JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) D-104

dokumen-dokumen yang mirip
Paving Geopolimer Berbahan Dasar Bottom Ash dan Sugar Cane Bagasse Ash (SCBA)

PAVING GEOPOLIMER DARI COAL ASH LIMBAH PABRIK

Disusun oleh : Lintas Jalur - S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Pasta Geopolimer Ringan Berserat Berbahan Dasar Lumpur Sidoarjo Bakar Dan Fly Ash Perbandingan 1 : 3 Dengan Pengembang Foam

PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER PADA KINERJA BETON GEOPOLIMER

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

Perkembangan Beton Geopolimer Triwulan dan Januarti Jaya Ekaputri

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO UNTUK BATA BETON RINGAN BERSERAT DENGAN BAHAN PENGISI SERAT KENAF

PEMANFAATAN FLY ASH DAN BOTTOM ASH PADA PEMBUATAN PAVING GEOPOLIMER DENGAN MUTU K- 500 UNTUK SKALA INDUSTRI. Dr. Eng. Januarti Jaya Ekaputri, ST, MT.

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

STUDI BETON GEOPOLIMER SEBAGAI SUBSTITUSI BETON KONVENSIONAL

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

PASTA RINGAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR BAKAR SIDOARJO DAN FLY ASH PERBANDINGAN 3:1 DENGAN TAMBAHAN ALUMINUM POWDER dan SERAT ALAM

Karakteristik Fisik dan Kimia Fly Ash dari Perusahaan Ready Mix Beton dan Limbah Pabrik terhadap Sifat Mekanik Pasta dan Mortar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

JUNAIDI ABDILLAH I WAYAN DODY SEPTIANTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara membakar secara bersamaan campuran calcareous ( batu gamping )

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH DAN LUMPUR PORONG KERING SEBAGAI PENGISI

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, khususnya dalam proses produksi Semen Portland (SP).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DATA DAN ANALISIS

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

SERAT DAN FOAMING AGENT PADA CAMPURAN BETON RINGAN BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO DAN ABU SEKAM

POTENSI LUMPUR SIDOARJO BAKAR DAN FLY ASH PADA PEMBUATAN MORTAR RINGAN GEOPOLIMER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton Geopolimer

PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN SOLID MATERIAL ABU TERBANG DAN ABU SEKAM PADA KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER

POTENSI AGREGAT ALWA SEBAGAI BAHAN DASAR BETON GEOPOLIMER BERBAHAN LUMPUR SIDOARJO

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih paving block dibandingkan perkerasan lain seperti dak beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton Geopolimer

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

Pemanfaatan Lumpur Bakar Sidoarjo Sebagai Bahan Campuran Pada Pembuatan Beton Ringan dengan Menggunakan Tambahan Buih dan Serat Alam

SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH JAWA POWER PAITON SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PEMANFAATAN LIMBAH PT BOMA BISMA INDRA UNTUK PEMBUATAN PAVING BLOCK

PENGGUNAAN BOTTOM ASH YANG TELAH DIOLAH UNTUK PEMBUATAN BETON HVFA MUTU MENENGAH

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. semen (umumnya Portland Cement), dan air. Kelebihan beton antara lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PADA PEMBUATAN BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN TAMBAHAN BUIH DAN SERAT ALAM

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

STUDI AWAL PENGARUH PENAMBAHAN FOAM PADA PEMBUATAN BATA BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PEMANFAATAN BOTTOM ASH DAN FLY ASH TIPE C SEBAGAI BAHAN PENGGANTI DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BATAKO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

PERILAKU DAN KEKUATAN BALOK BETON BERTULANG GEOPOLIMER DI LINGKUNGAN AIR LAUT

STUDI PENGARUH KURVA GRADING IDEAL AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN VARIASI BLENDING MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER BERDASARKAN VARIASI WAKTU PENGAMBILAN FLY ASH

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

Material Paving Block

BATA BETON GEOPOLIMER DARI BAHAN FLY ASH LIMBAH PLTU TANJUNG JATI MEMILIKI BANYAK KEUNGGULAN

Prediksi Kuat Tekan Beton Berbahan Campuran Fly Ash dengan Perawatan Uap Menggunakan Metode Kematangan

KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER DENGAN BAHAN UTAMA BUBUK LUMPUR LAPINDO DAN KAPUR (155M)

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS GELAS SERTA ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS ARANG BRIKET

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-104 Penggunaan Limbah Hasil Pembakaran Batu Bara dan Sugar Cane Bagasse Ash (SCBA) pada Paving Geopolimer dengan Proses Steam Curing Dimas Setiyo Nugroho, Triwulan, dan Januarti Jaya Ekaputri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: triwulan@ce.its.ac.id, januarti@ce.its.ac.id Abstrak Bottom ash merupakan limbah sisa pembakaran batu bara disamping fly ash yang saat ini tidak banyak dimanfaatkan. Di dalam penelitian ini bahan dasar yang digunakan adalah bottom ash dan larutan alkali sebagai pengikat untuk membuat bahan dasar paving geopolimer. Abu batu digunakan sebagai filler. Selain itu bahan lain yang digunakan adalah SCBA (Sugar Cane Bagasse Ash / abu ampas tebu) untuk menambah sumber silika aktif pada bottom ash. Sebelum digunakan SCBA dikalsinasi pada suhu 850 o C selama 7 jam. Dalam penelitian ini, benda uji yang digunakan adalah paving berukuran 20cm x 10cm x 8cm. Selain itu dibuat variasi pembakaran SCBA antara lain 450 o C selama 6 jam; 600 o C selama 3 jam; dan 850 o C selama 3 jam sebagai pembanding. Paving yang terbuat dari fly ash dari PT. Petrokimia digunakan sebagai pembanding terhadap bottom ash. Seluruh paving dicetak dengan menggunakan alat pres manual di laboratorium. Didapat hasil bahwa semakin banyak berat SCBA dalam campuran, akan menurunkan kualitas paving. Kuat tekan maksimum terdapat pada variasi 0% SCBA pada umur 28 hari dengan kuat tekan rata-rata sebesar 9.65 MPa, resapan air sebesar 8.68%, dan ketahanan aus sebesar 0.61 mm/menit. Disimpulkan bahwa, perawatan steam tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan paving geopolimer yang tidak disteam. Kata Kunci bottom ash, geopolimer, paving, SCBA, steam curing B I. PENDAHULUAN ATA beton (paving block) merupakan bahan bangunan bangunan yang digunakan sebagai lapisan atas struktur jalan selain aspal dan beton. Paving block merupakan konstruksi yang ramah lingkungan, pelaksanaannya yang lebih cepat, mudah dalam pemasangan dan pemeliharaan, serta harganya yang mudah dijangkau [1]. Paving block merupakan bahan bangunan yang tersusun atas campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air, dan agregat dengan atau tanpa bahan tambah yang tidak mengurangi mutu paving block itu sendiri [2]. Kebutuhan paving yang meningkat menyebabkan kebutuhan akan jumlah semen juga meningkat, sehingga akan menambah jumlah emisi CO 2 di udara. Hal ini dikarenakan dalam memproduksi 1 ton semen sebanding dengan pelepasan 1 ton CO 2 ke udara [3]. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong untuk menemukan bahan alternatif yang bisa menggantikan semen dalam campuran paving. Beton geopolimer adalah beton yang 100% tidak menggunakan semen sebagai bahan pengikat utama [4], sehingga dibutuhkan material yang mengandung Si (silika) dan Al (Alumunium) serta aktivator yaitu larutan alkali yang tersususn atas Na 2 SiO 3 (Natrium Silikat) dan NaOH (Natrium Hidroksida) untuk mengikat binder. PT. Kasmaji Inti Utama (PT. KIU) adalah pabrik kimia yang memproduksi Na 2 SiO 3 dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya, dan dalam setiap produksinya menghasilkan limbah batu bara berupa coal ash yang terdiri atas bottom ash dan fly ash yang tercampur ter. Masalah yang dihadapi PT. KIU terkait limbah batu bara adalah biaya yang dikeluarkan untuk transportasi penjualan limbah lebih mahal dibandingkan hasil penjualan batu bara itu sendiri. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah batu bara dalam hal ini yang digunakan adalah bottom ash sebagai bahan penyusun beton geopolimer. Setelah dilakukan pengujian yang dilakukan oleh Wijaya (2014) [4] diketahui bahwa beton geopolimer dengan bottom ash tidak berpotensi dijadikan bahan bangunan atau perkerasan jalan berkualifikasi tinggi. Diketahui bahwa kandungan silikanya kurang reaktif, sehingga dibutuhkan material yang memiliki sumber silika reaktif salah satunya abu ampas tebu (Sugar Cane Bagasse Ash). Abu ampas tebu merupakan material yang mengandung silika yang sangat banyak yaitu sebesar 78,34% [5]. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wijaya (2014) [4] menunjukan bahwa mortar geopolimer yang dibuat dari coal ash memiliki kuat tekan yang rendah berkisar antara 10 25 MPa dibandingkan beton geopolimer yang menggunakan fly ash. Sehingga disimpulkan bahwa bottom ash digunakan sebagai bahan bangunan non struktural yaitu paving block. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk paving yang mudah diproduksi secara massal, dapat mengatasi masalah limbah batu bara, dan dapat menjadi contoh pemanfaatan limbah batu bara berkualitas rendah yang dihasilkan oleh industri. A. Material Penyusun II. URAIAN PENELITIAN Dalam penelitian ini material penyususn yang digunakan antara lain sebagai berikut. 1. Bottom ash Bottom ash merupakan material limbah batu bara

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-105 yang didatangkan dari PT. Kasmaji Inti Utama. Sebelum digunakan bottom ash di-bond ball mill dan diayak pada ayakan no. 16 (1.18 mm), karena material awal yang didapat berupa bongkahan besar berukuran ±10 cm. 2. SCBA (Sugar Cane Bagasse Ash) SCBA yang digunakan didapat dari pabrik gula Gempol Krep, Mojokerto. Sebelum digunakan SCBA dikalsinasi pada suhu 850 C selama 7 jam. Hal ini dilakukan untuk menambah sumber silika reaktif dalam adukan. 3. Larutan NaOH 14 M Larutan NaOH didapat dengan mencampur NaOH flakes dengan aquades. Setelah didapat larutan NaOH 14 M ditambahkan air sebanyak 5/35 bagian dari berat alkali sehingga molaritas larutan turun menjadi 7,73 M. 4. Sodium silikat (Na 2 SiO 3 ) Sodium silikat yang digunakan adalah dari PT. Kasmaji Inti Utama, dengan merek BE-58. Kandungan dalam sodium silika ini adalah Na 2 O 22,5%, SiO 2 27,5%, H 2 O 50%. 5. Abu batu Abu batu yang digunakan didapat dari UD. Mulya Jaya Waru. Abu batu dipakai sebagai filler dalam adukan. B. Mix Design Dalam penelitian ini direncanakan mix design dengan komposisi sebagai berikut : 1. Perbandingan antara berat binder (coal ash, SCBA, dan larutan alkali) dengan agregat sebesar 35 : 65. 2. Perbandingan antara berat coal ash dengan larutan alkali sebesar 65 : 35. 3. Larutan alkali yang tersusun atas NaOH 7,73M dengan Na 2 SiO 3 sebesar 1 : 2,5 Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah pengaruh penambahan SCBA sebesar 0%, 15%, 20%, 25%, 30%, dan 35% terhadap berat bottom ash. Benda uji yang dibuat berukuran 20cm x 10cm x 8cm. Pengujian yang dilakukan adalah uji tekan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari. Uji serap air dan uji ketahanan aus yang dilakukan pada umur 28 hari. Variasi pembuatan benda uji dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Kode Benda Uji, Temprature Curing, dan % SCBA No. Kode Benda Uji Temperatur curing ( o C) SCBA (% terhadap berat coal ash) 1 PV - 0 60 0 2 PV - 15 60 15 3 PV - 20 60 20 4 PV - 25 60 25 5 PV - 30 60 30 6 PV - 35 60 35 Tabel 2. Komposisi Kebutuhan Material Untuk 1 m 3 Paving Geopolimer Kode Benda Uji Abu Batu Bottom ash SCBA Air NaOH 14M Na 2 SiO 3 PV-0 1430 22,75 0,00 1,54 1,96 8,75 PV-15 1430 19,34 3,41 1,54 1,96 8,75 PV-20 1430 18,20 4,55 1,54 1,96 8,75 PV-25 1430 17,96 5,69 1,54 1,96 8,75 PV-30 1430 15,93 6,83 1,54 1,96 8,75 PV-35 1430 14,79 7,96 1,54 1,96 8,75 Dalam penelitian ini analisa yang dilakukan dalam pengujian paving geopolimer antara lain : 1. Tes berat volume (ASTM C163-11) 2. Tes kuat tekan hancur (ASTM C39-94) 3. Tes penyerapan air (SNI 03-0691-1996) 4. Tes ketahanan aus (SNI 0028-1987-A) A. Analisa Bottom ash III. HASIL DAN DISKUSI Analisa yang dilakukan meliputi berat jenis, XRD, dan XRF. Dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium didapat berat jenis bottom ash sebesar 2.33 gr/cm 3. Hasil pengujian XRD dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Analisa XRD Bottom ash Dari Gambar 1 diatas disimpulkan bahwa material yang terkandung di dalam bottom ash adalah cristobalite-beta high (SiO 2 ), mullite (Al 4.44 Si 1.56 O 9.78 ), quartz (SiO 2 ), dan quartz low (SiO 2 ), Selain itu mineral-mineral tersebut mengandung Si (Silika) dan Al (Aluminium) yang kemungkinan reaktif jika dicampurkan dengan alkali aktifator. Hasil analisa XRF dapat dilihat pada Tabel 3. Komposisi kebutuhan material tiap 1 buah paving geopolimer dijelaskan pada Tabel 2.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-106 Tabel 3. Hasil Analisa XRF Bottom Ash (dalam % berat) Senyawa Sebelum Dihaluskan Sesudah Dihaluskan SiO 2 39.96 34.90 Al 2 O 3 44.56 34.87 CaO 1.67 2.57 Fe 2 O 3 2.34 9.59 K 2 O 0.26 1.52 MgO 5.04 2.61 Na 2 O 0.46 0.76 P 2 O 5 1.11 1.25 SO 3 0.58 1.52 Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dominan terkandung didalam bottom ash adalah SiO 2 dan Al 2 O 3. B. Analisa Sugar Cane Bagasse Ash (SCBA) Analisa yang dilakukan meliputi berat jenis dan XRD. Dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium didapat berat jenis SCBA yang sudah dikalsinasi pada suhu 850 o C selama 7 jam sebesar 2.04 gr/cm 3. Hasil pengujian XRD dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Analisa XRD SCBA Setelah Dikalsinasi Pada Suhu 850 o C Selama 7 Jam Dari Gambar. 2 didapat hasil bahwa material yang terkandung didalam SCBA setelah dikalsinasi pada suhu 850 o C selama 7 Jam adalah cristobalite low, albite, dan quartz alpha. Material SCBA memiliki SiO 2 reaktif sebesar 75%, namun karena senyawa Al yang terkandung sedikit, tidak banyak membantu terbentuknya proses polimerisasi. C. Abu Batu Analisa yang dilakukan meliputi uji fisik dan uji kimia pada abu batu. Untuk hasil uji fisik yang sudah dilakukan di laboratorium sebagai berikut : Berat Jenis (SSD) = 2.41 gr/cm 3 Kelembaban = 1.21 % Air Resapan = 3.63 % Berat Volume = 38.33 kg/m 3 Kadar Lumpur = 9.80 % Grading Zone = 2 Modulus Kehalusan = 2.65 Untuk uji XRD dapat dilihat pada Gambar. 3 Gambar 3. Grafik Analisa Abu Batu Pada Gambar. 3 dapat dilihat bahwa material dominan yang terkandung dalam abu batu adalah albite (Na(AlSi 2 O 3 )), hal ini dapat dilihat dari banyaknya peaks pada analisa XRD. Hasil analisa XRF dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisa XRF Bottom Ash Senyawa % SiO 2 83.00 Al 2 O 3 3.76 CaO 3.62 Fe 2 O 3 1.94 K 2 O 2.76 MgO 1.80 Na 2 O 0.42 P 2 O 5 1.73 SO 3 0.06 TiO 2 0.15 Cr 2 O 3 0.01 Mn 2 O 3 0.16 Dari Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dominan terkandung didalam SCBA adalah SiO 2 dan Al 2 O 3. D. Data dan Analisa Paving Geopolimer Proses Curing Proses curing paving geopolimer dengan di-steam pada suhu 60 o C selama 24 jam. Setelah di-steam benda uji disimpan pada suhu kamar ±25 o C sampai umur pengujian yang telah ditentukan, seperti pada Gambar. 4 dan Gambar. 5 Gambar 4. Proses Steam Curing Paving

Kuat Tekan Rata-Rata (MPa) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-107 Gambar 5. Proses Curing Pada Suhu Kamar Hasil Uji Reaktivitas Pengujian reaktivitas merupakan pengujian awal yang dilakukan untuk menguji sifat material yang akan digunakan kedalam campuran. Selain itu pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mateial yang akan dijadikan bahan campuran untuk dapat bereaksi dengan bahan pengikat, dalam hal ini larutan alkali. Hasil uji raektivitas material dapat dilihat pada Gambar 6. 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 0.21 0.12 0.54 0.46 0.42 0.27 1.18 Keterang Bottom Ash 100% Ayak Bottom Ash 100% SCBA 100% Ayak SCBA 100% Bottom Ash 85%, SCBA 15% Ayak Bottom Ash 85%, SCBA 15% Fly Ash 100% Gambar. 6 Perbandingan Hasil Uji Reaktivitas Antar Material Dari hasil pengujian reaktivitas didapatkan bahwa sugar cane bagasse ash (SCBA) lebih reaktif dibandingkan dengan bottom ash. Material bottom ash dan SCBA yang diayak pada ayakan #200 memiliki nilai reaktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan material bottom ash dan SCBA yang tidak diayak. Subtitusi SCBA sebesar 15% terhadap bottom ash meningkatkan kereaktivitasan campuran. Untuk fly ash kelas C (fly ash yang berasal dari PT. Petrokimia - Gresik) memiliki nilai reaktivitas yang paling tinggi dibandingkan material yang lain. Hasil Uji Berat Volume Tes berat volume paving geopolimer dilakukan terhadap 3 buah benda uji berukuran 20cm x 10cm x 8cm pada umur 28 hari. Hasil uji berat volume paving geopolimer dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar. 7 Grafik Hubungan Berat Volume dengan Penambahan SCBA Paving Geopolimer Dari Gambar. 7 terlihat bahwa benda uji paving dengan variasi SCBA 35% memiliki berat volume rata-rata yang paling kecil yaitu sebesar 1871,88 kg/m 3. Berat volume mengalami penurunan sebanding dengan penambahan persentase jumlah SCBA, hal ini disebabkan oleh berat jenis SCBA yang rendah yaitu sebesar 2,16 gr/cm 3 dibandingkan dengan berat jenis bottom ash yaitu sebesar 2,33 gr/cm 3. Hasil Uji Kuat Tekan Tes kuat tekan hancur paving geopolimer dilakukan terhadap 3 buah benda uji berukuran 20cm x 10cm x 8cm pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari. Hasil uji kuat tekan paving geopolimer dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar.8 Grafik Hubungan Kuat Tekan Paving Geopolimer Terhadap Umur Pengujian Dari Gambar 8. dapat dilihat bahwa benda uji dengan variasi 0% SCBA/tanpa penambahan SCBA mempunyai kuat tekan paling tinggi sebesar 9,65 MPa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak penambahan SCBA semakin rendah kuat tekan paving geopolimer.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-108 Hasil Uji Penyerapan Air Tes penyerapan air pada paving geopolimer dilakukan terhadap 3 buah benda uji berukuran 20cm x 10cm x 8cm pada umur 28 hari. Hasil uji penyerapan air dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar. 9 Grafik Resapan Air Paving Geopolimer Umur 28 Hari campuran. Walaupun jumlah silika reaktfnya cukup besar yatu sebesar 75%, namun senyawa Al yang dimilikinya sedikit sehingga tidak banyak terbentuk polysialate yang menyebabkan ikatan pada paving geopolimer tidak baik. Pengaruh Suhu Kalsinasi SCBA dan Penggunaan Fly Ash Terhadap Kuat Tekan Paving Geopolimer Selain SCBA dikalsinasi pada suhu 850 o C selama 7 jam, dilakukan beberapa percobaan untuk mengkalsinasi SCBA pada beberapa suhu antara lain pada suhu 450 o C selama 6 jam, 600 o C selama 3 jam, 850 o C selama 3 jam. Hal ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil dari pengujian TGA (Thermo Gravimetric Analysis). Setelah itu dibuat benda uji paving geopolimer dengan dimensi 20 cm x 10 cm x 8 cm dan diuji tekan pada umur 14 hari. Setelah dicetak benda uji di-steam di dalam steamer pada suhu 60 o C selama 24 jam setelah itu disimpan dalam suhu ruang ±25 o C sampai umur pengujian. Selain itu dilakukan pengujian dengan mengganti bottom ash dengan fly ash kelas F dari PT. Petrokimia dan SCBA yang dikalsinasi pada suhu 850 o C selama 7 jam Berikut ini adalah hasil kuat tekan ditunjukkan pada Gambar. 11. Dari Gambar 9. dapat dilihat bahwa semakin banyak penambahan SCBA maka resapan air pada paving geopolimer juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena kemampuan SCBA dalam menyerap air lebih tinggi dibandingkan bottom ash, selain itu jika kita lihat struktur SCBA dari uji SEM menunjukan bahwa terdapat banyak rongga di dalamnya sehingga membuat air mengisi rongga/pori-pori pada SCBA yang terdapat di dalam campuran paving geopolimer. Hasil Uji Ketahanan Aus Tes ketahanan aus pada paving geopolimer dilakukan terhadap 3 buah benda uji berukuran 20cm x 10cm x 8cm pada umur 28 hari. Hasil uji ketahanan aus dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar. 11 Grafik Pengaruh Suhu Kalsinasi SCBA dan Penggunaan Fly Ash Terhadap Kuat Tekan Paving Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan SCBA, kuat tekan semakin menurun. Penurunan kuat tekan tertinggi terdapat pada kalsinasi paving pada suhu 850 o C selama 7 jam. Sedangkan penggantian bottom ash dengan fly ash kelas F dari PT. Petrokimia dan tetap menggunakan SCBA yang dikalsinasi pada 850 o C selama 7 jam mengalami penurunan kuat tekan. Gambar. 10 Grafik Ketahanan Aus Paving Geopolimer Umur 28 Hari Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin banyak penambahan jumlah SCBA ke dalam campuran, tren/kecenderungan ketahanan aus semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh SCBA tidak memberikan pengaruh terhadap Pengaruh Steam Curing Terhadap Kuat Tekan Paving Geopolimer Sesuai dari pengujian yang dilakukan oleh Prasandha (2015) [6] tentang paving geopolimer dengan bottom ash dan SCBA tanpa dilakukan proses steam curing, dilakukan perbandingan kuat tekan umur 28 hari terhadap paving yang di-steam. Hasil perbandingan ditunjukkan pada Gambar 12.

