Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) IBU DAN PENINGKATAN BERAT BADAN SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian analitik korelatif

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2010

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasaran

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD DJOJONEGORO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2006 Nuryamah Jurusan keperawatan prodi keperawatan Purwokerto ABSTRAK Bayi berat lahir rendah merupakan penyebab langsung kematian neonatal. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 51% ibu hamil menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi BBLR. Dari beberapa penelitian dilaporkan pula bahwa kadar haemoglobin ibu hamil yang rendah dapat meningkatkan kejadian BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSUD Temanggung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah retrospektif korelasional dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rekam medik yang merupakan hasil pencatatan pelaporan ibu bersalin dan neonatus di RSUD Temanggung periode 1 Januari 2005 30 Desember 2005. Sampel diambil secara aksidental dari total populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 108 kasus BBLR non rujukan didapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 59 kasus. Kemudian dari besar sampel tersebut diperoleh 38 kasus (64,4%) ibu yang memiliki riwayat anemia melahirkan BBLR. Sedangkan ibu hamil tanpa riwayat anemia yang melahirkan BBLR sebanyak 21 kasus (35,6%). Pada sampel kontrol diperoleh hasil yaitu ibu yang memiliki riwayat anemia melahirkan bayi berat lahir normal (BBLN) sebesar 12 kasus (20,3%). Sedangkan ibu hamil tanpa riwayat anemia yang melahirkan BBLN sebesar 47 kasus (79,7%). Pada analisis bivariant dengan chisquare diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR dengan nilai OR = 7,08, p =0,00, x 2 = 23,46. Jadi dapat disimpulkan dari analisis bivariant bahwa anemia pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian BBLR. Kata kunci : anemia, BBLR PENDAHULUAN Kesakitan dan Kematian neonatal di Indonesia saat ini masih tinggi, menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997, angka kematian neonatal 21,8 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi (45,7 per 1000 kelahiran hidup) dan kematian neonatal dini (0-7 hari) merupakan 80% kematian neonatal. Menurut WHO 1998 salah satu penyebab langsung kematian neonatal adalah kelahiran kurang bulan, bayi berat lahir rendah atau selanjutnya disebut BBLR (Tjipta, 2003). Bayi berat lahir rendah (BBLR) dipengaruhi oleh perubahan usia gestasional dan pertumbuhan janin yang tidak sesuai. Pada neonatus dengan BBLR, usia gestasionalnya mungkin memendek atau janin gagal dalam mempertahankan laju pertumbuhan normal (Cunningham, 1995). Dapat diketahui hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir bayi mencerminkan kecukupan 81

pertumbuhan intra uterinnya (Pittard III, 1998). Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR antara lain : faktor demografis, perilaku dan lingkungan, pelayanan medis dan faktor bio-medis yaitu : tinggi badan ibu, berat badan ibu, umur ibu, paritas, frekuensi / jumlah kehamilan, riwayat kehamilan terdahulu, kadar hb, tekanan darah ibu. Diantara beberapa faktor risiko tersebut masalah anemia pada ibu hamil merupakan faktor yang sangat menarik untuk dikaji, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia karena prevalensinya tinggi (Agtini, dkk, 1994). Hasil Survey 1 Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia tahun 1995 menunjukan bahwa 51% ibu hamil yang menderita anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya ibu hamil yang menderita anemia mempunyai resiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depkes RI, 1996). Sebagai gambaran di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung tahun 2005 tercatat dari seluruh jumlah kelahiran 10.152 dan terdapat angka kematian bayi 10,54/1000 kelahiran hidup, dimana 2,34% kematian disebabkan oleh BBLR. Adapun penelitian yang terkait dengan penyebab kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung sampai saat ini belum pernah diteliti termasuk penelitian tentang hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Djojonegoro Kabupaten Temanggung. METODE PENELITIAN Desain dari penelitian ini adalah retrospektif korelasional untuk mengetahui hubungan antara anemia ibu hamil dengan bayi berat lahir rendah. Jenis penelitian ini sangat relevan digunakan untuk mengetahui adakah hubungan antara faktor resiko dan efek dengan menggunakan data sekunder (Sastroasmoro dan Ismail, 1995). Pada keadaan awal, penelitian ini terdiri dari kelompok BBLR sebagai kasus dan kelompok bayi berat lahir normal sebagai kontrol. Kemudian kedua kelompok tersebut ditelusuri pengalaman terpajan oleh faktor resiko yaitu ibu hamil dengan anemia pada masa lalu. Pada sebagian kelompok kasus BBLR akan terpajan oleh faktor resiko dan sebagian lain tidak terpajan, demikian pula halnya dengan kelompok kontrol. Perbedaan pengalaman terpajan oleh faktor resiko pada kedua kelompok dibandingkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara BBLR dengan anemia pada ibu hamil yang diduga sebagai penyebab (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilaksanakan pada 5-17 Juni 2006. Pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan pada waktu satu bulan. Tempat penelitian ini dilaksanakan di RSUD Djojonegoro Kabupaten 82

