TUGAS DAN KEWENANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH DALAM PENANAMAN MODAL DI PROVINSI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PUSAT PELAYANAN INVESTASI TERPADU. Badan Koordinasi Penanaman Modal. Dokumen yang harus dilampirkan:

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEBAGAI LEMBAGA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERMOHONAN IZIN PRINSIP/IZIN PRINSIP PERLUASAN PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSEP PENANAMAN MODAL MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis. Dosen Pengampu: Ahmad Munir, SH., MH.

PERMOHONAN IZIN PRINSIP PENANAMAN MODAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk Permohonan Izin Prinsip Perubahan PERMOHONAN IZIN PRINSIP PERUBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan perekonomian


Published by SWACIPTA CONSULTING

Bentuk Permohonan Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal PERMOHONAN IZIN PRINSIP/IZIN PRINSIP PERLUASAN PENANAMAN MODAL

INVESTASI ASING PADA SEKTOR PARIWISATA DI BIDANG PERHOTELAN DI BALI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERMOHONAN PERUBAHAN PENANAMAN MODAL

PERAN KEPALA DAERAH DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

KOP PERUSAHAAN...., Nomor

KOP PERUSAHAAN. ..., Kepada Yth. Bupati Cilacap di - TEMPAT. : : 1 (satu) bendel : Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman.

Bentuk Permohonan Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal PERMOHONAN IZIN PRINSIP/IZIN PRINSIP PERLUASAN PENANAMAN MODAL

Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA INVESTASI/KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 38/SK/1999 TANGGAL 6 OKTOBER 1999 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2009

ANALISIS PEMBERIAN INSENTIF KEPADA INVESTOR ASING MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERMOHONAN PERUBAHAN PENANAMAN MODAL

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2009

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BAB III TINJAUAN UMUM. Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah-istilah yang

P. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN IKLIM INVESTASI DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN DESENTRALISASI PEMBERIAN PERSETUJUAN DAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DENGAN OTONOMI DAERAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Menelaah Permenkumham no 1/2016 tentang PT Hukum Penanaman Modal Asing serta Peranan Notaris saat ini di Era Pasar Bebas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang pribadi ( natural person) ataupun badan hukum (juridical

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171 TAHUN 1999 TENTANG BADAN PENANAMAN MODAL DAN PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE)

INVESTASI ASING PADA SEKTOR PARIWISATA DI BIDANG PERHOTELAN DI BALI

B U P A T I S R A G E N

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 2/P/2008

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG JASA PERDAGANGAN EKSPOR

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam

PERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 JO. PERATURAN KEPALA BKPM NO. 12 TAHUN 2013 CHECK LIST IZIN PRINSIP PERUBAHAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

3. Jika pemohon adalah badan usaha asing, melampirkan rekaman anggaran dasar (article of association) dan/atau perubahannya dalam bahasa inggris atau

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2011

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

2. Bentuk Perubahan Pendaftaran Penanaman Modal

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN DAN TATA CARA JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN. I. Ketentuan dan Persyaratan Perizinan dan Non Perizinan Bidang Penanaman Modal

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP NON DISKRIMINASI PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG INVESTASI ASING DI BIDANG PARIWISATA. sejak tahun Pada saat itu dikeluarkan Undang-Undang No.

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMBANGUNAN HUKUM INVESTASI DALAM PENINGKATAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

SOP PERIZINAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PEDOMAN DAN TATA CARA JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN. I. Ketentuan dan Persyaratan Perizinan dan Non Perizinan Bidang Penanaman Modal

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

Bentuk Permohonan Izin Prinsip/Izin Investasi/Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

STANDAR PELAYANAN PUBLIK (SPP) PENANAMAN MODAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE)

Bentuk Permohonan Izin Prinsip/Izin Investasi/Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 70 /SK/2004 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

RELEVANSI KESEPAKATAN PAKET BALI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BAB IV STUDI TENTANG PERMOHONAN IZIN PENANAMAN MODAL PT. X

WALIKOTA BUKITTINGGI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

Transkripsi:

