BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

ABSTRAK. Penny Setyawati Martioso, dr., Sp.PK., M.Kes.

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PENGUKURAN LAJU ENDAP DARAH METODE HUMASED 20 DIBANDINGKANDENGAN METODE WESTERGREN PADA PENDERITA TBC

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. darah rutin yang sering dilakukan di laboratorium( Dep Kes RI Th1995 ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. laboratorium dituntut untuk memberikan hasil yang tepat, cepat dan akurat.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

HUBUNGAN VOLUME DARAH DALAM TABUNG K 2 EDTA DENGAN JUMLAH LEUKOSIT

PERBANDINGAN HASIL ANTARA SAMPEL DARAH DENGAN PENGENCERAN DAN TANPA PENGENCERAN PADA PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. status glukosa menjadi dua, yaitu normoglikemia dan hiperglikemia. 2 Menurut

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

GAMBARAN HASIL LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREN PADA SUHU 16 C DAN 25 C

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

ANALISIS NILAI LAJU ENDAP DARAH YANG DIBACA PADA JAM PERTAMA DAN JAM KEDUA PENDERITA INFEKSI TB PARU DENGAN BTA POSITIF (+) Siti Zaetun

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH (METODE SEDIMAT) MENGGUNAKAN NATRIUM SITRAT 3,8% DAN EDTA YANG DI TAMBAH NaCl 0,85% Yane Liswanti ABSTRACK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED) SEBAGAI INDIKATOR TERHADAP ABNORMALITAS ORGAN HATI KAMBING LOKAL

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB I. berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004). mutu pelayanan dan mutu hasil pemeriksaan di laboratorium.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah utama kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

: erythrocyte sedimentation rate, green coconut water, lead, painting PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

ILMU PATOLOGI KLINIK. Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan kumpulan dari cairan, sel-sel dan partikel yang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 2.4

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk akhir metabolisme karbohidrat serta sumber energi utama pada

BAB III METODE PENELITIAN

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

25 Universitas Indonesia

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

MAKALAH PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemeriksaan C-Reaktive Protein Definisi CRP Peran C-Reaktive Protein

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju endap darah (LED) juga disebut erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der erythrocyten (BSE) adalah kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit ke dasar tabung berisi darah dengan antikoagulan dalam waktu satu jam, dinyatakan dalam satuan millimeter (Bridgen, 1999; Desai & Isa-Pratt, 2000; Burns, 2004; Norderson, 2004). Pemeriksaan LED adalah salah satu pemeriksaan hematologi yang rutin diusulkan oleh para klinisi sebagai penunjang diagnosis penyakit, karena selain prosedur pemeriksaan LED relatif mudah dan sederhana, biayanya cukup ekonomis, tetapi masih memiliki aspek klinik penting untuk membantu menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, serta evaluasi hasil penatalaksaan (Bridgen, 1999; Desai & Isa-Pratt, 2000; Norderson, 2004; Lewis, 2006; Jou et al, 2011). Pemeriksaan laju endap darah (LED) adalah pemeriksaan laboratorium nonspesifik yang punya keterbatasan sebagai sarana penunjang diagnosis penyakit. Peningkatan LED secara fisiologis dapat ditemukan pada wanita hamil, karena pada kehamilan terjadi proses hemodilusi. Peningkatan LED pada keadaan patologis menunjukkan adanya suatu proses inflamasi atau infeksi dalam tubuh seseorang, baik inflamasi/infeksi akut maupun kronis, serta dapat menunjukkan adanya proses kerusakan jaringan tubuh yang luas, misalnya pada penderita penyakit autoimun atau proses keganasan (ICSH, 1993; Bridgen, 1999; Estridge et al, 2000; Desai & Isa-Pratt, 2000; Burns, 2004; Norderson, 2004). Pemeriksaan LED metode Westergren adalah pemeriksaan LED yang telah dinyatakan dan dipublikasikan sebagai metode pemeriksaan LED rujukan pertama oleh International Council for Standardization in Haematology (ICSH) pada tahun 1973, serta digunakan secara luas di seluruh dunia. Pemeriksaan LED metode Westergren hingga saat ini masih digunakan secara luas walaupun telah banyak dipublikasikan metode-metode pemeriksaan LED lebih baru hasil revisi metode Westergren dan metode rujukan ICSH 1993 dan telah diaplikasi pada 1

