BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BABV INSTRUMEN PENGUAT

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 5. MULTIVIBRATOR

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Osilator RC. Gambar Rangkaian osilator RC dengan inverter

Bias dalam Transistor BJT

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

Penguat Oprasional FE UDINUS

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

BAB II LANDASAN TEORI

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

BAB III ANALISA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

RANGKAIAN OSILATOR. Gambar 1.

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED )

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

Dioda-dioda jenis lain

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Modul VIII Filter Aktif

BAB II LANDASAN TEORI

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Elektronika. Pertemuan 8

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

PENGERTIAN THYRISTOR

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

8 pin DIP 14 pin DIP

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II Transistor Bipolar

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Penguat Inverting dan Non Inverting

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

Bab III. Operational Amplifier

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

Osilator dan Sumber Sinyal

Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

BAB III PERANCANGAN ALAT

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA

BAB II LANDASAN TEORI

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

Gambar 2.1. simbol op amp

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transistor sebagai Saklar Selain bekerja sebagai penguat, transistor juga dapat bekerja sebagai saklar, transistor memiliki tiga daerah yang dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini : V R B R C V + V BB R B R C + V CC V CC R C Sakelar tertutup Q t B Sakelar terbuka V Ce Gambar 2.1 Rangkaian Transistor dan garis bebannya (Wasito,1995, h:12) Jika sebuah transistor digunakan sebagai saklar, maka transistor tersebut hanya dioperasikan pada salah satu dari dua kondisi yaitu kondisi saturasi (jenuh) dimana transistor seperti saklar tertutup atau kondisi cut off (tersumbat) dimana transistor sebagai yang terbuka. Sedangkan jika transistor bekerja pada on atau off, maka transistor akan bekerja sebagai penguat yaitu jika Vbe transistor lebih besar 0,5 volt dan lebih kecil dari 0,8 volt. (Wasito, 1995, h:12). Ketika transistor berada dalam kondisi saturasi, maka: 1. Arus pada kolektor maksimum, Ic = Ic (sat). 2. Tegangan pada terminal kolektor emitter, Vce = 0 volt 3. Tegangan pada beban yang dihubungkan seri dengan terminal kolektor = Vce. Sedangkan transistor dalam keadaan cut off, maka: 1. Tidak ada arus yang mengalir dikolektor Ic = 0 volt. 2. Tegangan pada terminal kolektor emitter dengan Vce, yaitu Vce = Vce. 3. Tegangan pada beban dihubungkan seri pada kaki kolektor adalah nol. 5

6 Dalam merancang rangkaian transistor sebagai saklar maka agar saklar dapat menutup, harga lb > lb (sat) untuk menjamin dapat mencapai saturasi penuh. (Wasito,1995,h:12). 2.2 Kristal Kristal mempunyai sifat piezoelektrik yaitu bahwa bila suatu potensial listrik dikenakan pada permukaan-permukaannya maka kristal tersebut secara fisik akan berubah bentuk. Sebaliknya, bila kristal yang sama diubah bentuknya secara mekanis oleh tekanan, suatu potensial listrik akan terjadi diantara permukaanpermukaannya. (Wasito,1995.h:14). R S X L L S C P f S f P X C C S Gambar 2.2 Kristal Piezoelektrik Kristal ini juga memperlihatkan gejala resonansi mekanis bila dipacu oleh suatu potensial bolak-balik dengan frekuensi yang tepat. Frekuensi resonansi mekanis itu ditentukan oleh ukuran besar dan bentuk dari contoh kristal yang bersangkutan dan dapat diatur untuk mendapatkan beberapa tingkat frekuensi yaitu kira-kira 20 KHz hingga 50 MHz, dengan ketelitian yang cukup baik. Dalam bentuk kemasan piezoelektrik merupakan sepotong kristal yang dibentuk sedemikian rupa sehingga memberikan frekuensi mekanis yang dikehendaki dengan elektroda-elektroda yang diisolasi dan dilekatkan pada permukaanpermukaan yang berhadapan, sehingga terbentuk suatu alat yang kapasitif. (Wasito,1995,h:14).