TUGAS DAN KEWENANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH DALAM PENANAMAN MODAL DI PROVINSI BALI Oleh: I.B. Gede Agung Suryaningrat Dewa Gde Rudy Ni Putu Purwanti Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract A paper entitled "Duties and Authority of the Regional Investment Coordinating Board In Investment In Bali Province" is motivated by the formation of the coordinating institution for the Regional Investment Coordinating Board (BKPMD) which is charged with overseeing the implementation of capital investment in the province of Bali. On the other hand, there is the Investment Coordinating Board (BKPM) formed by the central government still has the authority related to the implementation of investment in Indonesia. For this reason this paper is made in order to determine the duties and authority BKPMD investment in Bali as well as to know the requirements and procedures that must be followed when investors want to make investments in the province of Bali. By using the method of empirical research juridical, it is found that the results into conclusions in this paper are: the duties and authority of the Province of Bali BKPMD the capital investment associated only with supervision in the areas of licensing, while the authority to decide whether or not to invest and registration may be investment in Province Bali is still the authority of BKPM / government. Requirements and procedures that must be followed when investors want to make investments in the province of Bali is set in the Decree of the Head of BKPM No. 57 / SK / 2004 on Guidelines and Procedures for Investment for the Purpose of Domestic Investment and Foreign Investments (Decree of the Head of BKPM No. 57 / SK / 2004). Key Words: Task, Authority, Regional Investment Coordinating Board, Bali Province. Abstrak Tulisan yang berjudul Tugas Dan Kewenangan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Dalam Penanaman Modal Di Provinsi Bali ini dilatarbelakangi oleh terbentuknya lembaga koordinator yaitu Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) yang bertugas mengawasi penyelenggaraan penanaman modal di Provinsi Bali. Disisi lain, terdapat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bentukan pemerintah pusat yang masih memiliki kewenangan terkait dengan penyelenggaraan penanaman modal di seluruh Indonesia. Untuk itulah tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tugas dan kewenangan BKPMD dalam penanaman modal di Bali serta untuk mengetahui persyaratan dan prosedur yang harus ditempuh apabila insvestor ingin melakukan penanaman modal di Provinsi Bali. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis empiris, maka ditemukan hasil yang menjadi kesimpulan dalam tulisan ini yaitu: tugas-tugas dan kewenangan BKPMD Provinsi Bali dalam penanaman modal hanya terkait dengan pengawasan dalam bidang perizinan, sedangkan kewenangan untuk memutuskan boleh tidaknya berinvestasi dan pendaftaran penanaman modal di Provinsi Bali masih menjadi kewenangan BKPM/Pusat. Persyaratan dan prosedur yang harus ditempuh apabila insvestor ingin melakukan penanaman modal di Provinsi Bali diatur dalam Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004 Tentang Pedoman Dan Tata cara Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing (Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004).

Kata Kunci: Tugas, Kewenangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, Provinsi Bali. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali yang dikenal sebagai daerah tujuan wisata sangat memerlukan saran dan prasana yang dapat menunjang kegiatan kepariwisataan seperti : hotel, restoran, hiburan dan sebagainya, kiranya melalui penanaman modal akan dapat diwujudkan pemerataan pembangunan pariwisata. Dalam kaitannya dengan kebijaksanaan investasi, terdapat beberapa pihak yang berwenang dan berkepentingan yaitu : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Menurut Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM Nomor 37/SK/1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Fasilitas serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi, dalam pasal 1 disebutkan bahwa : - Menteri Negara Investasi / Kepala BKPM melimpahkan kewenangan pemberian persetujuan dan fasilitas serta perizinan pelaksanaan penanaman modal kepada Gubernur; - Untuk melaksanakan pelimpahan kewenangan tersebut, Gubernur menugaskan ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD). Terkait dengan dibentuknya BKPMD ini, maka diperlukan kepastian serta ketegasan terkait dengan Tugas dan Kewenangan BKPMD dalam rangka penanaman modal di Provinsi Bali, agar jelas sejauh mana tugas dan kewenangannya, sehingga nantinya tidak tumpang tindih atau konflik dengan tugas dan kewenangan BKPM. 1.2. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan atikel ini adalah untuk mengetahui tugas dan kewenangan BKPMD dalam penanaman modal di Bali serta untuk mengetahui persyaratan dan prosedur yang harus ditempuh apabila insvestor ingin melakukan penanaman modal di Provinsi Bali. II. ISI 2.1. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris, dengan melakukan penelitian langsung ke instansi BKPMD. Penelitian disajikan secara deskriptif berdasarkan kenyataan dilapangan terkait dengan tujuan/fokus penelitian. Penelitian ini menggunakan sumber data primer, data sekunder, dan tersier sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan/ mencapai tujuan yang dikaji dalam penelitian.