Kuat Tekan (MPa) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-109 12 10 8 6 4 2 0 0 15 20 25 Variasi SCBA (%) 30 35 Tanpa Steam Curing Gambar. 12 Grafik Pengaruh Steam Curing Terhadap Kuat Tekan Paving Geopolimer Umur 28 Hari Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah penmbahan SCBA, kuat tekan paving geopolimer baik yang di-steam maupun yang tidak di-steam mengalami penurunan. Untuk kuat tekan tertinggi terdapat pada campuran paving dengan persentase 0% SCBA tanpa steam curing yaitu sebesar 10,13 MPa. Jika dianalisa perbedaan kuat tekan paving geopolimer dengan atau tanpa di-curing memiliki perbedaan yang tidak besar. IV. KESIMPULAN 1. Variasi penambahan SCBA dalam penelitian ini adalah sebesar 0%, 15%, 20%, 25%, 30%, dan 35% terhadap berat bottom ash. Dari variasi tersebut 0% SCBA merupakan variasi optimum karena memiliki kuat tekan yang paling maksimal. 2. Semakin besar penambahan SCBA ke dalam campuran paving geopolimer, maka : Berat volume semakin kecil, dimana berat volume terbesar pada variasi 0% SCBA yaitu 1920,8 kg/m 3 dan yang paling rendah pada variasi 35% SCBA yaitu sebesar 1871,8 kg/m 3. Kuat tekan semakin menurun. Kuat tekan pada 0% SCBA sebesar 9,65 MPa dan variasi 35% SCBA sebesar 5,73 MPa Rata-rata resapan airnya meningkat. Pada variasi 0% SCBA resapan air sebesar 8.68% dan pada variasi 35% SCBA resapan air sebesar 10.59%. Ketahanan ausnya menurun. Ketahanan aus paling rendah terdapat pada variasi campuran SCBA 30%. 3. Reaktivitas terbesar didapat pada campuran dengan penggunaan fly ash kelas C. Penambahan SCBA sebesar 20% yang diayak dengan saringan 200µm meningkatkan reaktivitas bila dibandingan dengan tidak menambahkan SCBA ke dalam campuran. 4. Dari perbandingan penambahan SCBA dan pengaruh suhu kalsinasi SCBA terhadap kuat tekan paving, penambahan SCBA dengan kalsinasi pada suhu 850 o C selama 7 jam memiliki penurunan kuat tekan terbesar dibandingkan dengan suhu kalsinasi yang lain. Walaupun silika reaktif yang terkandung didalam SCBA cukup besar yaitu 75.2% dimungkinkan Al yang terkandung tidak banyak sehingga tidak cukup membantu proses polimerisasi. 5. Paving geopolimer dengan proses steam curing memiliki kuat tekan tertinggi yaitu 9,65 MPa, tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan paving geopolimer yang tidak dirawat dengan steam curing, dimana kuat tekannya sebesar 10,13 MPa. 6. Dilihat persyaratan SNI-0691-1996 tentang paving block dari segi kuat tekan dan resapan air, paving geopolimer dengan 0% SCBA pada umur 28 hari masih masuk kedalam mutu D yaitu untuk taman. Tetapi karena ketahanan ausnya yang sangat rendah yaitu sebesar 0.61 mm/menit paving geopolimer tidak masuk persyaratan SNI-0691-1996 yang mensyaratkan 0.22 mm/menit untuk mutu D. 7. Sebaiknya digunakan bottom ash yang berwarna putih kecokelatan, bukan yang mengandung ter ataupun bottom ash yang berwarna hitam, karena setelah dilakukan pengujian dalam pembuatan campuran paving. Hasil kuat tekan, keausan, dan penyerapan paving tidak lebih baik dan tidak memenuhi persyaratan mutu paving yang telah ditetapkan SNI-0691-1996.. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis D.S.N mengucapkan terima kasih kepada PT. Kasmaji Inti Utama atas dukungan bantuan material bottom ash dan sodium silikat. Dan pabrik gula Gempol Krep untuk bantuan material sugar cane bagasse ash (SCBA) DAFTAR PUSTAKA [1] Sibuea, Arif F., dan Tarigan, Johannes. Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Sebagai Bahan Eco Plafie (Economic Plastic Fiber) Paving Block yang Berkonsep Ramah Lingkungan dengan Uji Tekan, Uji Kejut, dan Serapan Air. Skripsi, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Medan (2005). [2] SNI 03-0691. Bata Beton (Paving Block). Badan Standarisasi Nasional (1996). [3] Davidovits, J. Properties of Geopolymer Cement. Geopolymer Institute. Saint Quentin, France (1994). [4] Wijaya, Yulia Putri., Triwulan., dan Ekaputri, Januarti Jaya. Mortar Geopolimer dari Coal Ash Limbah Pabrik untuk Bahan Dasar Paving dan Bata. Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (2014). [5] Ekaputri, Januarti Jaya., Triwulan., dan Damayanti, Oktavina. Sifat Mekanik Beton Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash Jawa Power Paiton Sebagai Material Alternatif. PONDASI, volume 13 No 2, ISSN 0985-814X, (2007) 124-134. [6] Prasandha, Ahmad Freddya Eka., Triwulan., dan Ekaputri, Januarti Jaya. Paving Geopolimer Berbahan Dasar Bottom Ash dan Sugar Cane Bagasse Ash (SCBA). Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (2015).