7 Secara listrik, resonasi mekanis alat ini membuat kristalnya terlihat sebagai suatu rangkaian resonasi seri dengan faktor Q yang tinggi sekali, dengan sebuah kapasitor yang pararel dengannya. Kapasitor ini menyebabkan suatu resonansi pararel kedua, yang terjadi pada suatu frekuensi dekat sekali dengan titik resonansi mekanis. Reaktansi suatu kristal kuarsa (quartz) diperlihatkan dalam gambar 2.2 untuk frekuensi-frekuensi rendah hingga resonansi mekanis seri, kristal itu bersifat kapasitif. Untuk frekuensi-frekuensi diantara resonansi seri dan titik-titik resonansi pararel, reaktansi itu induktif, dan untuk frekuensi-frekuensi diatas resonansi pararel, reaktansi tersebut kembali bersifat kapasitif. Pada resonansi pararel Xls =Xes dan rekatansi adalah nol, sedangkan pada resonansi pararel Xls = (Xes seri Xep) dan reaktansi adalah tak terhingga. Frekuensi-frekuensi resonansi kristal adalah sangat tertentu dan sangat mantap (stable), asal saja suhu kerja dijaga konstan, sehingga sangat sesuai untuk digunakan sebagai resonansi Q yang tinggi yang mengatur frekuensi kerja dari rangkaian osilator. (Wasito,1995,h:14). 2.3 Gelombang Ultrasonic Gelombang ultrasonic adalah gelombang suara yang memiliki frekuensi diatas batas pendengaran manusia. Gelombang ultrasonic memiliki frekuensi diatas 20 khz, umumnya dapat didengar oleh binatang-binatang yang memiliki kepekaan terhadap gelombang ultrasonic seperti kelelawar. (Paul;,1983, H:70). Pada aplikasi pengukuran jarak, gelombang ultrasonic masih digunakan karena pertimbangan ekonomis dan praktis, memiliki efisiensi harga yang tinggi. Namun demikian gelombang ultrasonic yang berada pada frekuensi yang lebih rendah memiliki energi yang lebih rendah sehingga hanya mampu menjangkau jarak yang tidak begitu jauh. Dengan demikian untuk pemakaian pengukuran jarak pendek gelombang ultrasonic lebih efisien dibandingkan dengan gelombang sinar lain. Hal lain yang menentukan pemilihan ultrasonic adalah sebaran pancaran yang lebar. Sifat gelombang ultrasonic yang lebih lebar sebaran pancarannya dapat mengatasi dimana benda yang memantulkan tidak sama betuknya setiap saat.

8 Karena pada jarak tertentu tidak menyebabkan jarak secara akurat namun lebih mendeteksi nilai rata-rata jarak yang dipancarkan oleh gelombang ultrasonic. 2.4 Transducer Ultrasonic Transducer adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Dalam rangkaian listrik transducer mengubah suatu besaran fisik non listrik seperti suhu, tekanan, bunyi dan sebagainya menjadi besaran listrik. Transducer ultrasonic baik pengirim maupun penerima menggunakan teknik piezoelektrik yaitu penggetaran membran menggunakan sifat kapasitif dari suatu bahan. Dengan teknik piezoelektrik ini dapat dibuat ultrasonic transducer yang kecil bentuknya dan memiliki kepekaan yang tinggi. (Paul,1993,h:46). Setiap transducer ultrasonic memiliki karakteristik frekuensi pengirim dan penerima yang sama. Untuk itu setiap piranti yang menggunakan pengirim ultrasonic harus memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi penerimanya. Transducer ultrasonic dipilih dalam rangkaian alat ini karena merupakan transducer aktif yaitu transducer yang dapat membangkitkan signal listrik sendiri bila terjadi perubahan enegi dari luar. Kekurangannya dari transducer ultrasonic adalah dalam kondisi statis tidak dapat terjadi perubahan sehingga tidak menghasilkan sinyal listrik. (Paul,1993,h:46). 2.5 IC Pewaktu MC1455 IC Pewaktu MC1455 adalah merupakan IC kontrol yang stabil dapat membangkitkan tundaan waktu atau guncangan/ osilasi yang akurat. Terminal tambahan di sediakan untuk pemicu dan reset jika diperlukan. Pada mode tundaan waktu, waktu dengan cermat dikontrol oleh satu eksternal resistor dan kapasitor. Untuk operasi astabil sebagai osilasi, frekuensi dan daur aktif (duty cycle) dikontrol dengan akurat menggunakan dua eksternal resistor dan satu kapasitor. Sifat-sifat dari IC MC1455 adalah : 1. Pengganti dari IC Pewaktu NE555. 2. Pewaktu (timming) dari mikrodetik (µs) hingga jam.