Temanggung, dengan pertimbangan : 1. RSUD Djojonegoro Kabupaten Temanggung adalah tempat rujukan tingkat kabupaten sehingga kunjungan kasus resiko tinggi cukup banyak yang akan memudahkan penelitian untuk mendapatkan subjek penelitian. 2. Sistem rekam medik yang sistematik sehingga peneliti mudah melakukan penelusuran data yang dibutuhkan. 3. Jarak antar tempat penelitian dengan tempat tinggal peneliti cukup dekat sehingga terjangkau oleh peneliti untuk melakukan konfirmasi data. Populasi adalah setiap subjek (dapat berupa manusia, binatang percobaan, data laboratorium, dan lain-lain) yang memenuhi karakteristik yang ditentukan (Sastroasmoro, 1995). Populasi dalam penelitian ini adalah semua hasil rekam medik yang merupakan hasil pencatatan pelaporan ibu bersalin dan neonatus yang dilahirkan di RSUD Temanggung Periode 1 Januari 2005 sampai dengan 31 Desember 2005 dan diperoleh data populasi sebesar 108 kasus BBLR. Sedangkan sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro, 1995). Sampel dalam penelitian ini adalah hasil pencatatan pelaporan ibu bersalin dan neonatus yang dilahirkan di RSUD Temanggung Periode 1 Januari 2005 sampai dengan 31 Desember 2005 yang memenuhi kriteria ; b. Inklusi : 1) Bayi yang dilahirkan memiliki umur kehamilan lebih dari 37 minggu. 2) Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. 3) Ada data riwayat antenatal care dan persalinan. 4) Ada data pemeriksaan Hb pada saat kehamilan. c. Eksklusi : 1) Data riwayat antenatal dan persalinan kurang lengkap. 2) Data pemeriksaan kadar Hb tidak ada. 3) Ada riwayat komplikasi selama kehamilan (pre eklamsi, perdarahan, hipertensi, atau penyakit lain). Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan Accidental Sampling yaitu suatu pendekatan untuk menentukan jumlah sampel, yang dilakukan berdasarkan kebetulan yang dijumpai. Hal ini berarti bahwa populasi yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini digunakan seluruhnya sebagai sampel dalam penelitian ini. Setelah melalui proses rekapitulasi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 59 kasus BBLR dan diambil pula jumlah sampel kontrol sebesar 59 kasus BBLN. Analisa data adalah alat statistik untuk mengukur hubungan variabel yang ditanyakan dalam inpartu dengan demikian akan menjawab hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah. Data yang akan dianalisa dengan menggunakan : 1. Analisa univariant, yaitu analisa tiap-tiap variabel hasil penelitian yaitu anemia ibu hamil dan BBLR dilakukan dengan menghitung prevalensinya. 83

