R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

dokumen-dokumen yang mirip
K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA

K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA

K27 PEMBERIAN TANDA BERAT PADA BARANG-BARANG BESAR YANG DIANGKUT DENGAN KAPAL

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K89 Konvensi tentang Kerja Malam bagi Wanita yang dipekerjakan di Industri. (Hasil Revisi tahun 1948)

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K103 Konvensi tentang Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan tahun 1952)

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

R121. Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121)

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K171 Konvensi Kerja Malam, 1990

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

K176. Tahun 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan di Tambang

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

KONVENSI MENGENAI PENERAPAN PRINSIP PRINSIP HAK UNTUK BERORGANISASI DAN BERUNDING BERSAMA

KONVENSI-KONVENSI ILO TENTANG KESETARAAN GENDER DI DUNIA KERJA

Konvensi ILO No. 189 & Rekomendasi No. 201

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

K188 PEKERJAAN DALAM PENANGKAPAN IKAN

KONVENSI MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

Sekilas tentang Konvensi No. 189 dan Rekomendasi No Catatan konsep

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

KONVENSI MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

Kode Etik Pemasok. Pendahuluan

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan. Pekerja rumah tangga, seperti juga pekerja-pekerja lainya, berhak atas kerja layak.

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

KONVENSI MENGENAI KERJA PAKSA ATAU KERJA WAJIB

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI MENGENAI PENGUPAHAN BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING

K159 Konvensi Rehabilitasi Vokasional dan Lapangan Kerja (Difabel), 1990

KETAHUI HAKMU BERDASARKAN KONVENSI ILO BARU MENGENAI PEKERJA RUMAH TANGGA TUNTUT HAKMU

Kerja layak bagi pekerja rumah tangga

Konvensi tentang Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan tahun 1952) 1

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 138 MENGENAI

Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak: Kasus Hak Buruh

R199 PEKERJAAN DALAM PENANGKAPAN IKAN

K169. Konvensi Masyarakat Hukum Adat, 1989

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG

Mempromosikan Kontrak Kerja Tertulis bagi Pekerja Rumah Tangga untuk Memperbaiki Kondisi Kerja

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Komponen Kebutuhan Hidup Layak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II. TIDAK DIRATIFIKASI KONVENSI NO.131 dan NO. 95 TERKAIT DALAM PERUMUSSAN PERBURUHAN DI INDONESIA

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

Perdamaian yang universal dan abadi hanya dapat diwujudkan bila didasari pada keadilan sosial. Konstitusi ILO, 1919

Transkripsi:

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982

Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi yang merdeka, setara, aman, bermartabat. Tujuan-tujuan utama ILO ialah mempromosikan hak-hak kerja, memperluas kesempatan kerja yang layak, meningkatkan perlindungan sosial, dan memperkuat dialog dalam menangani berbagai masalah terkait dengan dunia kerja. Organisasi ini memiliki 183 negara anggota dan bersifat unik di antara badan-badan PBB lainnya karena struktur tripartit yang dimilikinya menempatkan pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja/buruh pada posisi yang setara dalam menentukan program dan proses pengambilan kebijakan. Standar-standar ILO berbentuk Konvensi dan Rekomendasi ketenagakerjaan internasional. Konvensi ILO merupakan perjanjian-perjanjian internasional, tunduk pada ratifikasi negara-negara anggota. Rekomendasi tidak bersifat mengikat kerapkali membahas masalah yang sama dengan Konvensi yang memberikan pola pedoman bagi kebijakan dan tindakan nasional. Hingga akhir 2009, ILO telah mengadopsi 188 Konvensi dan 199 Rekomendasi yang meliputi beragam subyek: kebebasan berserikat dan perundingan bersama, kesetaraan perlakuan dan kesempatan, penghapusan kerja paksa dan pekerja anak, promosi ketenagakerjaan dan pelatihan kerja, jaminan sosial, kondisi kerja, administrasi dan pengawasan ketenagakerjaan, pencegahan kecelakaan kerja, perlindungan kehamilan dan perlindungan terhadap pekerja migran serta kategori pekerja lainnya seperti para pelaut, perawat dan pekerja perkebunan. Lebih dari 7.300 ratifikasi Konvensi-konvensi ini telah terdaftar. Standar ketenagakerjaan internasional memainkan peranan penting dalam penyusunan peraturan, kebijakan dan keputusan nasional. 3

4 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982

R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Rekomendasi Tentang Pemutusan Hubungan Kerja Atas Inisiatif Pengusaha Rekomendasi: R166 Tempat: Jenewa Sesi Konferensi: 68 Tanggal adopsi = 22:06:1982 Klasifikasi Subyek: Pemutusan Hubungan Kerja Pemberhentian Subyek: Jaminan Pekerjaan Menampilkan dokumen dalam: Bahasa Spanyol Bahasa Prancis Status: Tidak ada kesimpulan Kelompok Kerja untuk Kebijakan mengenai Revisi Standar tidak bisa mencapai kesimpulan tentang Konvensi No 158 dan Rekomendasi. Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah diadakan sidang di Jenewa oleh Badan Pengurus Kantor Perburuhan Internasional, dan setelah bertemu dalam sesinya yang keenam puluh delapan pada tanggal 2 Juni 1982, dan Setelah memutuskan untuk mengadopsi usulan-usulan tertentu berkenaan dengan pemutusan hubungan kerja atas inisiatif pengusaha, yang merupakan item kelima pada agenda sesi, dan Setelah menetapkan bahwa usulan ini akan berbentuk Rekomendasi yang melengkapi Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982; mengadopsi pada hari ini tanggal dua puluh dua Juni tahun seribu Sembilan ratus delapan puluh dua Rekomendasi berikut, yang dapat disebut sebagai Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 5

R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 I. Metode Pemberlakuan, Ruang Lingkup dan Definisi 1. Ketentuan-ketentuan Rekomendasi ini dapat diberlakukan dengan undang-undang atau peraturan nasional, kesepakatan bersama, putusan arbitrase atau putusan pengadilan atau dengan cara lain semacamnya yang sesuai dengan praktik nasional yang mungkin tepat menurut kondisi nasional. 2. (1) Rekomendasi Konvensi ini berlaku untuk semua cabang kegiatan ekonomi dan untuk semua orang yang dipekerjakan. (2) Anggota dapat mengecualikan kategori orang yang dipekerjakan berikut ini dari seluruh atau sebagian ketentuan Rekomendasi ini: (a) pekerja yang dipekerjakan di bawah kontrak kerja untuk jangka waktu tertentu atau tugas tertentu; (b) pekerja yang menjalani masa percobaan atau suatu periode kualifikasi kerja, yang ditentukan sebelumnya dan dalam durasi yang wajar; (c) pekerja yang dipekerjakan secara lepas untuk satu jangka waktu singkat. (3) Sejauh diperlukan, langkah-langkah dapat diambil oleh otoritas berwenang atau melalui perangkat yang sesuai di suatu negara, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan organisasi pekerja terkait, jika ada, untuk mengecualikan dari pemberlakuan Rekomendasi ini atau ketentuan-ketentuan tertentu darinya kategori orang yang dipekerjakan yang syarat dan ketentuan kerjanya diatur oleh pengaturan khusus yang secara keseluruhan memberikan perlindungan yang setidaknya setara dengan perlindungan yang diberikan di bawah Rekomendasi ini. (4) Sejauh diperlukan, langkah-langkah dapat diambil oleh otoritas berwenang atau melalui perangkat yang sesuai di suatu negara, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan organisasi pekerja terkait, jika ada, untuk mengecualikan dari pemberlakuan Rekomendasi ini atau ketentuan-ketentuan tertentu darinya kategori terbatas orang yang dipekerjakan lainnya yang padanya masalah-masalah khusus yang bersifat substansial muncul dalam hal kondisi kerja tertentu pekerja terkait atau ukuran atau sifat perusahaan yang mempekerjakan mereka. 3. (1) penjagaan yang memadai harus disediakan terhadap pemanfaatan kontrak kerja untuk jangka waktu tertentu yang tujuannya adalah untuk menghindari perlindungan yang dihasilkan dari Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982, dan Rekomendasi ini. (2) Untuk tujuan ini, misalnya, ketentuan dapat dibuat untuk satu atau lebih hal-hal berikut: (a) membatasi pemanfaatan kontrak untuk jangka waktu tertentu untuk kasus-kasus di mana, karena sifat pekerjaan yang akan terdampak atau keadaan di mana pekerjaan tersebut akan terdampak atau kepentingan pekerja, hubungan kerja tidak bisa berdurasi tidak pasti; (b) menganggap kontrak untuk jangka waktu tertentu, selain dalam kasus yang disebutkan di klausul (a) subparagraf ini, sebagai kontrak kerja berdurasi tidak pasti; (c) menganggap kontrak untuk jangka waktu tertentu, ketika diperbarui pada satu atau lebih kesempatan, selain dalam kasus-kasus yang disebutkan di klausul (a) subparagraf ini, sebagai kontrak kerja berdurasi tidak pasti. 4. Untuk tujuan Rekomendasi ini istilah pemutusan dan pemutusan hubungan kerja berarti pemutusan hubungan kerja atas inisiatif pengusaha. 6

II. Standar Pemberlakuan Umum Alasan Pemutusan 5. Selain alasan-alasan yang disebutkan di Pasal 5 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982, berikut ini tidak boleh menjadi alasan yang sah untuk pemutusan: (a) usia, tunduk pada undang-undang dan praktik nasional berkenaan dengan pensiun; (b) ketidakhadiran kerja karena tugas wajib militer atau kewajiban kemasyarakatan lainnya, sesuai dengan undang-undang dan praktik nasional. 6. (1). Ketidakhadiran kerja sementara karena sakit atau cedera tidak akan menjadi alasan yang sah untuk pemutusan. (2) Definisi mengenai apa yang merupakan ketidakhadiran kerja sementara, sejauh mana surat keterangan dokter akan diperlukan dan kemungkinan pembatasan pemberlakuan subparagraf (1) Paragraf ini harus ditentukan sesuai dengan metode pemberlakuan sebagaimana dimaksud di Pasal 1 Rekomendasi ini. Prosedur Sebelum atau pada Waktu Pemutusan 7. Pekerjaan seorang pekerja tidak boleh diputus karena suatu jenis pelanggaran yang berdasarkan undang-undang atau praktik nasional akan membenarkan pemutusan hanya jika diulang pada satu kesempatan atau lebih, kecuali pengusaha telah memberi pekerja peringatan tertulis yang sesuai. 8. Pekerjaan seorang pekerja tidak boleh diputus karena kinerja yang tidak memuaskan, kecuali pengusaha telah memberi pekerja instruksi yang sesuai dan teguran tertulis dan pekerja tetap melaksanakan tugasnya secara tidak memuaskan setelah jangka waktu yang wajar untuk perbaikan telah berlalu. 9. Seorang pekerja harus diberi hak untuk dibantu oleh seseorang lain ketika membela diri, sesuai dengan Pasal 7 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982, terhadap tuduhan tentang perilaku atau kinerjanya yang berkemungkinan mengakibatkan pemutusan hubungan kerjanya; hak ini mungkin ditentukan oleh metode pemberlakuan sebagaimana dimaksud di Paragraf 1 Rekomendasi ini. 10. Pengusaha harus dianggap telah melepaskan haknya untuk memutus hubungan kerja seorang pekerja atas kesalahan jika dia tidak melakukannya dalam jangka waktu yang wajar setelah dia megetahui kesalahan tersebut. 11. Pengusaha dapat berkonsultasi dengan perwakilan pekerja sebelum keputusan terakhir diambil pada kasus pemutusan hubungan kerja individual. 12. Pengusaha harus memberitahukan kepada seorang pekerja secara tertulis mengenai keputusan untuk memutus hubungan kerjanya. 13. (1) Seorang pekerja yang telah diberitahu tentang pemutusan hubungan kerja atau yang hubungan kerjanya telah diputus harus diberi hak untuk menerima, dengan permintaan, pernyataan tertulis dari pengusahanya mengenai alasan atau alasan-alasan pemutusan tersebut. 7

R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 (2) Subparagraf (1) Paragraf ini tidak perlu diterapkan dalam kasus pemutusan kolektif untuk alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 dari Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982, jika prosedur yang ditentukan di dalamnya diikuti. Prosedur Banding terhadap Pemutusan 14. Ketentuan bisa dibuat untuk pemanfaatan prosedur perdamaian sebelum atau selama proses banding terhadap pemutusan hubungan kerja. 15. Upaya-upaya harus dilakukan oleh otoritas publik, perwakilan pekerja dan organisasi pekerja untuk memastikan bahwa pekerja sepenuhnya diberitahu tentang kemungkinan banding yang mereka miliki. Waktu Libur dari Pekerjaan selama Masa Pemberitahuan 16. Selama masa pemberitahuan sebagaimana dimaksud di Pasal 11 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982, pekerja harus, dengan tujuan untuk mencari pekerjaan lain, berhak atas sejumlah waktu libur yang wajar tanpa kehilangan upah, yang diambil di waktu yang tepat untuk kedua belah pihak. Sertifikat Kerja 17. Seorang pekerja yang pekerjaannya telah diputus harus diberi hak untuk menerima, dengan permintaan, sertifikat dari pengusaha yang hanya menerangkan tanggal pengikatannya dan pemutusan hubungan kerjanya dan jenis atau jenis-jenis pekerjaan yang dia bekerja di dalamnya; namun demikian, dan atas permintaan pekerja, evaluasi perilaku dan kinerjanya dapat diberikan di dalam sertifikat ini atau di sertifikat terpisah. Perlindungan Pesangon dan Penghasilan Lain 18. (1) Seorang pekerja yang pekerjaaannya telah diputus harus diberi hak, sesuai dengan undangundang dan praktik nasional, atas (a) pesangon atau tunjangan pemutusan lainnya, yang jumlahnya harus didasarkan, antara lain, pada masa kerja dan tingkat upah, dan dibayar secara langsung oleh majikan atau dengan dana yang dibentuk dengan kontribusi pengusaha; atau (b) tunjangan dari asuransi pengangguran atau bantuan atau bentuk jaminan sosial lain, misalnya tunjangan hari tua atau tunjangan kecacatan, di bawah kondisi normal yang dikenakan tunjangan semacam itu; atau (c) kombinasi pesangon dan tunjangan semacam itu. (2) Seorang pekerja yang tidak memenuhi persyaratan kualifikasi untuk asuransi atau bantuan pengangguran di bawah skema bercakupan umum tidak perlu dibayar dengan pesangon atau tunjangan sebagaimana dimaksud di subparagraf (1) (a) Paragraf ini semata-mata karena dia tidak menerima tunjangan pengangguran di bawah subparagraf (1) (b). 8

(3) Ketentuan dapat dibuat oleh metode pemberlakuan sebagaimana dimaksud di Paragraf 1 Rekomendasi ini atas hilangnya hak terhadap pesangon atau tunjangan sebagaimana dimaksud dalam subparagraf (1) (a) Paragraf ini bila terjadi pemutusan atas pelanggaran serius. III. Ketentuan Tambahan Berkenaan Dengan Pemutusan Hubungan Kerja karena Alasan Ekonomi, Teknologi, Struktural atau Sejenisnya 19. (1) Semua pihak terkait harus berusaha untuk mencegah atau meminimalkan sejauh mungkin pemutusan hubungan kerja karena alasan yang bersifat ekonomi, teknologi, struktural atau sejenisnya, tanpa merugikan operasi efisien usaha, perusahaan atau jasa, dan untuk mengurangi dampak merugikan suatu pemutusan hubungan kerja karena alasan-alasan ini pada pekerja atau pekerja-pekerja terkait. (2) Bila diperlukan, otoritas berwenang harus membantu berbagai pihak dalam mencari solusi atas masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pemutusan yang direncanakan. Konsultasi tentang Perubahan-perubahan Besar dalam Usaha 20. (1) Saat pengusaha merencanakan pengenalan perubahan besar dalam produksi, program, organisasi, struktur, atau teknologi yang kemungkinan menyebabkan pemutusan, pengusaha harus berkonsultasi dengan perwakilan pekerja terkait sedini mungkin mengenai, antara lain, pengenalan perubahan-perubahan semacam itu, dampak yang kemungkinan ditimbulkannya dan langkah-langkah untuk mencegah atau mengurangi dampak merugikan dari perubahanperubahan tersebut. (2) Untuk memungkinkan perwakilan pekerja terkait berpartisipasi secara efektif dalam konsultasi sebagaimana dimaksud di subparagraf (1) Paragraf ini, pengusaha harus memberi mereka, dalam waktu yang baik, semua informasi relevan mengenai perubahan-perubahan besar yang direncanakan dan dampak yang kemungkinan ditimbulkannya. (3) Untuk tujuan Paragraf ini istilah perwakilan pekerja terkait berarti perwakilan pekerja yang diakui demikian oleh undang-undang atau praktik nasional, sesuai dengan Konvensi Perwakilan Pekerja, 1971. Langkah-langkah untuk mencegah atau Meminimalkan Pemutusan 21. Langkah-langkah yang harus dipertimbangkan dengan tujuan untuk mencegah atau meminimalkan pemutusan hubungan kerja karena alasan yang bersifat ekonomi, teknologi, struktural atau sejenisnya dapat mencakup, antara lain, pembatasan mempekerjakan, menyebarkan pengurangan tenaga kerja selama jangka waktu tertentu untuk memungkinkan pengurangan tenaga kerja secara alami, perpindahan internal, pelatihan dan pelatihan ulang, pensiun dini sukarela dengan perlindungan pendapatan yang sesuai, pembatasan lembur dan pengurangan jam kerja normal. 9

R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 22. Bila dipandang bahwa pengurangan sementara jam kerja normal akan cenderung mencegah atau meminimalkan pemutusan hubungan kerja yang disebabkan oleh kesulitan ekonomi sementara, pertimbangan harus diberikan pada kompensasi sebagian atas hilangnya upah untuk jam normal yang tidak dijalani, dibiayai dengan metode yang sesuai berdasarkan undang-undang dan praktik nasional. Kriteria Seleksi untuk Pemutusan 23. (1) Seleksi yang dilakukan oleh pengusaha terhadap pekerja yang pekerjaannya harus diputus karena alasan-alasan yang bersifat ekonomi, teknologi, struktural atau sejenisnya harus dilakukan sesuai dengan kriteria, sedapat mungkin ditentukan sebelumnya, yang memberi bobot semestinya pada kepentingan usaha, perusahaan atau jasa dan juga pada kepentingan pekerja. (2) Kriteria ini, urutan prioritasnya dan bobot relatifnya, harus ditentukan oleh metode pemberlakuan sebagaimana dimaksud di Paragraf 1 Rekomendasi ini. Prioritas Pemekerjaan Kembali 24. (1) Pekerja yang pekerjaannya telah diputus karena alasan-alasan yang bersifat ekonomi, teknologi, struktural atau sejenisnya, harus diberi prioritas tertentu untuk dipekerjakan kembali jika pengusaha mempekerjakan lagi pekerja dengan kualifikasi yang sebanding, tunduk pada apakah mereka, dalam jangka waktu tertentu sejak mereka pergi, menyatakan keinginan untuk dipekerjakan kembali. (2) prioritas pemekerjaan kembali semacam itu bisa dibatasi pada jangka waktu tertentu. (3) Kriteria untuk prioritas pemekerjaan kembali, persoalan tetap dipertahankannya hak-hak terutama hak senioritas bila terjadi pemekerjaan kembali, serta ketentuan yang mengatur upah pekerja yang dipekerjakan kembali, harus ditentukan sesuai dengan metode pemberlakuan sebagaimana dimaksud di Paragraf 1 Rekomendasi ini. Mengurangi Dampak Pemutusan 25. (1) Bila terjadi pemutusan hubungan kerja karena alasan yang bersifat ekonomi, teknologi, struktural atau sejenisnya, penempatan pekerja yang terdampak dalam pekerjaan alternatif yang sesuai secepat mungkin, dengan pelatihan atau pelatihan ulang bila diperlukan, harus dipromosikan dengan langkah-langkah yang sesuai dengan keadaan nasional, dilakukan oleh otoritas berwenang, bila memungkinkan dengan kerjasama antara pengusaha dan perwakilan pekerja terkait. (2) Bila memungkinkan, pengusaha harus membantu para pekerja yang terdampak dalam mencari pekerjaan alternatif yang sesuai, misalnya melalui kontak langsung dengan pengusaha lain. (3) Dalam membantu para pekerja yang terdampak dalam mendapatkan pekerjaan alternatif yang sesuai atau pelatihan atau pelatihan ulang, mungkin harus memperhatikan Konvensi dan Rekomendasi Pengembangan Sumber Daya Manusia, 1975. 10

26. (1) Dengan tujuan untuk mengurangi dampak buruk pemutusan hubungan kerja karena alasan yang bersifat ekonomi, teknologi, struktural atau sejenisnya, pertimbangan harus diberikan untuk memberikan perlindungan penghasilan dalam setiap program pelatihan atau pelatihan ulang dan penggantian sebagian atau seluruh biaya terkait dengan pelatihan atau pelatihan ulang dan dengan menemukan dan mengambil pekerjaan yang menuntut perpindahan tempat tinggal. (2) Otoritas berwenang harus mempertimbangkan menyediakan sumber daya keuangan untuk mendukung secara penuh atau sebagian langkah-langkah sebagaimana dimaksud di subparagraf (1) Paragraf ini, sesuai dengan undang-undang dan praktik nasional. IV. Dampak pada Rekomendasi Sebelumnya 27. Rekomendasi ini dan Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982, menggantikan Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1963. Rujukan Silang Konvensi: C158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Konvensi: C142 Konvensi Pengembangan Sumber Daya Manusia, 1975 Rekomendasi: R150 Rekomendasi Pengembangan Sumber Daya Manusia, 1975 Rekomendasi: R119 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1963 Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Departemen Standar Perburuhan Internasional (NORMES) melalui email: infonorm@ilo.org Copyright 2006 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Penolakan: webinfo@ilo.org 11