BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Data Hasil Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi

MODEL REAKTOR PEMBIAK CEPAT

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

ANALISIS KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS PERANGKAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE TABUNG (SHELL AND TUBE) PADA SISTEM PENDINGIN REAKTOR KARTINI

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

INTISARI. iii. Kata kunci : Panas, Perpindahan Panas, Heat Exchanger

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL

PEMELIHARAAN SISTEM PENDINGIN PRIMER JE 01 DI REAKTOR GA. SIWABESSY

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

BERITA NEGARA. BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB I. PENDAHULUAN...

[ PTRKN BATAN ] 2012 BATAN [ B.20] [DESAIN PERISAI DAN DOSIMETRI REAKTOR RISET INOVATIF. [ Amir Hamzah, Pudjijanto, Ardani, Rokhmadi, Sriawan ]

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

ANALISA KEGAGALAN SISTEM PENDINGIN PADA KAPAL X DOUBLE ENGINE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU

PENGKAJIAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas:

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

PENGARUH PENAMBAHAN ALIRAN DARI BAWAH KE ATAS (BOTTOM-UP) TERHADAP KARAKTERISTIK PENDINGINAN TERAS REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG

Reactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan energi tersebut dibutuhkan suatu sumber energi yang dapat menghasilkan energi yang cukup besar. Energi nuklir merupakan salah satu jawaban untuk sumber energi efisien yang diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan energi manusia. Di Indonesia telah dibangun tiga buah reaktor nuklir yang dimanfaatkan untuk penelitian, pelatihan maupun produksi isotop, tiga buah reaktor tersebut adalah reaktor serba guna GA Siwabessy di Serpong Tanggerang, reaktor TRIGA 2000 di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor tersebut yang berperan penting dalam perkembangan nuklir di Indonesia. Reaktor kartini adalah reaktor paling kecil yang ada di Indonesia yaitu dengan daya 100 kw thermal. Reaktor Kartini beroperasi untuk keperluan penelitian dengan memanfaatkan fluk neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi dalam teras reaktor tersebut. Disamping itu seringkali juga dioperasikan untuk keperluan praktikum dalam pelatihan operasi bagi para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Reaktor Kartini yang merupakan instalasi sebuah sistem peralatan besar, memiliki unit-unit peralatan utama dan peralatan-peralatan

2 pendukung operasi, yang dapat dikelompokan menurut struktur, sistem dan komponen (SSK), sebagai berikut. 1. Sistem teras reaktor yang terdiri dari bahan bakar reaktor, batang kendali, komponen detektor yang tersusun dalam grid berkisi-kisi. 2. Sistem instrumentasi dan kendali reaktor, yang terletak di dalam ruang kendali reaktor. 3. Sistem pendingin reaktor yang merupakan salah satu bagian sistem keselamatan. 4. Sistem bantu, yang terdiri dari sistem ventilasi, sistem penanganan bahan bakar, sistem catu daya, sistem komunikasi dan sebagainya. (IAEA, 2005: 75) Pengoperasian dari sebuah reaktor nuklir haruslah memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan, baik keselamatan bagi pekerja radiasi, masyarakat, lingkungan maupun keselamatan dan keamanan peralatan sistemnya. Salah satu faktor yang sangat penting pada keselamatan pengoperasian reaktor adalah sistem pendinginan reaktor. Pada sistem ini terjadi aliran fluida primer dari reaktor (fluida yang mempunyai temperatur relatif lebih tinggi) ke dalam suatu penukar kalor (heat exchanger), sementara fluida yang relatif lebih dingin dialirkan dari menara pendingin berlawanan arah dengan fluida primer dari reaktor yang masuk ke dalam penukar kalor tersebut. Dengan nilai efektivitas yang tinggi akan diperoleh sistem pertukaran kalor yang sempurna, seperti yang diharapkan pada keselamatan pengoperasian reaktor.

3 Perangkat panas atau Heat Exchanger (HE) merupakan komponen penunjang yang berfungsi sebagai sarana pengalihan panas dari pendingin primer, yang menerima panas dari elemen bakar, untuk diberikan pada fluida pendingin yang lain (sekunder). Dengan sistem pengambilan panas tersebut maka integritas komponen teras akan selalu terjamin. Perangkat penukar panas (Heat exchanger) yang digunakan pertama kali adalah perangkat penukar panas (Heat Exchanger) tipe tabung (tube). Dalam sistem pemeliharaan dan evaluasi pengujian terhadap efisiensi perangkat penukar panas (Heat Exchanger ) yang meliputi distribusi suhu pada sistem pendingin yang melewati alat penukar panas (Heat Exchanger ) tipe tabung, tekanan air pada sistem pendingin, dan manajemen sistem penuaan alat yang harus diperbaharui untuk pemeliharan alat dan menjaga stabilitas suhu selama reaksi nuklir terjadi. Aktivitas ini dilakukan melalui pemeliharaan rutin ataupun tidak rutin sehingga kerusakan serta gangguan-gangguan terhadap efisiensi perangkat penukar panas (Heat Exchanger) dapat diminimalisir. Untuk menguji tingkat kerusakan alat penukar panas (Heat Exchanger) perlu diadakan pengujian melalui data terkini seperti distribusi suhu pada aliran sistem pendingin primer dan sekunder, tekanan pada pipa pendingin, dan efisiensi penukar panas.

4 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul sebagai berikut: 1. Sistem teras reaktor yang terdiri dari bahan bakar reaktor, batang kendali, komponen detektor yang tersusun dalam grid berkisi-kisi. 2. Sistem instrumentasi dan kendali reaktor, yang terletak di dalam ruang kendali reaktor. 3. Sistem pendingin reaktor yang merupakan salah satu bagian sistem keselamatan. 4. Sistem bantu, yang terdiri dari sistem ventilasi, sistem penanganan bahan bakar, sistem catu daya, sistem komunikasi dan sebagainya 5. Belum diketahui data koefisien perpindahan panas penukar panas (Heat exchanger) terkini sehingga menyebabkan kurangnya informasi mengenai penurunan fungsi dari alat tersebut. C. Batasan Masalah Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada analisis koefisien perpindahan panas perangkat penukar panas (Heat Exchanger) tipe tabung pada sistem pendingin Reaktor Kartini.

5 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah disampaikan dimuka, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diambil yaitu Berapa koefisien perpindahan panas perangkat penukar panas (Heat Exchanger) tipe tabung? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memberikan data terkini koefisien pepindahan panas atau daya serap perangkat penukar panas (Heat Exchanger) tipe tabung pada sistem pendingin Reaktor Kartini. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi BATAN, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi data terkini efisiensi penukar panas (Heat Exchanger) tipe tabung pada sistem pendingin reaktor Kartini guna mengurangi resiko kerja. 2. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat di gunakan sebagai pengetahuan mengenai proses pemeliharaan dan evaluasi sistem pendingin. 3. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian mengenai proses pendinginan pada reaktor Kartini dengan menggunakan penukar panas (Heat Exchanger) tipe tabung.