2. Analisa bivariant, yaitu analisa yang dilakukan terhadap 2 varibel yang diduga ada korelasi. Uji korelasi menggunakan chisquare melalui koefisien kontingensi, dikatakan ada hubungan bermakna jika p<0,05 dan tidak ada hubungan jika p>0,05. 3. Untuk mengetahui hubungan anemia terhadap BBLR digunakan statistik chi square HASIL DAN BAHASAN Hasil pengumpulan data selama kurun waktu satu bulan, yang dilakukan di Ruang Rekam Medik RSUD Djojonegoro Kabupaten Temanggung, didapatkan bahwa pada periode 1 Januari 2005 31 Desember 2005 ditemukan sebesar 108 kelahiran hidup non rujukan dengan BBLR. Setelah melalui proses rekapitulasi keseluruhan populasi, rekam medik yang masuk kriteria inklusi adalah sebesar 59 rekam medik yang mencatat kejadian BBLR. Untuk selanjutnya, sebagai kontrol diambil pula sampel sebesar 59 rekam medik yang mencatat kejadian kelahiran dengan bayi berat lahir normal (BBLN). Pada penelitian ini diperoleh data bahwa berat badan bayi dari keseluruhan sampel kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) berada pada rentang antara paling rendah 1250 gram dan paling berat 2450 gram, dengan rerata 2250 gram. Modus berat badan bayi paling banyak adalah 2300 gram, dengan standar deviasi 122 gram. Pada data yang mencatat kadar haemoglobin ibu hamil yang melahirkan BBLR dalam sampel yang memenuhi kriteria, bervariasi antara kadar haemoglobin 8,7 gram% sampai 12 gram% dengan rata-rata kadar haemoglobin 10,9 gram% sedangkan modus terbanyak adalah kadar haemoglobin 10,4 gram% dan standar deviasi 0,73 gram%. Sedangkan kadar haemoglobin ibu hamil yang melahirkan bayi berat lahir normal (BBLN) yaitu antara kadar haemoglobin 10,1 gram% sampai 14,2 gram% dengan ratarata 11,7 gram%, dan modus terbanyak 11,8 gram% serta standar deviasi 1,05 gram%. Pada penelitian ini kadar haemoglobin dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu kadar haemoglobin yang kurang dari 11 gram% atau yang disebut anemia dan kadar haemoglobin sama atau lebih dari 11 gram% atau yang disebut tidak anemia. Hasil persalinan dengan BBLR proporsi terbanyak pada kelompok anemia sebesar 64,4% dan pada kelompok tidak anemia sebesar 35,6% sedangkan pada hasil persalinan BBLN proporsi terbanyak pada kelompok tidak anemia sebesar 79,7% dan pada kelompok anemia sebesar 20,3%. Distribusi persalinan BBLR menurut kadar haemoglobin ibu hamil dapat dilihat seperti pada tabel 1. 84

Tabel 1.Distribusi Persalinan BBLR menurut anemia ibu hamil di RSUD Temanggung periode 1 Januari 2005-31 Desember 2005 Anemia Ibu Hamil BBLR BBLN Jumlah N % N % N % Anemia Tidak Anemia 38 21 64,4 35,6 12 47 20,3 79,7 50 68 42,3 57,7 Jumlah 59 100 59 100 118 100 Analisa statistik hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) Berdasarkan hasil analisis chi square yang dihitung secara 2 N ad cb x 2 = a b c d a c Keterangan : x 2 = chi kuadrat N = jumlah sample a b c d Hasil yang diperoleh yaitu 23,46 lebih besar dari x2 tabel b d = proporsi kasus dengan faktor resiko = proporsi kontrol dengan faktor resiko = proporsi kasus tanpa faktor resiko = proporsi kontrol tanpa faktor resiko yaitu 3,84. Untuk mengetahui signifikansi hasil perhitungan dilakukan secara komputasi yaitu dengan menggunakan program komputer diperoleh nilai p yaitu p = 0,00 (p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai x2 adalah signifikan sehingga ada hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Dari perhitungan manual odds ratio kejadian BBLR yang dipengaruhi anemia sebesar 7,08 dengan interval kepercayaan (95%) maka didapatkan hubungan yang bermakna antara anemia terhadap BBLR. Angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Indonesia tergolong tinggi, data yang menunjukkan hal tersebut diperoleh berdasarkan analisis lanjut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (1994) yaitu angka manual dan dinyatakan dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) = 1. x 2 hitung yang diperoleh dengan menggunakan rumus, yaitu kejadian BBLR sebesar 7,1%. Sedangkan dari Profil Kesehatan Indonesia bayi berat lahir rendah di Indonesia adalah 14%. Beberapa peneliti melaporkan angka kejadian BBLR di Indonesia diantaranya penelitian kohort di Sukabumi memperoleh insiden BBLR 10,7%, penelitian di Ujung Berung mendapatkan angka kejadian BBLR sebesar 14,7%. Penelitian di Ciawi Kabupaten Bogor mendapatkan kejadian BBLR 16,1% (Rahman, 2000). Sedangkan pada penelitian ini, angka kejadian BBLR di RSUD Temanggung periode 1 Januari 2005-31 Desember 2005 sebesar 14,09%. Hal ini berarti angka kejadian dalam penelitian ini menunjukkan prosentase yang mendekati sama dengan hasil penelitian di daerah lain. Angka kejadian yang mendekati sama 85

tersebut dalam teori dapat disebabkan oleh karakteristik tempat yang sejenis, yaitu tempat tinggal berada di dataran tinggi. Hal ini nampaknya menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kasus BBLR. Kerapatan udara di dataran tinggi relatif lebih renggang dari pada di dataran rendah, sehingga diperlukan lebih banyak haemoglobin untuk mengikat cukup oksigen (Mokoagow, 2006). Sehingga wanita hamil yang hidup di dataran tinggi seperti di Kabupaten Temanggung membutuhkan kadar haemoglobin yang optimum. Karena kerja haemoglobin untuk manusia yang hidup di dataran tinggi lebih berat dibandingkan pada manusia yang hidup di dataran rendah. Apabila jumlah haemoglobin pada manusia yang hidup di dataran tinggi tidak optimum, maka pemenuhan kebutuhan yang di transportasikan melalui haemoglobin seperti; oksigen, zat makanan, sisa metabolisme dan lain-lain akan berkurang. Pada wanita hamil hal ini sangat beresiko terutama untuk janinnya. Dengan demikian upaya dalam rangka membuat kondisi haemoglobin yang optimum pada tubuh ibu hamil terutama yang hidup di daerah dataran tinggi akan sangat diperlukan. Upaya-upaya tersebut bisa melalui pencegahan dan penanggulangan anemia antara lain dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan seperti sayuran hijau dan buahbuahan ditambah dengan kacangkacangan dan padi-padian yang cukup banyak mengandung zat besi dan vitamin-vitamin lain, terutama vitamin C yang diperlukan untuk meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Upaya lain dapat dengan pemberian suplementasi besi karena dapat memperbaiki status haemoglobin yang relatif singkat. Hal tersebut di atas didukung oleh data bahwa bayi dengan berat lahir rendah di RSUD Djojonegoro Kabupaten Temanggung proporsi terbanyak pada kelompok yang dilahirkan oleh ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 64,4%. Jumlah prosentase yang besar pada kelompok anemia yang melahirkan BBLR dapat dipengaruhi oleh ketidakmampuan ibu hamil memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungnya. Oleh karena itu bayi berat lahir rendah rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia (Wirakusumah, 1999). Pendapat lain juga mendukung pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan semakin tinggi kadar haemoglobin ibu berarti jumlah zat besi yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan pembentukan darah semakin banyak. Dengan semakin banyak darah yang dibentuk maka janin dan plasenta memperoleh kebutuhannya sesuai dengan kadar haemoglobin yang dimiliki ibu (Khomsan, 2003). Disisi lain, pada kondisi bayi berat lahir normal, proporsi terbanyak adalah pada kelompok bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak mengalami anemia sebesar 79,7%. Hal ini berarti ibu hamil yang tidak menderita anemia di dalam tubuhnya memiliki zat besi yang cukup dibutuhkan untuk memenuhi kehilangan basal, juga cukup dibutuhkan untuk pembentukkan sel-sel darah merah yang semakin banyak, serta untuk janin dan plasentanya (Depkes RI, 2002). Sedangkan pada kasus persalinan bayi berat lahir normal (BBLN) dengan riwayat ibu anemia sebesar 20,3% dapat disebabkan oleh kadar haemoglobin ibu, pada trimester III menjelang persalinan, 86

tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan janin yang sudah mencapai berat badan lebih dari 2500 gram atau ibu hanya menderita anemia fisiologis yaitu volume plasma meningkat di atas peningkatan jumlah sel darah merah (Wirakusumah, 1999). Beberapa studi terdahulu menyebutkan penyebab BBLR adalah multifaktor, antara lain faktor demografi, biologi ibu, gizi, riwayat obstetri, morbiditas ibu selama hamil (prenatal care) dan paparan toksis (merokok). Pada kasus BBLR yang terdapat di RSUD Temanggung kemungkinan termasuk dalam faktor paparan toksis (merokok), hal ini disebabkan oleh banyaknya penduduk Kabupaten Temanggung yang memproduksi tembakau sehingga potensial banyak penduduk laki-laki yang mengkonsumsi tembakau (rokok). Maka ibu hamil yang berada di lingkungan tersebut dapat menjadi perokok pasif yang kemudian mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Asap rokok tersebut dapat berdampak negatif terhadap penyerapan asam folat. Asam folat harus dikonsumsi ibu hamil setiap hari karena pada saat mengkonsumsi asam folat akan tercerna kemudian dikirim ke hati. Hati menyimpannya sebagian, dan mengirimkan sebagian lainnya ke sumsum tulang. Dalam sumsum tulang inilah asam folat digunakan untuk membuat sel darah merah. Sel darah merah ini mengapung di dalam plasma dan mengalir melalui pembuluh arteri dan vena. Sel darah merah selanjutnya mengambil oksigen dari paru dan mendistribusikannya pada seluruh jaringan dan organ tubuh. Pada kondisi abnormal, karena kehamilan, tubuh ibu memerlukan asam folat lebih banyak untuk keperluan tubuh kembang janin. Ibu yang mengalami defisiensi asam folat akan berdampak pada bayi lahir dengan berat badan rendah (Khomsan, 2003). Ditilik dari pembuktian hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR dalam penelitian ini membuktikan bahwa, anemia berhubungan dengan kejadian BBLR dengan derajat signifikansi 5%. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Jumirah, dkk (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan atau bayi dengan berat lahir normal. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa anemia pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini dapat disebabkan oleh kadar haemoglobin yang rendah akan mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin sehingga pertumbuhan janin terhambat (Artana, dkk, 2002). Hal senada juga dipaparkan dalam penelitian Villar dan Belkvan (1982) yang menyebutkan bahwa penyebab BBLR yang terpenting di negara yang sedang berkembang adalah hambatan pertumbuhan janin dalam rahim (63%) dan prematur (17%), sedangkan penyebab hambatan pertumbuhan janin dalam rahim 40-45% disebabkan oleh nutrisi ibu yang buruk saat hamil (Kader dan Wong, 1982). Nutrisi ibu yang buruk saat hamil salah satunya disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi. Sedangkan zat besi memiliki fungsi utama untuk pembentukan sel darah merah yang berarti mempengaruhi jumlah kadar 87

haemoglobin pada ibu hamil (Khomsan, 2003). Selama proses kehamilan, pertumbuhan janin jika berlangsung normal maka hasil kehamilan yang diharapkan pada bayi adalah bayi tunggal, aterm, lahir hidup, berat badan normal dan tidak ada cacat bawaan, akan tetapi bila terdapat gangguan pertumbuhan janin akan termanifestasi pada berat bayi lahir kurang dari 2500 gram. Ada berbagai studi yang meneliti hubungan anemia dalam kehamilan dengan BBLR yang menyajikan hasil berbeda. Mavalankar, dkk (1992) dalam sebuah studi kasus kontrol di India menyebutkan ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian BBLR. Adjucted Odds Ratio kejadian berat lahir rendah aterm pada kelompok ibu yang anemia sedang adalah 1,8 (Cl 95% 1,4-2,4) dibanding kelompok tidak anemia, sedangkan kelompok ibu anemia berat Adjusted Odds Ratio 4,5 (Cl 95% 1,6-12,5) dibanding kelompok tidak anemia. Hasil perbandingan kejadian bayi berat lahir rendah antara kelompok ibu hamil anemia dan kelompok ibu hamil tidak anemia pada penelitian ini adalah 7,08 dengan rata-rata kadar haemoglobin 10,9 gr%. Perbedaan dalam jumlah ratio antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dipengaruhi oleh jumlah sampel yang berbeda pula. Dimungkinkan pada penelitian terdahulu sampel yang digunakan adalah jumlah sampel yang besar sehingga dapat digeneralisasikan, sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel dengan jumlah yang sedikit sehingga tidak memungkinkan hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan. Disamping itu terdapat hasil penelitian yang bertolak belakang dengan beberapa hasil penelitian yang tersebut di atas. Pudyastuti (1995), dengan studi potong lintang meneliti hubungan kadar haemoglobin ibu inpartu dengan kehamilan aterm dan berat lahir bayi. Penelitian dengan batasan anemia Hb <11 gram% ini menghasilkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar haemoglobin ibu inpartu dengan kejadian BBLR. Penelitian lain menyebutkan bahwa masalah BBLR ternyata tidak hanya berhubungan dengan anemia dalam kehamilan tetapi juga berhubungan dengan kadar haemoglobin (Hb) ibu yang tinggi. Kadar Hb ibu yang tinggi mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap aliran darah utero plasenter karena terjadi peningkatan viskositas. Peningkatan viskositas diketahui berhubungan dengan trombosis pada sejumlah besar kondisi. Intervillous thrombosis dan infark sering ditemukan pada kehamilan normal, menunjukan aliran utero plasenter mempunyai predisposisi terjadi kelainan thrombosis. Pada keadaan ini perubahan komposisi darah tidak berpengaruh penting untuk ibu tetapi sangat berbahaya buat janin (Rahman, dkk., 2002) seperti dilaporkan Garn, dkk (1981) adanya kematian janin prematur dan BBLR pada Hb 13 gram%. Murphy, dkk (1986) melaporkan adanya peningkatan resiko satu atau lebih luaran yang tidak baik pada kadar Hb >13,3 gram% pada berbagai trimester kehamilan. Zhou, dkk (1998) menemukan peningkatan 2x kelahiran preterm dan BBLR pada konsentrasi Hb >13 gram%. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa teori dan hasil penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa ada 88

hubungan yang signifikan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR meskipun ada beberapa hasil penelitian lain yang menyebutkan hasil berbeda, hal ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih detail untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. SIMPULAN Bayi berat lahir rendah merupakan salah satu penyebab langsung kematian neonatal. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR salah satunya adalah anemia pada ibu hamil yang memiliki resiko kesakitan lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak menderita anemia. Prevalensi kematian bayi yang disebabkan oleh BBLR di RSUD Temanggung cukup besar. Adapun penelitian yang terkait dengan penyebab kejadian BBLR sampai saat ini belum pernah diteliti. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSUD Temanggung. Sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan informasi awal bagi petugas kesehatan dalam rangka peningkatan deteksi dini dan penanganan anemia pada ibu hamil. Penelitian yang dilakukan selama periode 5 17 Juni 2006 dengan menggunakan metode retrospektif korelasional yang menggunakan studi kasus control didapatkan data melalui catatan rekam medik berupa sampel kasus yaitu data persalinan dengan BBLR yang memenuhi kritera inklusi sebesar 59 kasus dan diambil pula sampel kontrol sebesar 59. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara aksidental dan diperoleh hasil persalinan dengan BBLR, proporsi terbanyak pada kelompok anemia sebesar 64,4%, dan pada kelompok tidak anemia sebesar 35,6%. Sedangkan pada hasil persalinan BBLN proporsi terbanyak pada kelompok tidak anemia sebesar 79,7% dan pada kelompok anemia sebesar 20,3%. Berdasarkan hasil chisquare yang dihitung secara manual x2 hitung yang diperoleh yaitu 23,46 lebih besar daripada x2 dalam tabel yaitu 3,84. Pada perhitungan dengan menggunakan komputasi yaitu program SPSS versi 11,5 diperoleh hasil p = 0,00 yang berarti p<0,05. Hal ini menunjukan bahwa nilai x2 adalah signifikan sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Dengan penjelasan bahwa pada ibu hamil yang menderita anemia yang melahirkan BBLR dapat dipengaruhi oleh ketidakmampuan ibu hamil memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungannya. Sehingga kadar haemoglobin yang rendah akan mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat. Berdasarkan hasil penelitian di atas diharapkan petugas kesehatan atau bidan lebih meningkatkan deteksi dini anemia pada ibu hamil dan memberikan pencegahan dan penanggulangan anemia secara optimal sehingga dapat mengurangi angka kejadian BBLR serta dapat menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh BBLR. Diharapkan pula datadata hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi tentang keterkaitan 89