2.2. Pembahasan 2.2.1. Tugas Dan Kewenangan BKPMD Dalam Penanaman Modal Di Provinsi Bali Pembentukkan BKPMD beserta perincian susunan organisasinya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri setelah berkonsultasi dengan Ketua BKPM dan setelah memperoleh persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab dibidang penertiban dan penyempurnaan aparatur. 1 Keputusan Gubernur Bali Nomor 52 Tahun 2001 Tentang Uraian Tugas BKPMD, menetapkan bahwa tugas-tugas dan kewenangan BKPMD diantaranya: a. Perumusan kebijakan dan pelayanan penunjang, sesuai dengan bidang penanaman modal; b. Pengelolaan dan fasilitas kewenangan di bidang koordinasi penanaman modal; c. Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan bidang penanaman modal; d. Pelaksanaan tata usaha; e. Pelaksanaan kajian penanaman modal dalam rangka strategi pembangunan provinsi; f. Pelaksanaan perencanaan bidang penanaman modal; g. Pelaksanaan promosi dan perizinan penanaman modal; h. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengembangan penanaman modal; Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, ditemukan bahwa tugas-tugas dan kewenangan BKPMD Provinsi Bali dalam penanaman modal hanya terkait dengan pengawasan dalam bidang perizinan, sedangkan kewenangan untuk memutuskan boleh tidaknya berinvestasi dan pendaftaran penanaman modal di Provinsi Bali masih menjadi kewenangan BKPM/Pusat. 2.2.2. Persyaratan Dan Prosedur Penanaman Modal Di Provinsi Bali Keberadaan lembaga yang mengoordinasikan penanaman modal di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis karena dengan adanya lembaga tersebut akan menentukan tinggi rendahnya penanaman modal yang diinvestasikan oleh insvestor baik investor asing maupun domestik. Semakin baik pelayanan yang diberikan kepada investor, akan semakin banyak investor yang tertarik menanamkan investasinya di Indonesia. Selama ini, kita mendengar berbagai keluhan dri investor bahwa pelayanan yang diberikan oleh lembaga yang berwenang adalah sangat berbelit-belit, birokrasi yang panjang, dan memerlukan biaya yang besar. Disebutkan ada 2 (dua) lembaga yang mengoordinasikan 1 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2005, Hukum Perusahaan Indonesia (aspek Hukum dalam Ekonomi), Pradnya Paramita, Bandung, h. 448.

penanaman modal di Indonesia, yaitu BKPM dan BKPMD yang masing-masing lembaga ini memiliki kinerja yang berbeda. 2 Permohonan penanaman modal di Provinsi Bali diajukan kepada Kepala BKPM dalam rangkap 2 (dua) dengan menggunakan formulir model I/PMDN, sebagaimana diatur dalam pasal 5 ayat (2) Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman Dan Tata cara Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing (Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004). Halhal yang harus diisi oleh calon investasi dalam permohonan tersebut, meliputi: 1. Keterangan permohonan, yang meliputi nama pemohon, NPWP, akta pendirian, dan perubahannya (nama notaris, nomor, dan tanggal), pengesahan Menteri Kehakiman (nomor dan tanggal), Pengesahan Mentri Kehakiman (nomor dan tanggal), alamat lengkap (termask nomor telepon, telex, dan faximile); 2. Keterangan rencana proyek yang meliputi bidang usaha, lokasi proyek (Kabupaten / Kota / Provinsi), produksi pertahun, luas yanah yang diperlukan, tenaga kerja (Asing, Indonesia), rencana investasi, sumber pembiayaan, modal perseroan, jadwal waku penyelesaian proyek, dan pernyataan. Dalam permohonan itu dilampirkan hal-hal diantaranya; 1. Bukti diri pemohon, yang meliputi rekaman akta pendirian perusahaan dan perubahannya untuk PT, BUMN / BUMD, CV, FA, atau Rekaman Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi; atau Rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk perseorangan; 2. Surat Kuasa dari yang berhak apabila penanda tangan permohonan bukan dilakukan oleh pemohonan sendiri; 3. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemohon; 4. Uraian rencana kegiatan; 5. Persyaratan dan / atau ketentuan sektroal tertentu yang dikeluarkan oleh pemerintah; 6. Bagi bidang usaha yang dipersyaratkan kemitraan: a. kesepakatan / perjanjian kerja sama tertulis mengenai kesepakatan beritra dengan usaha kecil, antara lain memuat nama dan alamat masing-masing pihak, pola kemitraan yang akan digunakan, hak dan kewajiban masingmasing pihak, dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada usaha kecil. b. Akta pendirian atau perubahan nya atau risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai penyertaan usaha kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham. c. Surat pernyataan di atas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil. 228 2 Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi di Indonesia, Raja Gravindo Persada, Jakarta, h.

