BAB IV LANDASAN PENELAAHAN ILMU PENGETAHUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

ONTOLOGI. Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh)

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat ilmu Bijaksana : ingin tahu lebih tajam; Ciri manusia berfilsafat : suka bertanya Filsafat ilmu : bertanya untuk mencari kebenaran

PENDIDIKAN PANCASILA

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

NOVIA KENCANA, S.IP, MPA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M

Etika dan profesi humas

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

KONSEPSI-KONSEPSI FILSAFAT KOMUNIKASI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

Dr. Sri Anggraeni, MSi

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

FILSAFAT ILMU ONTOLOGI EPISTOMOLOGI AKSIOLOGI. Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP. Ontologi Hakikat apa yang dikaji

URGENSI FILSAFAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA. Dr. Y. Suyitno MPd Dosen Filsafat Pendidikan UPI

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

Penelitian : Rumit? Sulit? Prosedur dan alat yang digunakan terstandar.

PANCASILA AKTUALISASI PANCASILA DALAM PENGEMBANGAN IPTEK DAN KEHIDUPAN AKADEMIK. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDEKATAN ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.

BAB II PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Landasan Penelaahan Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono,

Filsafat Ilmu dan Logika

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer

: Kemungkinan Studi Agama Secara Filsafati

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

DASAR-DASAR ILMU Pengertian dan jenis-jenis dasar keilmuan Randall dan Buchker Ernest van den Haag

BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Hendri Koeswara. Pertemuan 5

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme:

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Bahasan Kajian Filsafat

Pengetahuan dan Kebenaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

SILABUS : FILSAFAT ILMU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

FUNGSI FILSAFAT ILMU BAGI PENGEMBANGAN ILMU HUKUM

FILSAFAT ILMU & LOGIKA. Oleh : dr. Nur Indarawati Lipoeto

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA INTELEKTUAL (PENGETAHUAN) Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

ILMU DAN FILSAFAT SOSIAL

MANUSIA, NILAI DAN MORAL

FILSAFAT PENDIDIKAN. Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

SOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

Nama Mata Kuliah. Pengetahuan dan kebenaran. Masyhar, MA. Fakultas Psikologi. Modul ke: Fakultas. Program Studi Program Studi.

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

M. Hamid Anwar, M. Phil.

PANCASILA Sebagai Etika Politik

Filsafat dan Ilmu. Widodo Setiyo Wibowo

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

21. Istilah filsafat secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani (philosophia).

A. DESKRIPSI MATA KULIAH

Transkripsi:

BAB IV LANDASAN PENELAAHAN ILMU PENGETAHUAN. Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai, hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah) seperti : I. Landasan Ontologis Obyek aoa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud hakiki obyek tersebut? Bagaimana huhungan antara obyek tadi dan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan meng indera) yang menghasilkan pengetahuan? Pengertian ontologi (metafisika umum) Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta ta physika artinya sesuatu yang ada dibalik atau dibelakang benda-benda fisik. Definisi metafisika adalah sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdafam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan Metafisika bersifat fundamental dan komprehensif. Bersifat fundamental sebab pertanyaanpertanyaannya tentang apakah yang ada itu mendasari semua penyelidikan khusus. Bersifat komprehensif sebab generali-tasnya sangat umum dan kaitannya dengan dunia sebagai suatu keseluruhan. Berfikir ontologi berasal dari kata Yunani onta artinya yang ada secara nyata, kenyataan sesungguhnya. Istilah logi berassal dari kata Yunani logos artinya studi tentang, uraian tentang. Ontologi : (1) membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, atau suatu pengkajian mengenai teori ada. (2) berperan dalam pengembangan ilmu, asumsi dasar ilmu, konsekuensinya berpengaruh terhadap penerapan ilmu, (3) merupakan sarana ilmiah menemukan jalan untuk menangani masalah secara ilmiah, (4) menyelidiki dasar-dasar ilmu, (5) menggunakan metode abstraksi untuk mencari kejelasan tentang dunia fakta seluruhnya sampai pada pengertian yang fundamental. Pengetahuan fundamental hasil dari ontologi dapat dijadikan dasar. untuk membahas kembali asumsi dasar yang oleh Ilmu Pengetahuan telah dianggap mapan Hasil penelahaan ontologi dijadikan dasar rumusan hipotesis baru untuk memperbaharui asumsi dasar yang pernah digunakan Berfikir ontologik mempunyai corak kritik spekulatif. artinya pembahasan di dalam ontologi dimulai tanpa asumsi dasar, melainkan mengandalkan kreativitas akal inspirasi, intuisi, dan ilham. Persoalan-persoalan ontologis diantaranya adalah : 1. Apa yang dimaksud tentang ada, keberadaan atau eksistensi itu? 2. Bagairnana penggolongan dari ada, keberadaan atau eksistensi? 3. Apa sifat dasar (nature) kenyataan atau keberadaan?. Martin Heidegger memberi landasan ontologi modern yang phenomenologist. Heidegger berpandangan bahwa ilmu yang ada pilah dari ilmu positif. Ilmu tentang yang ada merupakan transcendental temporal science, ilmu transenden Universitas Gadjah Mada 1

yang temporal. Makna transenden diartikan dunia obyektif universal. Makna metaphisik, sebagai dataran obyektif universal.. 1. Obyek material metafisika. Obyek material metafisika adalah yang ada artinya segala-galanya (Anton Baker, 1992) Metafisika adalah suatu inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Yang ada merupakan predikat universal dalam arti merupakan predikat dalam setiap kesatuan yang mungkin ada. Yang ada meliputi semua realitas dalam bentuk yang inderawi maupun yang tidak inderawi (Lorenz Bags, 1991). 2. Obyek formal ontologi Obyek formal ontologi adalah hakekat seluruh realitas. Metafisika membahas hakekat realitas melalui dua macam sudut pandang, yaitu : a. Pendekatan kuantitatif, membahas kuantitas realititas yang terdalam tunggal atau jamak. Telaahnya monisme, paralelisme, atau pluralisme. b. Pendekatan kualitatif, membahas jenis realitas terdalam. Memunculkan aliran-aliran materialisme, naturalisme, dan hylemorphisme, yaitu sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental. Metode pada ontologi Metode metafisika umum adalah suatu refleksi terakhir, yaitu sarana metodik mengeklesitasikan pra pengetahuan, yang merupakan pengetahuan bersifat umum. Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkat abstraksi dalam ontotogi, yaitu: abstraksi fisik, bentuk, dan metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas suatu obyek; abstraksi bentuk mendiskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. Metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus dibedakan menjadi dua yaitu pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan Contoh : Sesuatu yang rohani itu kekal (Tt P) Jiwa itu sesuatu yang rohani (S Tt) Jadi, jiwa itu kekal (S P) Universitas Gadjah Mada 2

Pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan. Pembuktian a posteriori disusun dengan tata silogistik sbb : Contoh :Gigi geiigi itu gigi geligi rahang dinosaurus Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan Jadi, dinosaurus itu pemakan tumbuhan Apriori diberangkatkan dari term tengah dihubungkar. dengan predikat, dan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan a posteriori diberangkatkan dari term tengah dihubungkan dengan subyek, dan term tengah menjadi akibat dari ralitas dalam kesimpulan. Secara umum a priori dikenal sebagai cara berfikir dan cara pembuktian deduktif, sedangkan empiri sebagai konsekuensi. A posteriori dikenal sebagai cara berfikir dan membuat kesimpulan yang mendasarkan empiri. Tetapi dari tata silogistik pembuktian a posteriori tidak identik dengan pembuktian induktif. II. Landasan Epistemofogis Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Pengertian epistemologl/ teori pengetahuan/ filsafat pengetahuan Secara etimologi, epistemologi berasal dari kata Yunani episteme artinya pengetahuan, pengetahuan yang benar, pengetahuan ilmiah. Logos artinya teori. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang asal mula atau sumber pengetahuan, struktur pengetahuan, metode pengetahuan, dan validitas pengetahuan. Dalam epistemologi pertanyaan pokoknya adalah apakah yang dapat saya ketahui? Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan, atau tentang terjadinya dan kebenaran ilmu. Persoalanpersoalan dalam epistemologi adalah 1. Apakah pengetahuan itu? 2. Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu? 3. Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh? 4. Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinilai? 5. Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan prapengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman)? Universitas Gadjah Mada 3

6. Apa perbedaan di antara hal-2 berikut:kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta, kenyataa, kesalahan, bayangan, gagasan, keber.aran, keboleh jadian, kepastian? Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana dan tata cara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah) Akal, akal budi, pengalaman, atau kombinasi antara akal dan pengalaman, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi. Sehingga dikenal model epistemologi seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, dan fenomologi dengan variasinya. Beberapa teori pembenaran (justifikasi) Epistemik 1. Teori pembenaran Tradisional a. Teori koherentisisme, memandang bahwa yang diyakini tidak akan terlepas dari lingkaran dari semua yang diyakini. Yang diyakininya: tampilan kaya akan dihormati. Jajan di warung Tegal tidak mau. b. Teori foundationalisme klasik, berpendapat bahwa semua pengetahuan dan pembenaran yang diyakini, sepenuhnya berlandaskan pada pengetahuan dan pembenaran noninferensial. Maksudnya pembenaran hari ini turun hujan, tetapi tidak ada maksud meramalkan bahwa hari lain dengan kondisi yang sama akan juga turun hujan. Sebagai landasan sumber pembenaranya dapat diperoleh secara a priori atau a posteriori. Pembenaran menurut foundationalisme memiliki struktur linier, dan ditampilkan hanya dalam hal ada keterkaitan hal satu dengan yang lain. 2. Pembenaran Evidentialisme dan Naturalisme. Pada tahun 1980 terjadi diskusi ekstensif tentang pembenaran menurut teori internal dan teori eksternal. Para internalist berpendapat bahwa pembenaran itu ditentukan oleh faktor-faktor internal dalam mental seseorang, sedangkan para eksternalist berpendapat bahwa banyak faktor luar mempengaruhi. Evidentialist adalah penganut internalist yang khas. Pembenaran dibangun oleh persepsi kita, oleh mental set kita. Teori pembenaran epistemik Naturalisme, merupakan pem-benaran epistemik yang lebih dekat ke epistemologi empirik, ke psikologi kognitif. Ilmu pengetahuan sekarang, lebih banyak menjangkau kebenaran epistemologik, belum menjangkau kebenaran substansif hakiki. III. landasan Aksiologis. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana hubu-ngan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metoda ilmiah dan norma-2 moral/profesional? Universitas Gadjah Mada 4

Pengertian axiologi Yaitu teori tentang nilai, bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan dalam kehidupan. Nilai tersebut wajib dipatuhi dalam kegiatan kehidupan. Kekuasaan ilmu yang besar mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat. Dasar axiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Ilmu bersifat netral, tidak rnengenal sifat baik dan buruk, manusialah yang menjadi penentu. Netralitas ilmu terletak pada dasar epistemologisnya, secara ontologis dan aksiologis harus mampu mcnilai antara baik dan buruk. Pandangan tentang nilai dikelompokkan menjadi dua, yaitu bersifat obyektif dan subyektif. Nilai merupakan bagian dari keseluruhan keadaan metafisik alam semesta, bukan hanya murni pengetahuan pribadi pada lingkungan manusia. Nilai berhubungan dengan enghargaan. Nilai merupakan kuatitas suatu obyek atau barang yang hanya mempunyai hubungan dengan subyek yang tahu ten-tang nilai. Max Scheler menampilkan 4 jenis values (nilai), yaitu (1) Nilai Sensual, seperti menyenangkan dan tidak menyenangkan (2) Nilai hidup, seperti agung, hersahaja (3) Nilai kejiwaan, seperti nilai aestetis, nilai benar salah, dan nilai intrinsik ilmu. (4) Nilai relegius, seperti yang suci, yang sakral. Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang penerapan hasilhasil temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan dan keluhuran hidup manusia, Kesimpulan yang muncul dalam mendalami aksiologi ialah( Sri Suprapto, 1997) : 1). Suatu skala nilai-nilai, asas-asas moral, dan aturan-aturan untuk bertindak. 2) Lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat spiritual/kerokhanian ataupun mental daripada yang bersifat inderawi atau kebendaan dan 3) Lebih mengutamakan kebebasan moral daripada ketentuan alami. Lebih mengutamakan hal yang umum daripada hal yang khusus. Semua pengetahuan pada dasarnya mempunyai ketiga landasan tersebut. Yang berbeda adalah materi perwujudannya serta sejauh mana landasan dari ketiga aspek pengetahuan ini dikembangkan dan dilaksanakan. Noeng Muhadjir menyimpulkan ontologi, epistemologi, dan aksiologi, guna menjangkau masa depan yang lebih prospektif. Phenomena sensual, logik, ataupun moral yang tidak dapat disangkal memang dijiwai dimensi plural pada substansi tunggal. Dengan bertikir retlektif menjadikan berfikir induktif dan deduktif dipadukan. Kognisi, afek, dan psikomotor diganti kognisi, afek, dan amalan dapat menjadikan tampilan psikologi lebih human. Pengembangan teknologi menjadikan ilmu yang berorientasi pada hakikat obyektif ilmu dengan kepentingan subyektif manusia, balk untuk menjangkau dataran sensual, logik, maupun moral menjadikan ilmu tampil tunggal mendukung kepentingan manusia. Memadukan konsep dan praktik menjadi praxis yang momot idee, nilai sensual, logik. Dan moral membuat ilmu menjadi tunggal. Universitas Gadjah Mada 5

Kebenaran oleh Noeng Muhadjir disebut sebagai kebenaran substantif dan kebenaran esensial, yang tampil sebagai keteraturan substantif dan keteraturan esensial semesta, yang sifatnya obyektif transversal. Dalam pengakuan pada kebenaran transendensi keteraturan substansial dan esensial itu merupakan Al Haq min Rabbika. Universitas Gadjah Mada 6