9 3. Dapat beroperasi pada mode Astabel dan Monostabel. 4. Daur aktif (duty cycle) yang dapat diatur. 5. Kemantapan suhu 0.005 % per o C. Gambar 2.3 Kemasan dan Konfigurasi pin-pin IC pewaktu MC1455 IC MC1455 mempunyai dua jenis case yaitu case 751 (D Suffix) dan case 626 (P1 Suffix) keduanya dikemas dalam kemasan plastik seperti terlihat pada gambar 2.3 Pada gambar 2.4 terlihat diagram blok dari IC MC1455, merupakan rangkaian ekuivalen dengan 20 transistor, 15 resistor, dan 2 dioda. Rangkaian ekuivalen dalam diagram blok memberikan fungsi kontrol, penyulutan (triggering), level sensing atau comparison discharge, dan power output. Gambar 2.4 Diagram Blok Rangkaian Dalam IC MC 1455

10 Terminal-terminal (Pin-pin) IC MC1455 : 1. Pin 1 (Ground) Pin ini merupakan potensial negatif dari IC MC1455, pin ini umumnya dipasang pada saat dioperasikan dari tegangan supply positif. 2. Pin 2 (Trigger / Pemicu) Pin ini merupakan input bagi lower comparator dan digunakan untuk mengatur latch, bila berubah dapat menyebabkan output menjadi tinggi. Pemicuan dikerjakan dengan memberikan level dari atas ke bawah sebesar 1/3 Vcc. 3. Pin 3 (Output / Keluaran) Output dari IC ini berasal dari high current totem-pole stage yang dibuat dari lima buah transistor. Pin 3 bisa menjadi sumber arus atau penerima arus. Sebuah beban supply ambang akan hidup bila output rendah dan mati bila output tinggi. Sebuah beban ter-ground akan hidup bila keluaran rendah 4. Pin 4 (Reset) Pin ini digunakan untuk mereset latch dan mengembalikan output pada keadaan low atau sama dengan potensial ground. Untuk mereset keluarannya membutuhkan tegangan ambang sebesar 0,7 Volt dan arus sebesar 0,1 ma. Bila tidak digunakan maka sebaiknya input reset (pin 4) dihubungkan ke Vcc untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mereset. 5. Pin 5 (Control Voltage / Pengendali Tegangan) Pin ini mengijinkan hubungan langsung ke 2/3 Vcc pembagi tegangan, hal ini merupakan referensi untuk upper comparator. Pin 5 dapat tidak digunakan tapi disarankan untuk memasang 0,01 µf sebagai bypass ke ground untuk menghilangkan ripple dari tegangan supply. 6. Pin 6 (Threshold / Ambang) Pin ini merupakan salah satu input ke upper comparator dan digunakan untuk mereset latch yang mengakibatkan keluaran menjadi

