). Permasalahan ini semakin rumit ketika harga BBM semakin naik dari tahun ke tahun yang mengakibatkan ikut meningkatnya juga besar ongkos transportasi yang harus dikeluarkan. Harga BBM di Indonesia menggunakan patokan harga minyak dunia. Selama ini, BBM yang digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah BBM bersubsidi, sehingga masyarakat dapat