PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

perkembangan kognitif anak. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis di sajikan pada Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

TINJAUAN PUSTAKA Status Gizi dan Pengukurannya

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-otot halus pada tangan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat. tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) dikatakan berkualitas bila memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Pencapaian pembangunan manusia yang berkualitas dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Ada tiga faktor yang menjadi indikator IPM yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dengan status gizi masyarakat. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (BAPPENAS 2010) menyatakan bahwa dari laporan Human Development Reports, UNDP, tahun 2010 IPM Indonesia dikategorikan dalam medium human development dan menduduki ranking 108 dari 182 negara. Sejalan dengan itu status gizi balita di Indonesia juga masih sangat mengkhawatirkan. Terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 (Kemenkes Balitbang 2010) melaporkan bahwa prevalensi balita menderita status gizi kurang sebesar 17.9% dan gizi buruk sebesar 4.9%. Dimana kondisi kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas SDM. Selain itu juga Depdiknas tahun 2002 melaporkan dari 26 juta anak usia dini (0-6 tahun), baru 17% anak yang mengikuti pendidikan usia dini. Padahal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang diselenggarkan sebelum jenjang pedidikan dasar (Kemendiknas 2010). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 1 angka 14 yang menyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Kualitas SDM ditentukan oleh keberhasilan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ada dua, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar (Darmadji et al. 1984). Faktor dari dalam ini bersifat genetik, dan faktor dari luar yaitu lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor yang sudah ada dalam diri anak sendiri, termasuk halhal yang diturunkan oleh orang tua, seperti warna rambut dan bentuk tubuh,

2 sedangkan faktor lingkungan adalah faktor keluarga (terutama sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, dalam hubungan orang tua dengan anak), pemeliharan, budaya setempat, dan teman bermain. Menurut Martorell (1996) menyatakan bahwa kekurangan gizi pada balita akan berdampak pada pertumbuhan fisik tertunda, perkembangan motorik dan kognitif tergangguan. Pengaruh ini dapat menyebabkan penurunan IQ sebesar 15 poin. Khomsan (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak yang cepat terjadi pada usia di bawah lima tahun. Bahkan fase pertumbuhan otak cepat (growth spurt) terjadi sampai usia 18 bulan. Status gizi anak pada dua tahun pertama sangat menentukan perkembangan kognitif di masa yang akan datang. Ditambahkan Soedjatmiko (2008) bahwa sejak usia kehamilan enam bulan sampai anak berusia dua tahun, merupakan waktu pertumbuhan percabangan sel-sel otak paling cepat. Semakin sering, bervariasi dan teratur rangsangan atau stimulasi yang diterima sejak usia kehamilan enam bulan sampai usia dua tahun maka semakin kuat hubungan antara sinaps sel-sel di otak kiri dan kanan. Kualitas kecerdasan anak tergantung dari kualitas sel-sel otak yang terbentuk sampai usia 2-3 tahun. Kualitas sel-sel otak tergantung pada ransangan (stimulasi) dan kualitas gizi untuk perkembangan fungsi-fungsi sel-sel otak tersebut. Oleh karena itu kebutuhan gizi dan stimulasi dini sangat penting terutama sejak didalam kandungan sampai berusia 2-3 tahun (Soedjatmiko 2008). Kemudian Rahmaulina dan Hastuti (2008) menyatakan kualitas SDM sangat ditentukan oleh kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak yang dikembangkan melalui pengasuhan oleh keluarga, terutama orang tua. Selain itu, kurangnya gizi akan berdampak pada perubahan perilaku sosial, perhatian menurun, kemampuan belajar, dan rendahnya hasil belajar (Jalal 2009). Demikian juga dalam penelitian Grantham Mc-Gregor (1995) menemukan bahwa anak yang memiliki status gizi baik akan memiliki tingkat perkembangan yang baik. Status gizi anak usia dini dalam jangka pendek berdampak pada perkembangan otak, pertumbuhan massa otot dan komposisi tubuh, serta pemprograman metabolism zat-zat gizi, sedangkan dampak pda jangka panjang adalah performance kognitif, imunitas dan produktivtas kerja, serta meningkatkan kejadian-kejadian penyakit degeneratif (ACC/SCN 2000). Kemudian Jalal (2009) menyatakan bahwa anak yang memiliki status kesehatan dan gizi yang rendah, cenderung untuk tidak berprestasi di sekolah karena mereka memiliki kemampuan yang rendah dalam berkonsentrasi dan menyerap pembelajaran

3 yang diterima. Kemudian berdasarkan hasil studi Zeitlin (2000) menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan baik akan memiliki tingkat perkembangan yang baik. Demikian pula hasil penelitian Anwar (2002) menemukan bahwa ada hubungan antara model pengasuhan anak di bawah dua tahun dengan peningkatkan perkembangan psikososial anak. Hastuti et al. (2010) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak yang rendah dapat mengindikasikan rendahnya tingkat pengasuhan orang tua kepada anak. Ditambahkan Evans et al. (2000) bahwa perkembangan anak bersifat holistic dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kesehatan, gizi, sosial, emosional, dan spiritual. Dengan kata lain, bila kekurangan gizi, status kesehatan rendah, dan tidak optimalnya pengasuhan anak akan menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan kognitif, motorik, sosial dan emosional anak. Selain itu karakteristik ibu, yaitu pengetahuan dan status gizi ibu juga mempengaruhi pola asuh yang dilakukan oleh ibu. Myers (1992) menyatakan bahwa banyaknya waktu yang digunakan ibu dalam mengasuh anaknya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keadaan gizi anak. Pengetahuan ibu tentang gizi dan penerapannya juga mempengaruhi status gizi anak, dan keadaan status gizi ibu mempengaruhi aktifitas pengasuhan anak. Berdasarkan penelitian Sa diyyah (1998) menemukan bahwa faktor semakin besar keluarga maka semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya. Menurut Satoto (1990) bahwa faktor ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah secara otomatis memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasuh dan merawat anak. Latifah et al. (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan positif antara pendapatan per kapita keluarga dan pendidikan ayah dengan stimulasi psikososial, demikian halnya dengan pendidikan ibu. Hasil penelitian Welsch dan Zimmer (2010) menyatakan bahwa berat badan lahir nyata akan mempengaruhi kognitif pada masa kecil. Adapun permasalahan yang mendasari dari penelitiian ini adalah data Riskesdas 2007 yang melaporkan bahwa persentase balita yang mengalami gizi kurang yang berasal dari keluarga yang tingkat pengeluaran rumah tangga per kapitanya berada di kuintil satu sebesar 15.4% dan untuk gizi buruk sebesar 6.7%. Kemudian Riskesdas 2010 juga melaporkan bahwa persentase balita yang mengalami gizi kurang yang berasal dari keluarga yang tingkat pengeluaran rumah tangga per kapitanya berada di kuintil satu sebesar 15.6% dan untuk gizi

4 buruk sebesar 7.1%. Selain itu Riskesdas 2007 melaporkan persentasi balita yang mengalami gizi kurang yang kepala keluarganya bekerja menjadi petani atau nelayan atau buruh sebesar 14.8%. Demikian pula laporan Riskesdas 2010, persentasi balita yang mengalami gizi kurang yang kepala keluarganya bekerja menjadi petani atau nelayan atau buruh sebesar 15.2%. Terjadi peningkatan persentasi baik prevalensi gizi kurang maupun gizi buruk. Ini menggambarkan bahwa sosial ekonomi rumah tangga berpengaruh terhadap status gizi balita di dalam keluarga tersebut. Berdasarkan BPS (2006), yang melaporkan bahwa Subang merupakan daerah pertanian dan memiliki persentase penduduk miskin yang tergolong tinggi sebesar 18.9% pada tahun 2005. Kemudian Database Kesehatan per Kabupaten melaporkan bahwa Kabupaten Subang tahun 2008 hingga tahun 2010 (Tabel 1) masih memiliki masalah gizi pada balita. Terlihat dari jumlah prevalensi balita yang mengalami masalah gizi cenderung stagnan atau tetap. Meskipun persentasenya masih di bawah 5%, namun diharapkan dapat diselesaikan secara efisien dan efektif agar kualitas SDM Indonesia membaik. Tabel 1 Prevalensi masalah gizi pada balita Kabupaten Subang Tahun BBLR (%) BGM (%) Gizi Buruk (%) 2008 2.19 2.47 0.57 2009 2.00 2.74 0.53 2010 1.24 3.95 0.58 Sumber : Database Kesehatan per Kabupaten (2012) Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan kajian secara lebih mendalam mengenai bagaimana keterkaitan antara status gizi dan pola asuh lingkungan dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah pada keluarga miskin. Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara status gizi dan pola asuh lingkungan dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah pada keluarga miskin. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perbedaan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, asupan

5 gizi anak, pola asuh lingkungan, dan status gizi anak usia prasekolah berdasarkkan keikutsertaan dalam PAUD. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, dengan asupan energi dan protein anak usia prasekolah. 3. Menganalisis hubungan antara asupan energi dan protein anak dengan status gizi anak usia prasekolah. 4. Menganalisis hubungan antara genetik, pola asuh lingkungan, keikutsertaan dalam PAUD, dan status gizi dengan perkembangan kognitif anak. 5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asupan gizi dan perkembangan kognitif anak. Hipotesis Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, asupan gizi anak, pola asuh lingkungan, dan status gizi anak usia prasekolah berdasarkkan keikutsertaan dalam PAUD. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, dengan asupan energi dan protein anak usia prasekolah. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan protein anak dengan status gizi anak usia prasekolah. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara genetik, pola asuh lingkungan, keikutsertaan dalam PAUD, dan status gizi dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. 5. Terdapat faktor yang berpengaruh signifikan terhadap asupan gizi anak dan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Manfaat Melalui hasil penelitian ini akan menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak usia prasekolah, khususnya pada keluarga miskin. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan tentang pola asuh yang tepat untuk

6 balita setempat, secara khusus pada usia prasekolah. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mepengaruhi tumbuh kembang anak, dapat membantu orang tua atau pengasuh anak untuk mengetahui bagaimana cara pengasuhan yang baik untuk mendukung tumbuh kembang anak yang optimal. Diharapkan dapat memberikan masukkan bagi para pengambil kebijakan baik untuk program gizi dan kesehatan agar dapat digunakan untuk peningkatan status gizi dan kesehatan ibu dan anak, khususnya untuk keluarga miskin.