11 rendah. Mereset melalui pin ini dilakukan dengan memberikan tegangan sebesar 2/3 Vcc. 7. Pin 7 (Discharge / Pengosongan) Pin ini dihubungkan ke open kolektor transistor NPN. Sedangkan kaki emitter terhubung ke ground sehingga saat transistor aktif maka pin 7 terhubung ke ground. Umumnya kapasitor dipasang di antara pin 7 dan ground dan pengosongan akan terjadi pada saat transistor aktif. Saat transistor tidak aktif, maka pin 7 bekerja sebagai hubungan terbuka dan memungkinkan kapasitor mengisi muatannya. Kondisi transistor ini sama dengan timming pada bagian output. Transistor aktif pada saat output low dan tidak aktif pada saat output high. Pada aplikasi tertentu, output open kolektor ini dapat digunakan sebagai pembantu terminal output. 8. Pin 8 (Vcc / Tegangan Sumber) Pin ini merupakan terminal positif tegangan supply dari IC 1455. Tegangan kerja dari IC ini berkisar antara 4.5 Volt sampai dengan 16 Volt. Ini akan bekerja tanpa merubah perioda waktunya walaupun pada tegangan yang berbeda. 2.6 Osilator Osilator adalah suatu rangkaian elektronic yang dapat membangkitkan gelombang atau sinyal dengan frekuensi dan amplitudo tertentu tanpa sinyal input. Bentuk gelombang yang dihasilkan dapat berupa gelombang sinusoida, gelombang persegi, gelombang segitiga, pulsa dan betuk gelombang yang lain. (Paul,1993,h:87) Prinsip dasar osilator adalah closed loop amplifier dengan feedback positif, besarnya gain adalah sebesar :

12 A Af =...(2.1) 1 + AB Dimana : Af = gain dengan feedback A = open loop gain B = factor feed Vf / Vo Kondisi yang harus dipenuhi agar terjadi osilasi sesuai dengan kriteria Barkausan adalah : 1. Closed loop gain harus sama dengan atau lebih besar dari satu (AB 1). 2. Pergesaran phasa pada feedback network dan amplifier harsu 0 o atau 360 o. Berdasarkan benuk gelombang yang dihasilkan maka osilator dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Osilator Harmonis yaitu osilator yang menghasilkan keluaran berupa gelombang sinusoida. 2. Osilator Relaksasi yaitu osilator yang menghasilkan gelombang bukan sinusoida seperti gelombang persegi, gelombang gigi gergaji dan gelombang segitiga. Pada dasarnya osilator relaksasi merupakan rangkaian saklar yang disaklar dari keadaan jenuh ke menyumbat dan sebaliknya oleh rangkaian RC dengan frekuensi tertentu. Osilator relaksasi untuk gelombang persegi umumnya dibangkitkan dengan komponen gerbang-gerbang digital seperti gate NOT maupun NAND. Pembangkit delombang persegi sederhana dapat dibuat dengan rangkaian RC bersama dengan dua gerbang NOT (inverter). Rangkaian dari osilator ini ditunjukkan oleh gambar 2.5. D R 1 N 1 R 2 N 2 C + A B C Gambar 2.5 Pembangkit pulsa persegi

13 Cara kerjanya adalah sebagai berikut : 1. Pada keadaan mula-mula tegangan titik A rendah, tegangan dititik B menjadi tinggi dan tegangan pada titik C rendah, sedangkan arus yang mengalir dari titik B ke titik A melalui R 2 dan R 1 diabaikan karena sangat kcil (R 1 > R 2 ). Fungsi dari R 1 sebagai kompensasi untuk menstabilkan sinyal keluaran, dimana nilai R 2 umumnya lebih kecil besar atau sama dengan 10 kali R 2. 2. Pengisian kapasitor berlangsung hingga tegangan titik A mencapai 2/3 Vcc (ViH Inverter CMOS dengan tegangan catu Vcc). Pada saat tegangan titik A mencapai 2/3 Vcc tegangan titik B menjadi rendah, dan tegangan keluaran titik C menjadi tinggi. 3. Kapasitor mendapat polaritas tegangan yang berlawanan, maka terjadi pembuangan muatan kapasitor hingga tegangan titik A menjadi 1/3 Vcc, tegangan titik B menjadi tinggi dan tegangan keluaran titik C menjadi rendah kembali. Kapasitor C mulai diisi ulang. 4. Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga pada keluaran gerbang N2 dihasilkan pulsa gelombang persegi. Frekuensi sinyal keluaran dapat ditentukan dengan persamaan pengisian dan pembungan muatan rangkaian RC. Waktu yang diperlukan kapasitor mengisi muatan sehingga tegangan dititk A naik dari 0 menjadi 2/3 Vcc adalah : 2.7 Filter Filter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk melewatkan sinyal-sinyal yang diperlukan dan menahan sinyal-sinyal yang tidak dikehendaki serta untuk memperkecil pengaruh noise dan interferensi pada sinyal yang dikehendaki. (Paul, 1993,h:123). Rangkaian filter dapat bersifat pasif maupun aktif menggunakan operasional amplifier (op amp) dengan komponen resistor dan kapasitor. Sedangkan filter pasif yaitu filter yang hanya tersusun dari resistor dan kapasitor, atau resistor dan inductor maupun kombinasi ketiga komponen tersebut.

14 Filter aktif mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan filter pasif seperti ukurannya yang lebih kecil, ringan dan murah serta memberikan banyak keleluasaan dalam hal perancangannya. Adapun kekurangan filter aktif ini adalah adanya kebutuhan akan catu daya dan kepekaan terhadap perubahan keadaan sekitarnya seperti perubahan suhu. 2.7.1 Low Pass Filter RC (LPF) Low Pass Filter adalah filter yang akan meloloskan frekuensi yang berada dibawah frekuensi cut off (fc dan meredam frekuensi diatas fc. Frekuensi cut off dari low pass filter RC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : fc = 1 2 RC...(2.2) Rangkaian low pass filter RC dan karakteristiknya dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini : + R - 2dB V 1 C Vo - f C Gambar 2.6 Rangkaian dan karkteristik frekuensi dari LPF Rangkaian low pass filter RC memiliki penguatan yang konstan hingga pada frekuensi pole tertentu. Penguatan mulai menurun seiring dengan naiknya frekuensi. Pada saat penguatan menurun, rangkaian ini memiliki karakteristik sebagai integrator. Pada gambar berikut ini memperlihatkan frekuensi responnya dan kurva fasa naik.

15 Persamaan fungsi transfer untuk respon frekuensi low pass filter adalah : Vo = 1/2 RC Vi(1+2 RC)+jf...(2.3) Fungsi transfer ini berbagai atas tiga bagian: 1. Bila f << 1/2 RC, Vo/Vi = 1 atau 0 db dan sudut phasa 0 o 2. Bila f = 1/2 RC, Vo/Vi = 0,707-45 0 atau -3 db 3. Bila f >> 1/2 RC, Vo/= (1/2 RC) (1/1) -90 0, dimana Penguatan menurun bersamaan dengan kenaikan frekuensi, pada bagian ini low pass filter ini berindak sebagai integrator. (Paul,1993,h:132). 2.7.2. Rangkaian Band pass Filter (BFP) Band Pass Filter adalah filter yang hanya melewatkan sinyal-sinyal yang frekuensinya tercantum dalam pita frekuensi atau pass band tertentu. Frekuensi dari sinyal yang berada dibawah pita frekuensi maupun diatas, tidak dapat dilewatkan atau diredam oleh rangkaian band pass filter. Gambar 2.7 dibawah ini memperlihatkan respon dari band pass filter. Penguatan (db) 3 db f 1 f d f khz Gambar 2.7 Grafik frekuensi respon dari BPF Dilihat dari respon band pass mulai naik mencapai puncaknya kemudian turun. Frekuensi tengah dinyatakan dengan fc yang mempunyai penguatan

