BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dhora Dwifianti, 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat merupakan masalah yang serius terhadap kondisi

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

BAB I PENDAHULUAN. Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari sudut pandang manusia awam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. A dan C, minyak atsiri, zat warna kapsantin, karoten. Cabai merah juga mengandung

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu persoalan

PENGARUH PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN PERTANIAN. Diana Sofia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.

I. PENDAHULUAN. sumber kalori yang relatif murah. Kebutuhan akan gula meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. sawah sebagai tempat budidaya ikan perlu dicermati lebih lanjut, karena aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

BAB I. PENDAHULUAN. Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses. dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknologi Arang Aktif untuk Pengendali Residu Pestisida di Lingkungan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

Pencemaran Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang

I. PENDAHULUAN. kacang panjang, daun kecipir, buncis, seledri, dan lain-lain. Kacang panjang

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas ( Biodiversity

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

I. PENDAHULUAN. khususnya pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit, lebih banyak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan makanan penduduk dari waktu ke waktu terutama di negara berkembang terus meningkat (Atmawidjaja, et al., 2004). Negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dalam bidang pangan/sandang, menyebabkan terjadinya peningkatan penggunaan bahanbahan kimia pertanian untuk membantu pada kemajuan dan perkembangan pertanian (Ton, 1991; Sofia, 2001). Implikasinya kondisi pertanian di Indonesia dimasa mendatang banyak yang diarahkan untuk kepentingan agroindustri (Suwanto, 1994; Sofia, 2001). Salah satu pola yang dikembangkan mengarah pada pola pertanian yang makin monokultur, baik itu pada pertanian darat maupun hidroponik air. Mendukung peningkatan produksi hasil tanaman pangan, maka penggunaan pestisida yang dilakukan (Atmawidjaja, et al., 2004). Hal ini dilakukan agar usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit (Sofia, 2001). Terdapat beberapa golongan pestisida yang banyak digunakan untuk melindungi tanaman justru berdampak negatif seperti berdampak negatif pada tanaman non-target (Gwo-Chen, 1983). Menurut Karthikeyan, et al., (2003) efek yang terjadi pada tanaman non-target mencakup berbagai gejala, termasuk perubahan pertumbuhan vegetatif, kematian tanaman, menurunkan kemampuan reproduksi dan berdampak pada ekologi. Bahkan Klejin & Snoejing (1997) menyatakan adanya interaksi kompetitif antara tumbuhan satu spesies dapat mengubah dominasi spesies dan distribusi yang dapat menyebabkan dampak lebih lanjut dalam ekosistem. Adanya dampak negatif yang ditimbulkan akibat sebagian petani yang tidak memperhatikan cara penggunaan pestisida sesuai dengan jenis 1

2 hama yang ada dan tidak memperhatikan struktur kimia, dapat mengancam kesehatan makhluk hidup (Navarro, et al., 2007). Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya tidak berhati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaan pestisida. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan pestisida (yang mencakup insektisida) telah dianggap petani sebagai salah satu cara diantara berbagai cara yang mampu menyelamatkan hasil pertanian dari gangguan hama penyakit tanaman (Budigunawan, 2004). Insektisida golongan organofosfat (klorpirifos) biasanya sering digunakan untuk mengendalikan hama kutu daun Myzus persicae dan hama Thrips sp yang biasanya sering muncul di lapangan (Christin, 2011). Hal ini mengakibatkan pestisida menjadi sarana pengendalian hama dan penyakit tanaman yang memegang peranan penting dan dibutuhkan oleh petani (Budigunawan, 2004). Namun disisi lain karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi sumber pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup (Atmawidjaja, et al., 2004). Menurut Tarumingkeng (1992) dan Novianto (2004) penggunaan insektisida yang bersifat racun kronis seperti organofosfat diramalkan menyebabkan perubahan keseimbangan populasi hayati (biodiversitas) berbagai ekosistem. Dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida sangat beragam. Bahkan dampak negatif yang dihasilkan dari penggunaaan pestisida yang ditimbulkan ialah adanya residu pestisida terutama dalam tanah, maka mengenai kadar residu pestisida dalam tanah merupakan sesuatu yang harus terus dipelajari sehingga upaya pencegahan terhadap bahaya yang lebih buruk yang disebabkan oleh residu pestisida dapat diatasi (Budigunawan, 2004). Kadar residu dalam tanah akan dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, karena pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman dalam aplikasinya sebagian besar pestisida akan jatuh ke tanah (Budigunawan, 2004). Efek racun pestisida dan herbisida pada organisme dan lingkungan ditentukan oleh sifat kimia (sistemik atau non sistemik), bahan aktif (formulasi),

3 persistensi di lingkungan dan konsentrasi yang digunakan dalam aplikasi. Ada beberapa faktor lain diantaranya seperti keterampilan dari petani, waktu aplikasi dan kondisi cuaca dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap toksisitas pestisida yang dapat menjadi sangat berbahaya. Bahan kimia yang terakumulasi dalam tanah dan air, sangat beracun bagi organisme non target termasuk tumbuhan, hewan dan manusia (Ashraf, et al., 2012). Menurut Christin (2011) residu pestisida untuk golongan organofosfat (klorpirifos) masih diperbolehkan ada didalam tanah dalam konsentrasi yang telah ditentukan. Pestisida klorpirifos dapat menjadi racun bagi beberapa tanaman (Korade & Fulekar, 2009) dan dapat bertahan cukup lama dalam tanah sekitar 60 sampai dengan 120 hari dan bahkan ada yang bertahan sekitar dua minggu sampai lebih satu tahun, tergantung iklim dan kondisi lainnya (Chetsea, 1990; Gilan, 2011). Peningkatan konsentrasi pestisida dapat meningkatkan persistensi di tanah. Berdasarkan sudut pandang pertanian akumulasi residu dalam tanah dapat menyebabkan peningkatan penyerapan bahan kimia yang toksik oleh tanaman, dimana konsumsi produk tanaman dapat membahayakan hewan ternak dan manusia (Streyer, L., 1981). Residu pestisida yang terakumulasi dalam tanah, dapat diserap oleh tanaman. Menurut Korade & Fulekar (2009) kontaminan zat organik dapat terdegradasi di zona akar tanaman atau terdegradasi sesuai prosesnya dan diserap oleh tanaman atau terjadi penguapan tergantung pada sifat fisik-kimia tanah. Pestisida yang terdapat dalam tanah kemudian terserap oleh tanaman akan terdistribusi ke dalam akar, batang, daun dan buah (Anonim, 2012 a ). Berdasarkan kondisi tersebut secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahkluk hidup telah tercemar pestisida. Tanaman yang ditanam pada lahan pertanian yang sudah tercemari oleh bahan aktif yang berasal dari pestisida dapat mempengaruhi pada proses pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian sebelumnya (Korade & Fulekar, 2009) menyebutkan bahwa pada proses perkecambahan biji mengalami penurunan yang disebabkan oleh semakin meningkatnya konsentrasi klorpirifos dalam tanah.

4 Pengaruhnya dapat terlihat secara morfologi tanaman itu sendiri, seperti nampak kelainan pada bentuk daun, akar, batang, pucuk, dan warna daun (Christin, 2011). Ahmed, et al. (2011) menyatakan konsentrasi fipronil tinggi yang terdapat dalam tanah dapat menghambat pertumbuhan vegetatif (akar, batang, dan daun) bahkan dalam kondisi tanaman yang tercekam oleh kandungan fipronil dapat menurunkan kadar klorofil pada tanaman golongan kacang-kacangan, ketidak mampuan hidup tanaman tersebut atau terjadi kematian. Klorofil merupakan katalisator fotosintesis yang sangat penting sebagai pigmen hijau dalam jaringan tumbuhan berfotosintesis (Harbone, 1984). Bahkan sebagian besar tanaman berwarna hijau menghasilkan makan dan energi dari proses fotosintesis pada kloroplas dengan bantuan sinar matahari (Campbell, et al., 2010). Terhambatnya pembentukan klorofil, menyebabkan terhambat proses metabolisme pada tumbuhan. Terhambatnya proses metabolisme pada tanaman, maka terhambat pula proses pertumbuhan (Campbell, 2003). Tanaman cabai dan tomat merupakan tanaman pertanian yang selalu mengalami permintaan yang meningkat. Semakin meningkatnya permintaan cabai dan tomat, mengisyaratkan bahwa produksi per hektar hasil komoditi cabai dan tomat perlu ditingkatkan. Suatu pertanian dikatakan sukses ditentukan oleh pertumbuhan dan hasil tanaman yang memuaskan (Nyakpa, et al., 1988; Suharja & Sutarno, 2009). Pada umumnya, petani cabai dan tomat dalam meningkatkan hasil produksinya cenderung menggunakan pestisida untuk mencegah dari serangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas produksi (Walangadi, 2000; Sri, 2006). Menurut Sri (2006) penggunaan pestisida dilakukan secara berjadwal sebelum terjadi serangan hama dan penyakit secara tidak langsung dapat menghambat pada pertumbuhan tanaman. sehingga akan berakhir pada keterlambatannya musim panen, dan menyebabkan kualitas tanaman cabai berkurang. Adanya latar belakang tersebut maka akan dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Pestisida pada Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Capsicum annuum L dan Solanum lycopersicum L.

5 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dirumuskan masalah sebagai berikut, yaitu Bagaimana pertumbuhan dan kandungan klorofil yang terpapar pestisida pada Capsicum annuum L dan Lycopersicon esculentum? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, muncul beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Bagaimana pertumbuhan vegetatif (tinggi, dan jumlah daun) pada tanaman Capsicum annum L dan Lycopersicon esculentum yang terpapar pestisida? 2. Bagaimana gangguan yang terlihat pada morfologi tanaman Capsicum annum L dan Lycopersicon esculentum selama penelitian? 3. Bagaimana kandungan klorofil pada daun tanaman Capsicum annum L dan Solanum Lycopersicon esculentum.? C. BATASAN MASALAH Pada penelitian yang dilaksanakan ada beberapa batasan masalah sebagai berikut: 1. Pertumbuahan yang dimaksud ialah pertumbuhan vegetatif yang terfokus pada tinggi tanaman dan jumlah daun. 2. Kandungan klorofil yang dimaksud pada penelitian ini ialah kandungan klorofil total pada bagian tanaman Capsicum annum L dan Lycopersicon esculentum D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dan kandungan klorofil pada tanaman Capsicum annum L dan Lycopersicon esculentum yang terpapar pestisida golongan organofosfat yang memiliki bahan aktif klorpirifos. E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini antara lain

6 1. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi pada masyarakat bahwa penggunan pestisida yang berlebihan dapat mengganggu pada morfologi dan fisiologi tanaman yang berdampak pada hasil panen sehingga dapat menggunakan mulsa untuk mengurangi dampak pada hasil panen. 2. Manfaat teoritis yaitu memberikan informasi adanya residu pestisida yang dapat berdampak negatif bagi lingkungan dan makhluk hidup sehingga penggunaan pestisida sesuai dengan dosis pemakaian yang telah ditentukan.