antara anemia dengan kejadian BBLR bagi petugas kesehatan, ibu hamil dan masyarakat luas. SARAN 1. Bagi Instansi Angka kejadian BBLR di RSUD Temanggung cukup besar maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap BBLR. Diharapkan dengan mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi BBLR dapat ditindaklanjuti pencegahannya oleh pihak rumah sakit terutama oleh tenaga kesehatan yang ada. 2. Bagi Ibu Hamil Ibu hamil hendaknya melakukan perawatan masa hamil khususnya dalam konsumsi makanan yang mengandung zat besi dan suplementasi zat besi untuk mencukupi kebutuhan tubuh, janin dan plasentanya. Sehingga anemia pada ibu hamil yang berpengaruh terhadap terjadinya bayi berat lahir rendah dapat segera dicegah. 3. Bagi Bidan Peningkatan penyuluhan kesehatan terutama mengenai pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik. Peningkatan penyuluhan kesehatan pada ibu hamil tersebut minimal diikuti dengan evaluasi hasil melalui program ante natal care (ANC) yaitu dengan pemantauan pertumbuhan janin dan pemantauan pertambahan berat badan ibu hamil serta pemeriksaan kadar haemoglobin. DAFTAR PUSTAKA Amirudin, Ridwan.(2007).Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. http://ridwanamirudin.word press.com/2007/05/05/tu mbuh-kembang-anak/ 12 juli 2007. Anwar, Husaini Mahdin.(2000).Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang Anak.http://anak.i2.co.id/b eritabaru/berita.asp?id=169. 12 juli 2007 Beck,M.E. (2000). Ilmu Gizi dan Diet.yogyakarta: Yayasan essentia medica. Kartika, V.M.(2002). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Anak Usia12-18 Bulan di Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk- gdl-res-2002-vita-1452- motorik&node=124&start=6. 29 september 2006. Nency, Y. Thohar,A.M.(2004).Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk- gdl-grey-2004-yetty-1430- gizi&q= 12 september 2006. Notoatmojo, S.(2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka cipta. Pemerintah propinsi jawa tengah.(2004). Presentase Status Gizi Anak Balita yang Ditimbang Menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun Anggaran 2003/2004.http://www.jaw atengah.go.id/loader2.php?s UB=potensi&DATA=kesej- 90

masy& kota.11 september 2006. Pemerintah RI dan WHO.(2000). RencanaAKSI Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005. Proboningsih, jujuk. (2004). Perbedaan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan kepribadian) pada anak usia 12-18 bulan antara status gizi kurang dan status gizi normal.http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair- gdl-s2-2004-probonings- 874&PHPSESSID=60a34446 0096be3086452dcff4db2cbe. 12 juli 2007.14.00 Riduwan.(2005).Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan Dan Peneliti Pemula.Bandung: Alfabeta. Sihadi.(2000). Gambaran Perubahan Status Gizi Anak Balita Gizi Buruk Pengunjung Klinik Gizi Bogor. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk- gdl-grey-2000-sihadi-1430- gizi&q= 12 september 2006. Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Nasional. Soetjiningsih.(1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sudjarwo,S.R.(1996).Uji Skrining Perkembangan dengan Metoda Denver II. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Sunarto & Budiharjo, T.(2004). Faktor Determinan Peningkatan Status Gizi Bayi GAKIN Umur 6-11 Bulan yang Memperoleh Blended Food di Kecamatan Pedurungan.link 2004:1(2);39-45. 91