16 maksimum. Ketika penguatan tegangan berkurang 3 db dari penguatan tegangan pada fc maka terdapat frekuensi pancung bawah f 1 dan frekuensi diatas f 2 disebut pita frekuensi atau pass band yang akan melewatkan frekuensi yang tercakup diantaranya. Sedangkan frekuensi berada dibawah frekuensi pancung bawah f 1 dan diatas frekuensi pancung atas f 2 akan direkam, daerah tersebut disebut stopband. (Boyleslad,1992,h:145) Parameter penting dalam suatu rangkaian band pass filter adalah lebar pita atau bandwitdh ( f atau B), dan selektivitas (Q). Selektivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara frekuensi tengah fc terhadap lebar pita f yang dirumuskan sebagai berikut: Q = fc f...(2.4) Dan lebar pita atau bandwitdh adalah lebar dari daerah pass band yaitu selisih besar frekuensi pancung atas dengan frekuensi pancung bawah, yang dirumuskan sebagai berikut: f Q = f 2 - f 1...(2.5) Berdasarkan rumus diatas memberikan suatu ukuran lebar pita yang relatif pada rangkaian band pass filter. Makin tinggi harga Q maka makin sempit lebar pitanya karena itu filter ini menjadi semakin selektif. Band pass filter secara sederhana dapat dibuat dengan menggunakan penguat operasional dan dua pasang komponen RC seperti pada gambar 2.8 berikut ini :

17 R 2 C 2 C 1 V in R 1 + V out Gambar 2.8 Rangkaian Band Pass Filter aktif Kapasitor C 1 dan resistor R 2 akan membentuk sebuah high pass filter, sedangkan kapasitor C 2 dan R 2 akan membentuk sebuah low pass filter. Band pass filter pada umumnya terdiri dari sebuah low pass filter dan high pass filter jika frekuensi sinyal input berada pada daerah pass band yaitu diantara kedua frekuensi pancung f 1 dan f 2 maka sinyal akan diperkuat oleh penguat dan dapat dilewatkan. Jika sinyal masukan mempunyai frekuensi dibawah frekuensi pancung bawah, reaktansi kapasitor C 1 akan membesar sehingga kapasitor menjadi open (terbuka) dan tegangan keluaran menjadi nol. Jika sinyal masukan mempunyai frekuensi diatas frekuensi pancung atas f 1 maka reaktansi kapasitor C 1 mengecil sehingga kapasitor menjadi short (terhubung singkat) dan terjadi penguatan tegangan. Jika frekuensi masukan dibawah frekuensi pancung f 2 maka frekuensi kapasitor C 2 membesar sehingga kapasitor menjadi terbuka dan terjadi penguatan tegangan. Jika frekuensi masukan diatas frekuensi pancung atas f 2 maka reaktansi kapasitor C 2 mengecil sehingga kapasitor terhubung singkat dan arus langsung masukan R 2 tanpa melalui penguatan sehingga tidak terjadi penguatan tegangan pada keluaran.

18 Frekuensi pancung bawah yang terjadi berdasarkan gambar diatas adalah : f 1 = 1 2 R 2 C 1...(2.6) Frekuensi pancung atas yang terjadi adalah : f 1 = 1 2 R 2 C 1...(2.7) Sedangkan frekuensi tengahnya (fc) adalah : fc = f 2 - f 1 2...(2.8) 2.8 Operasional Amplifier (Op-Amp) Penguat operasional atau op-amp adalah suatu rangkaian yang menerima sebuah isyarat dan mengeluarkan sebentuk isyarat tak berubah yang lebih besar dikeluarkannya. Terdapat dua jenis penguat operasional yaitu penguat tak membalik (non inverting) dan penguat membalik (inverting). (Robert,1994,h:124). TAK MEMBALIK V 1 MEMBALIK V2 + A V out Gambar 2.9 Lambang operasional amplifier Gambar 2.9 adalah simbol dari penguat operasional, A adalah penguat tegangan (volt gain), Vi merupakan masukan tak membalik dan fasa tegangan masukan sama dengan fasa tegangan keluaran, sedangkan V2 merupakan