Dan jika semua pernyataan telah dipenuhi, persetujuan atas permohonan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (2) diterbitkan dalam Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (SP PMDN). Terkait dengan Penanaman Modal Asing (PMA), Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004 telah menentukan prosedur dalam pengajuan permohonan penanaman modal baru, yang mana permohonan diajukan kepada Kepala BKPM dalam rangka 2 (dua) dengan menggunakan formulir Model I/PMA, sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (2) Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004. Apabila permohonan itu sudah lengkap dan telah diterima oleh BKPM, maka dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja, BKPM menerbitkan Surat Persetujuan PMA (SPMA). Hal yang sering menjadi keluhan bagi investor dalam berinvestasi adalah panjangnya rantai birokrasi yang harus dilewati dan proses penanaman modal yang dianggap berbelitbelit. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, secara tegas dikemukakan pelayanan investasi dilakukan dalam satu pintu. Hal ini cukup menarik, sebab bagi investor tidak perlu harus bolak-balik dalam mengurus berbagai hal yang berkaitan dengan invetasi yang hendak dilakukan. 3 Namun demikian, menurut bapak Nengah Laba selaku Ka. Sub. Bidang perizinan BKPMD Provinsi Bali, bahwa sistem pelayanan satu pintu belum dapat dilaksanakan di BKPMD Provinsi Bali. Walaupun Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal telah disahkan, dalam Undang-Undang tersebut mengatur pelimpahan kewenangan mengeluarkan perizinan dan non perizinan di Provinsi dalam pelayanan terpadu satu pintu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, namun tidak dapat dilaksanakan pada penerapannya karena peraturan pelaksanaan yang mengatur pelayanan terpadu satu pintu sampai saat ini belum disahkan dan hanya baru dalam bentuk rancangan. III. KESIMPULAN Tugas dan kewenangan BKPMD dalam penanaman modal di Bali diatur dalam Keputusan Gubernur Bali Nomor 52 Tahun 2001 Tentang Uraian Tugas BKPMD. Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, ditemukan bahwa tugas-tugas dan kewenangan BKPMD Provinsi Bali dalam penanaman modal hanya terkait dengan pengawasan dalam bidang perizinan, sedangkan kewenangan untuk memutuskan boleh tidaknya berinvestasi dan pendaftaran penanaman modal di Provinsi Bali masih menjadi kewenangan BKPM/Pusat. 3 Sentosa Sembiring, 2007, Hukum Investasi, Nuansa Aulia, Bandung, h. 53.

Persyaratan dan prosedur yang harus ditempuh apabila insvestor ingin melakukan penanaman modal di Provinsi Bali diatur dalam Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004. Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, ditemukan bahwa sistem pelayanan satu pintu terkait dengan permohonan persyaratan dan prosedur pendaftaran penanaman modal di Provinsi Bali belum dapat dilaksanakan di BKPMD Provinsi Bali karena peraturan pelaksanaan yang mengatur pelayanan terpadu satu pintu sampai saat ini belum disahkan dan hanya baru dalam bentuk rancangan. DAFTAR PUSTAKA C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2005, Hukum Perusahaan Indonesia (aspek Hukum dalam Ekonomi), Pradnya Paramita, Bandung. Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi di Indonesia, Raja Gravindo Persada, Jakarta. Sentosa Sembiring, 2007, Hukum Investasi, Nuansa Aulia, Bandung. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM Nomor 37/SK/1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Fasilitas serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi. Keputusan Gubernur Bali Nomor 52 Tahun 2001 Tentang Uraian Tugas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 Tentang Pedoman Dan Tata cara Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing.