BAB III BADAN ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI INDONESIA (BADAPSKI) SEBAGAI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR: PER-01/BAKTI/ TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAN ACARA ARBITRASE

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: KEP 08/BAPMI/ TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

NOMOR: 08/LAPSPI- PER/2015 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR AJUDIKASI PERBANKAN INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

BAB III KEKUATAN PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DALAM PRAKTEK

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DAN NASABAH BANK DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen adalah seorang Anggota Dewan Komisioner yang membidangi edukasi dan perlindun

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 03/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA ADJUDIKASI

P U T U S A N. Nomor: 235/Pdt/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Lawan: Dan:

KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG ARBITER DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Pedoman Beracar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANI DI INDONESIA. A. Sejarah BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB VII PERADILAN PAJAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BEBERAPA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PERBURUHAN DI DALAM DAN DI LUAR PENGADILAN

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA NOMOR: 01/LAPSPI-PER/2017 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

Beberapa Cara Penyelesaian Sengketa Perburuhan Di dalam Dan Di Luar Pengadilan

PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA NOMOR: 09/LAPSPI- PER/2015 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR ARBITRASE

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1991 Tentang : Ganti Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Cara Pemblokiran dan Pembukaan Pemblokiran Akses Sistem Administrasi Badan Hukum Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom

P U T U S A N NOMOR 303/PDT/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 73/PDT/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A

Peraturan Prosedur Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG KOMISI BANDING PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 04/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA ARBITRASE

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 01/BAKTI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA ARBITRASE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB III BADAN ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI INDONESIA (BADAPSKI) SEBAGAI LEMBAGA ARBITRASE DALAM MENANGANI SENGKETA LEMBAGA KONSTRUKSI A. Pendirian dan Fungsi Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi (BADAPSKI) 1. Pendirian BADAPSKI Jasa konstruksi mempunyai karakter dan mekanisme spesifik yang umumnya hanya dipahami dengan baik oleh para pelaku usaha dan pihak-pihak yang terkait erat dengan kegiatan di bidang tersebut. Hal ini terutama disebabkan perkembangannya yang sangat dinamis dan cepat. Di Indonesia, puluhan ribu kontrak konstruksi ditandatangani dan diimplementasikan setiap tahunnya. Semakin kompleks suatu kontrak konstruksi, semakin besar kemungkinan terjadinya sengketa konstruksi sebagai akibat lain yang bersifat fisik maupun non-fisik. Penyelesaian sengketa khususnya bidang konstruksi pada saat ini berlarut-larut dan berkepanjangan, berdampak pada penyelesaian fisik suatu proyek. Sengketa yang terjadi tidak terbatas pada proyek pemerintah baik yang didanai dengan APBN dan/atau APBD ataupun pinjaman dari institusi pemberi pinjaman (lender) luar negeri, tetapi juga 54

55 pada proyek-proyek swasta pada saat ini banyak terjadi sengketa konstruksi. Sengketa konstruksi di Indonesia yang terjadi antara pengguna jasa dan penyedia jasa yang keduanya berasal dari Indonesia, memilih penyelesaiannya di luar negeri, yang di samping memerlukan biaya besar, bahkan berlarut-larut dan tidak bisa dieksekusi di Indonesia karena terbentur pada peraturan perundangan yang berlaku. Kesulitan-kesultan tersebut menjadikan sengketa yang muncul membutuhkan penanganan yang khusus pula, sehingga diperlukan sarana penyelesaian sengketa yang sesuai dengan kebutuhan pelaku pasar yaitu proses yang cepat, efisien, dan relatif murah. Sarana penyelesaian sengketa tesebut diselenggarakan oleh lembaga yang kredibel, mandiri, serta bebas dari pengaruh siapapun dan beroperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjawab kebutuhan yang dimaksud maka dibentuklah Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Jasa Konstruksi Indonesia (BADAPSKI). 68 68 Wawancara dengan Sarwono Hardjomuljadi, Salah Satu Pendiri BADAPSKI, pada hari Selasa 22 September 2015, jam 14.00 WIB.

56 Prakarsa untuk mendirikan BADAPSKI tersebut dirintis oleh beberapa akademisi dan akademisi di bidang hukum dan konstruksi antara lain: 69 a. Djoko Kirmanto b. Abdul Rahman Saleh c. Hikmahanto Juwana d. Wiratman Wangsadinata e. Roesdiman Soegiarso f. Hadiman g. Satya Arinanto h. Agus Rahardjo i. Hedianto Husaini j. Sudarto k. Sarwono Hardjomuljadi l. Ahmad Sudiro m. Firman Widjaja n. Bintang Perbowo o. Erie Heriyadi. Usaha ini terealisasi dengan dibentuknya Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Jasa Konstruksi Indonesia (BADAPSKI) dengan ditandatanganinya Akta Pendirian BADAPSKI dengan Akta Notaris 69 Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara Deklarasi BADAPSKI dan Seminar Nasional Tentang Penyelesaiang Sengketa Konstruksi Melalui Arbitrase, www.untar.ac.id, diakses pada tanggal 25 September 2015 jam 15.30 WIB.

57 Nomor 18 Tanggal 19 Agustus 2014. Selanjutnya BADAPSKI memperoleh pengesahan sebagai badan hukum melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-00590.60.10.2014 tertanggal 14 Oktober 2014. 2. Tugas Pokok dan Fungsi BADAPSKI Tugas pokok dari lembaga BADAPSKI adalah membantu upaya penegakan hukum terhadap sengketa bisnis khusunya bidang konstruksi di Indonesia. Dalam peradilan di Indonesia, upaya penegakan hukum dalam sengketa perdata selain dapat diajukan melalui peradilan umum, juga terbuka melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. Melalui BADAPSKI, diharapkan penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan itikad baik, cepat, murah, berkepastian hukum dan tidak merusak hubungan antar para pihak. 70 Adapun fungsi Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indonesia (BADAPSKI) adalah: 71 a. Dalam rangka turut serta dalam upaya penegakan hukum di Indonesia dengan menyelenggarakan penyelesaian sengketa yang terjadi di sektor konstruksi melalui arbitrase dan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya 70 Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indonesia (BADAPSKI), Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indonesia (BADAPSKI) Tentang Kami, www.badapski.org, diakses pada tanggal 19 September 2015 jam 14.00 WIB. 71 Wawancara dengan Frans Widjodjo, Salah Satu Pengurus BADAPSKI, pada hari Selasa 22 September 2015, jam 15.00 WIB

58 b. Menyelenggarakan jasa-jasa penyelenggaraan penyelesaian sengketa melalui arbitrase dan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya seperti konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli, dan dewan sengketa sesuai dengan Peraturan BADAPSKI atau prosedur lainnya yang disepakati oleh para pihak yang berkepentingan. B. Prosedur Penyelesaian Sengeketa Melalui BADAPSKI Syarat utama agar dapat menyerahkan kasus ke BADAPSKI yang harus dipenuhi oleh para pihak adalah dengan memuat suatu perjanjian atau kesepakatan oleh para pihak yang berkepentingan untuk menyelesaikan sengketanya di BADAPSKI. Kesepakatan ini dapat dibuat sebelum terjadinya perkara atau setelah terjadi perkara. Bagi para pihak yang sejak awal menyepakati penyelesaian sengketa melalui BADAPSKI, perlu mencantumkan klausula arbitrase dalam perjanjian yang dibuat. 72 BADAPSKI merekomendasikan kepada para pihak yang bermaksud memilih cara penyelesaian arbitrase BADAPSKI di dalam kontraknya menggunakan klausula arbitrase standar BADAPSKI: 73 Segala bentuk sengketa atau tuntutan yang timbul berdasarkan dan/atau berkaitan dengan kontrak ini, dan/atau terjadinya suatu wanprestasi, akan diselesaikan secara arbitrase melalui Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indonesia (BADAPSKI) dengan menggunakan Peraturan Arbitrase Konstruksi BADAPSKI, dan putusan arbitrase tersebut final dan mengikat para 72 Bab 1 Peraturan Arbitrase Konstruksi BADAPSKI. 73 Wawancara dengan Sarwono Hardjomuljadi, Salah Satu Pendiri BADAPSKI, pada hari Selasa 22 September 2015, jam 14.00 WIB.

59 pihak serta dapat ditambahkan dengan pengesahan melalui Pengadilan yang memiliki yuridiksi. Para pihak dapat pula melengkapi klausula arbitrase standar tersebut dengan mencantumkan hukum yang berlaku, jumlah arbiter, tempat dan bahasa yang dipergunakan untuk arbitrase. Menurut Bab 3 Pasal 1 Peraturan Arbitrase Konstruksi BADAPSKI, arbitrase dilakukan berdasarkan permohonan arbitrase tertulis kepada Pimpinan BADAPSKI bersama salinan Pemberitahuan Arbitrase yang diberikan kepada Termohon yang dilengkapi dengan salinan kontrak yang memuat klausula arbitrase. Dalam hal arbiter, maka yang dapat ditunjuk sebagai arbiter adalah arbiter yang terdaftar dalam daftar arbiter BADAPSKI. Pihak lain diluar arbiter BADAPSKI dapat ditunjuk sebagai arbiter anggota majelis arbitrase dalam proses arbitrase sepanjang yang bersangkutan memenuhi persyaratan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Arbitrase Konstruksi dan memndapat persetujuan BADAPSKI. Dalam hal komposisi arbiter dalam suatu arbitrase BADAPSKI, para pihak berhak secara bebas menunjuk dan menentukan jumlah arbiter. Namun apabila para pihak tidak dapat menunjuk atau menentukan para arbiter, maka Pimpinan BADAPSKI akan menetapkan: 1. Satu arbiter tunggal untuk arbitrase nasional dan/atau untuk kontrak UKM 2. Tiga arbiter untuk arbitrase internasional atau nasional

60 Prosedur penunjukan 1 (satu) arbiter tunggal adalah: 74 1. Jika para pihak telah sepakat untuk menunjuk arbiter tunggal, para pihak bebas untuk menyetujui bersama-sama para arbiter tunggal. 2. Jika dalam 30 hari setelah pihak lain menerima pemberitahuan arbitrase, dan para pihak tidak mencapai kesepakatan tentang penunjukan arbiter tunggal, maka salah satu pihak dapat meminta arbiter tunggal yang ditunjuk Pimpinan BADAPSKI. Prosedur penunjukan 3 (tiga) arbiter berdasarkan Peraturan BADAPSKI adalah: 75 1. Jika para pihak telah sepakat untuk menunjuk 3 (tiga) arbiter, masing-masing pihak akan menunjuk seorang arbiter. Dua arbiter yang ditujuk akan memilih arbiter ketiga yang bertindak sebagai ketua arbiter dalam panel arbitrase. 2. Jika dalam 30 hari setelah menerima pemberitahuan dari salah satu pihak atas penunjukan arbiter, pihak lain tidak memberitahukan pihak pertama arbiter yang telah ditunjuk, pihak pertama dapat meminta Pimpinan BADAPSKI untuk menunjuk arbiter kedua 3. Jika dalam 30 hari setelah penunjukan arbiter kedua, kedua arbiter tidak setuju atas pemilihan ketua arbiter, arbiter dapat ditunjuk oleh Pimpinan BADAPSKI. 74 Bab 3 Peraturan Arbitrase Konstruksi BADAPSKI. 75 Ibid.

61 Dalam hal keberatan terhadap arbiter, keberatan terhadap calon arbiter dapat dinyatakan dengan pemberitahuan keberatan dalam waktu 15 hari setelah menerima pemberitahuan penunjukan arbiter atau keberatan dalam waktu 15 hari. Keberatan tersebut harus dikirim secara bersamaan kepada Majelis Arbitrase dalam bentuk pemberitahuan dengan menyampaikan juga kepada pihak lain, arbiter yang mendapat keberatan, anggota lain dari Majelis Arbitrase, jika ada, dan tembusannya dikirimkan kepada Pimpinan BADAPSKI. Pemberitahuan dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan alasan keberatan dan Pimpinan BADAPSKI dapat memerintahkan penundaan proses arbitrase sampai keberatan ditindaklanjuti. Jika dalah 14 hari sejak diterimanya pemberitahuan keberatan, pihak lain yang tidak setuju dengan keberatan dan arbiter yang mendapat keberatan tidak mengundurkan diri secara sukarela maka keputusan mengenai keberatan menjadi tanggung jawab Pimpinan BADAPSKI. Dalam hal persidangan, persidangan arbitrase akan diadakan secara tertutup kecuali para pihak menyetujui sebaliknya. Majelis arbitrase berhak menentukan siapa saja yang boleh menghadiri sidang, menyetujui pengunduran diri saksi termasuk saksi ahli. 76 Dalam hal biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan arbitrase, Pimpinan BADAPSKI akan menentukan Deposit dalam jumlah uang muka sementara yang bertujuan untuk menutupi biaya arbitrase. Deposit harus 76 Ibid.

62 dibayarkan oleh kedua belah pihak yang berperkara dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari. Apabila salah satu pihak yang bersengketa adalah institusi pemerintah yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka wajib membuat surat jaminan pembayaran (payment guarantee letter) yang pada pokoknya berisi kesediaan untuk membayar biaya penyelesaian sengketa kepada BADAPSKI setelah terbitnya Putusan Majelis arbitrase. 77 C. Kekuatan Hukum Putusan BADAPSKI Jika Majelis arbitrase berpendapat bahwa pemeriksaan arbitrase telah cukup, maka Majelis arbitrase akan memberikan putusan akhir dalam waktu 30 hari sejak selesainya persidangan. Perhitungan waktu dimulai dari tanggal penyerahan akhir secara lisan maupun tertulis. 78 Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Peraturan Arbitrase BADAPSKI menyatakan bahwa putusan yang dijatuhkan final dan mengikat serta wajib dilaksanakan oleh para pihak dimana putusan arbitrase harus dibuat secara tertulis dan memuat: 1. Kepala putusan yang berbunyi Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa 77 Bab 5 Peraturan Arbitrase Konstruksi BADAPSKI. 78 Bab 3 Peraturan Arbitrase Konstruksi BADAPSKI.

63 2. Nama lengkap dan alamat para pihak 3. Uraian singkat sengketa 4. Pendirian para pihak 5. Nama lengkap dan alamat arbiter 6. Pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan sengketa 7. Amar putusan 8. Tempat dan tanggal putusan 9. Tanda tangan arbiter dan majelis arbitrase Putusan arbitrase yang tidak ditandatangani oleh salah satu arbiter tidak mempengaruhi kekuatan hukum putusan, namun alasan terkait tidak adanya tanda tangan tersebut harus dicantumkan dalam putusan. D. Eksekusi dan Upaya Hukum Atas Putusan Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi (BADAPSKI) Berdasarkan Bab 3 Peraturan Arbitrase Konstruksi BADAPSKI, para pihak haruslah segera menjalankan putusan tanpa penundaan, serta para pihak haruslah memberikan suatu pernyataan tertulis yang tidak dapat ditarik kembali yang pada pokoknya melepaskan hak-hak meraka pada setiap upaya banding, tinjauan atau upaya lain ke pengadilan atau otoritas peradilan lainnya secara sah dan para pihak selanjutnya setuju bahwa putusan adalah final dan mengikat para pihak sejak tanggal putusan.

64 Dalam putusan arbitrase ditetapkan suatu jangka waktu dimana putusan arbitrase tersebut harus dilaksanakan. Berdasarkan Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa bahwa putusan arbitrase haruslah diserahkan dan didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak putusan dibacakan. Tidak dipenuhinya ketentuan tersebut berakibat pada putusan arbitrase tidak dapat dilaksanakan. 79 79 Pasal 59 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.