19 masukan membalik dan fasa tegangan masukan berbeda 180 0 dengan tegangan keluaran. Tegangan masukan diffrensialnya adalah: Vin = V 1 -V 2... (2.9) Tegangan masukan diffrensial ada karena perbedaan tegangan antara masukan tak membalik dengan masukan membalik. Selama penguat operasional bekerja pada daerah pada daerah linier maka tegangan output dinyatakan dalam persamaan: Vout = A Vin (2.10) Cara termudah untuk menggunakan suatu penguat operasional adalah loop terbuka (tidak ada resistor umpan balik), seperti ditunjukkan dalam gambar 2.9. Karena penguatan yang tinggi dari penguat operasional tegangan kesalahan yang sedikit (secara tipikal dalam mikrovolt) menimbulkan ayunan (swing) output maksimum. Misalnya, jika V 1 lebih besar dari pada V 2 maka tegangan kesalahan adalah positif dan tegangan output menuju ke harga positif maksimumnya secara tipikal 1 sampai 2V kurang dari tegangan catu. Dipihak lain jika V 1 kurang dari V 2 maka tegangan output berayun keharga negatif maksimum. (Robert G., Operational Amplifier, 1994). V in +V CC Vout +V sat Vout +V EE -V sat a Gambar 2.10.(a) Op-amp sebagai komparator, (b) Karakteristik komparator b

20 Gambar 2.10.(b) memperlihatkan respon dari komparator. Tegangan kesalahan Positif mendorong output ke + Vsat. Harga positif maksimum dari tegangan output. Tegangan kesalahan negatif menimbulkan tegangan output Vsat. Jika sebuah penguat operasional digunakan seperti ini, maka disebut komparator karena semua yang dapat dilakukannya adalah membandingkan V 1 dengan V 2 yang menghasilkan output positif atau negatif jenuh tergantung pada V 1 lebih besar atau lebih kecil dari pada V 2. (Robert G, 1994, h:125) 2.9 Regulator Tegangan (IC 7812T) Integrated Circuit (IC) merupakan semikonduktor yang didalamnya dapat memuat ratusan atau ribuan komponen dasar elektronik. Komponen-komponen yang ada dalam IC membentuk suatu subsistem terintegrasi yang bekerja untuk keperluan tertentu. Setiap jenis IC didesain untuk keperluan khusus sehingga pada rangkaian IC tersebut memiliki rangkaian internal yang beragam. Regulator tegangan ( IC 7812T) digunakan untuk menghasilkan tegangan yang konstan sebesar 12 volt dengan arus maksimum 1,5 ampere. Regulator tegangan dapat memiliki perlindungan terhadap sirkuit pendek serta peredam panas yang melindungi IC dari panas yang berlebihan. Pada gambar 2.11 merupakan bentuk fisik Regulator Tegangan (IC 7812T). Regulator tegangan ditempatkan diantara dua buah resistor yang berguna sebagai filter tegangan yang melewati regulator tegangan. Gambar 2.11. Bentuk Fisik Regulator (IC 7812T)

21 Regulator tegangan ( IC 7812T) digunakan untuk menghasilkan tegangan yang konstan sebesar 12 volt dengan arus maksimum 1,5 ampere. Regulator tegangan dapat memiliki perlindungan terhadap sirkuit pendek serta peredam panas yang melindungi IC dari panas yang berlebihan Regulator tegangan ditempatkan diantara dua buah resistor yang berguna sebagai filter tegangan yang melewati regulator tegangan.