2 instrumen laboratorium dengan metode otomatis. Pemeriksaan LED metode Westergren konvensional menggunakan sampel antikoagulan cair Natrium sitrat 3,8% dan darah vena dengan perbandingan 1:4 dianggap mengakibatkan pengenceran terhadap sampel darah. Nilai rujukan normal LED wanita dewasa 0-20 mm/jam (usia > 50 tahun 0-30 mm/jam) dan pria dewasa 0-15 mm/jam (usia > 50 tahun 0-20 mm/jam), anak-anak 0-10 mm/jam, dan neonatus 0-2 mm/jam (Bridgen, 1999; Fischbach & Dunning III, 2009). International Council for Standardization in Haematology (ICSH) adalah suatu organisasi Expert panel on blood rheology pertama yang didirikan pada tahun 1965, dan Westergren adalah salah seorang anggota pendiri organisasi ICSH. ICSH pada tahun 1965 telah mengusulkan metode Westergren sebagai pemeriksaan LED rujukan internasional, kemudian pada tahun 1973 ICSH menetapkan dan mempublikasikan metode Westergren sebagai metode rujukan pemeriksaan LED pertama yang berlaku secara internasional. Metode pemeriksaan LED rujukan ICSH telah beberapa kali mengalami revisi yaitu pada tahun 1977, 1988, dan revisi terakhir pada tahun 1993 (ICSH, 1993; Bridjen, 1999; Jou et al, 2011). Metode rujukan ICSH 1993 kemudian diterima oleh World Health Organization (WHO) sebagai metode pemeriksaan LED rujukan. EDTA selain untuk pemeriksaan LED juga dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi lain. Pemeriksaan LED metode rujukan tahun 1993 adalah modifikasi metode Westergren dengan mengganti sampel darah antikoagulan cair Natrium-sitrat 3,8% dengan antikagulan kering garam EDTA (Ethylene Diamine Tetra-Acetic acid) (Herdiman T. Pohan, 2004). Antikoagulan EDTA selain untuk pemeriksaan LED juga dapat digunakan untuk pemeriksaan parameter laboratorium lain, seperti hematologi rutin, Elektroforesis Hemoglobin, dan Glikohemoglobin (HbA 1c ) sehingga pengambilan bahan pemeriksaan bisa sekaligus, jadi lebih praktis dan memudahkan dalam proses sampling (ICSH 1993; Bridgen 1999; Lewis, 2006; Joe et al, 2011). Metode rujukan pemeriksaan LED internasional lain yaitu Clinical Laboratory and Standards Institute (CLSI) yang telah ditetapkan dan dipublikasikan oleh

3 National Committee of laboratory standards (NCCLS) yaitu suatu komite yang dibentuk oleh pakar-pakar di bidang hematologi dari berbagai Negara di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1993. Metode CLSI sejak tahun 1993 hingga saat ini telah mengalami revisi beberapa kali, CLSI 2011 adalah hasil revisi metode CLSI yang kelima yang dipublikasikan akhir tahun 2011, merupakan hasil revisi metode CLSI 2000 yang dipublikasikan pada tahun 2000. Metode CLSI 2000 adalah revisi metode ICSH 1993, menggunakan sampel darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0,9% atau Na-sitrat 3,8% dengan perbandingan 1:4 yang diperiksa dalam tabung Westergren dari bahan gelas (NCCLS, 2000; Lewis, 2006; Jou et al, 2011). Metode CLSI 2011 adalah revisi metode CLSI 2000 yang merekomendasikan dan menyatakan bahwa pemeriksaan LED dapat dilakukan dalam tabung Westergren yang terbuat dari bahan gelas atau plastik. Metode CLSI 2000 dan CLSI 2011 digunakan sebagai metode pemeriksaan LED standar internasional oleh badan akreditasi internasional bidang laboratorium yaitu International standardization Organisation (ISO)/IEC 17025 untuk bidang laboratorium (Lewis, 2006; Jou et al, 2011). 1.2 Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang penelitian, yaitu : Apakah hasil LED metode Westergren setara metode rujukan ICSH 1993. Apakah hasil LED metode CLSI 2011 setara metode rujukan ICSH 1993. Apakah hasil pengukuran LED pasca 2 jam mempunyai aspek klinis. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini yaitu ingin mengetahui : Apakah hasil LED metode Westergren setara metode rujukan ICSH 1993. Apakah hasil LED metode CLSI 2011 setara metode rujukan ICSH 1993. Apakah hasil pengukuran LED pasca 2 jam mempunyai aspek klinis.

4 1.3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Apakah hasil LED metode Westergren setara metode rujukan ICSH 1993. Apakah hasil LED metode CLSI 2011 setara metode rujukan ICSH 1993. Apakah hasil pengukuran LED pasca 2 jam mempunyai aspek klinis. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademis Manfaat akademis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat menambah khasanah ilmu di bidang hematologi khususnya blood rheology, yaitu memperkaya informasi tentang validitas metode pengukuran laju endap darah metode Westergreen dan CLSI 2011 terhadap metode rujukan ICSH tahun 1993. Selain itu juga untuk mengetahui aspek klinik hasil pengukuran LED pasca 2 jam, sehingga dapat menetapkan apakah interpretasi hasil LED pasca 2 jam masih perlu dilakukan atau tidak dalam praktek medis. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mendapatkan informasi dan memberi masukan kepada para praktisi di bidang kesehatan tentang apakah hasil pengukuran LED metode Westergren dan CLSI 2011 setara dan sesuai dengan hasil pemeriksaan LED metode rujukan pemeriksaan LED yaitu metode ICSH tahun 1993. Manfaat praktis lain dari penelitian ini yaitu untuk memastikan apakah metode Westergren masih layak dan relevan untuk pengukuran LED pada praktek laboratorium, serta keabsahan metode CLSI 2011 sebagai metode standar internasional yang digunakan oleh badan akreditasi internasional ISO/IEC 17025 bidang laboratorium sebagai metode acuan untuk evaluasi dan penilaian keabsahan metode-metode pemeriksaan LED baru yang banyak diluncurkan oleh produsen instrumen laboratorium dengan metode otomatis, dan mengetahui apakah pengukuran LED pasca 2 jam masih mempunyai aspek klinik dan tetap diperlukan.

5 1.5 Kerangka pemikiran Prinsip dasar pemeriksaan LED adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yaitu sel-sel eritrosit ke dasar tabung dalam suatu cairan yaitu plasma darah. Sampel darah yang telah diberi antikoagulan bila dibiarkan begitu saja dalam posisi tegak lurus pada rak LED di dalam ruang dengan suhu 20-25 C, maka selsel eritrosit akan mengendap ke dasar tabung dan terpisah dari plasma darah (ICSH, 1993; Bridgen, 1999; Estridge et al, 2000; Burns, 2004; Norderson, 2004). Pengendapan eritrosit terjadi akibat agregasi sel-sel eritrosit yang membentuk rouleaux dan saling menempel, maka berat molekulnya menjadi semakin besar dan pengaruh gaya gravitasi menjadi semakin besar pula, akibatnya eritrosit mengendap ke dasar tabung. Proses pengendapan eritrosit pada pemeriksaan LED terdiri dari 3 fase, yaitu : fase pertama adalah fase pembentukan rouleaux yang berlangsung selama 10 menit; fase kedua adalah fase pengendapan sel-sel eritrosit secara cepat yang berlangsung selama 40 menit; fase ketiga adalah fase pemadatan rouleaux eritrosit disertai pengendapan dengan kecepatan lambat dimana terjadi proses agregasi sel-sel eritrosit dan pemadatan rouleaux sehingga eritrosit mengendap ke dasar tabung, fase ini berlangsung dalam waktu 10 menit (ICSH, 1993; Bridgen, 1999; Lewis, 2001; Morris & Davey, 2001; Burns, 2004). Pembacaan hasil pengukuran LED pasca 1 jam adalah berdasarkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk proses pengendapan sel-sel eritrosit berdasarkan prinsip pengukuran LED tersebut. Interpretasi pemeriksaan LED sejak dahulu dilakukan pasca 1 dan 2 jam, tetapi akhir-akhir ini telah ditetapkan oleh WHO pengukuran LED cukup dibaca pasca 1 jam saja atas dasar prinsip proses pengendapan eritrosit. Hal tersebut menjadi masalah kontroversial antar para klinisi di klinik. Sebagian klinisi masih tetap menginginkan hasil interpretasi LED pasca 1 dan 2 jam dengan alasan hasil interpretasi LED pasca 2 jam dapat digunakan untuk membedakan antara proses inflamasi atau infeksi dari proses kerusakan jaringan tubuh yang luas dalam tubuh pasien, seperti pada proses penyakit autoimun atau proses keganasan (Bridgen, 1999, Estridge et al, 2000; Kushner & Ballou, 2009). Kecepatan pengendapan eritrosit ditentukan oleh interaksi antara dua gaya fisik yang berlawanan, yaitu tekanan ke bawah akibat gaya gravitasi bumi dan tekanan

6 ke atas akibat perpindahan plasma. Pengaruh gaya gravitasi pada pemeriksaan LED dalam keadaan normal relatif kecil karena seimbang dengan gaya pergeseran plasma ke atas. Kecepatan LED dipengaruhi oleh muatan negatif zeta potential yang terdapat pada permukaan eritrosit sehingga sel-sel eritrosit akan saling tolak menolak dan tidak mudah terbentuk rouleaux (Bridgen, 1999; Estridge et al, 2000; Herdiman T. Pohan, 2004). Pada saat terjadi proses inflamasi, sistem imun tubuh akan melepaskan protein fase akut, antara lain C-reactive protein, fibrinogen, imunoglobulin, dan sitokin-sitokin fase akut yang akan mengakibatkan penurunan muatan negatif zeta potential permukaan sel-sel eritrosit, sehingga mudah terjadi agregasi sel-sel eritrosit dan proses pembentukan rouleaux eritrosit lebih cepat. Kecepatan pembentukan rouleaux eritrosit akan mempengaruhi kecepatan LED (ICSH, 1993; Bridgen, 1999; Estridge et al, 2000; Kushner & Ballou, 2009). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan LED antara lain, bentuk dan ukuran eritrosit, viskositas plasma, faktor teknis, dan suhu ruang tempat pemeriksaan LED dilakukan. Faktor viskositas plasma merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kecepatan laju endap darah (ICSH, 1993; Bridgen, 1999; Lewis, 2001; Morris & Davey, 2001; Burns, 2004). Metode pemeriksaan Westergren konvensional menggunakan antikoagulan cair, yaitu Na-sitrat 3,8% maka diasumsikan akan mengakibatkan pengenceran sampel darah yang akan ditentukan laju endap darahnya. Maka ICSH pada tahun 1993 memodifikasi metode Westergren dengan mengganti antikoagulan cair Na-sitrat 3,8% dengan antikoagulan kering EDTA (Ethylene Diamine Tetra-Acetic acid) dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh faktor pengenceran sampel, sehingga perubahan viskositas plasma dapat ditiadakan (ICSH, 1993; Bridgen, 1999, Lewis, 2001; Herdiman T. Pohan, 2004). CLSI pada tahun 2000 memodifikasi metode ICSH 1993, yaitu menggunakan larutan NaCl 0,9% atau Na-sitrat 3,8% untuk mengencerkan sampel darah EDTA dengan perbandingan 1:4. CLSI beranggapan antikoagulan EDTA kering dapat mempengaruhi morfologi eritrosit dan berdampak pada hasil pengukuran LED. CLSI pada tahun 2011 kemudian memodifikasi metode CLSI 2000 dengan

7 menyatakan bahwa pemeriksaan LED dapat dilakukan dengan menggunakan tabung yang terbuat dari bahan gelas atau plastik (Jou et al, 2011). 1.6 Hipotesis Penelitian Hasil LED metode Westergren setara dengan metode rujukan ICSH 1993. Hasil LED metode CLSI 2011 setara dengan metode rujukan ICSH 1993. Hasil interpretasi LED pasca 2 jam tidak mempunyai aspek klinik.