PENGARUH METODE PELATIHAN DAN PENGETAHUAN TENTANG LIMBAH ORGANIK TERHADAP KETERAMPILAN PETANI MEMBUAT PUPUK ORGANIK

dokumen-dokumen yang mirip
ELFARISNA Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kritis matematika siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu data kelompok

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE TEAM QUIZ DAN LEARNING CELL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Edi Prio Baskoro, Hendry Sugianto

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

UMPAN BALIK DAN GAYA KOGNITIF MATAKULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KEDIRI. Sofwan Hadi. STAIN Ponorogo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PROSIDING ISBN :

DAFTAR ISI Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Keterbatasan Masalah Perumusan Masalah...

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

Hesti Noviyana STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT Keywords: Rotating Trio Exchange (RTE) model, Mathematics learning achievements.

A1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS,

Mei Dwi Utami 1,*, Sri Mulyani 2, dan Ashadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Maryetta Evi Hariati: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 0

Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

III. METODE PENELITIAN

Efektivitas Pendekatan Matematika Realistik Ditinjau Dari Sikap Dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI DISIPLIN BELAJAR MAHASISWA

Loria Wahyuni Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sungai Penuh

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA SISWA KELAS VIII

BAB IV PEMBAHASAN. bentuk rata-rata atau mean (M), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (ST), distribusi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT BERBASIS COOPERATIVE

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBUAT HIASAN BUSANA SISWA SMK NEGERI 8 MEDAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepemilikan tanah adalah milik pemerintah. Luas tanah 7872 m 2 dan status tanah

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Pengaruh Metode Brainstroming Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pembelajaran Wujud Zat Di Kelas VII MTs

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

PENGARUH PENGGUNAAN CROSSWORD PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR LEWAT KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 MAKASSAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Dian Mayasari, Ismarti. Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

III. METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Kata kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Matematika Siswa

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENELITI DAN PEMBUATAN SKRIPSI MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA. Rully Charitas Indra Prahmana 1.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Bhakti Pekanbaru, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk pengujian validitas tes angket pada penelitian ini dilakukan

PENGARUH METODE JIGSAW II (JIG II) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS IX SMP SINAR HUSNI TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMP N 1 kabila Kab.Bonebolango

Eksperimentasi Model Pembelajaran RME, NHT, dan MPL Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Balikpapan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MAHASISWA PGSD FIP UNIMED

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK TINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI BELAJAR AKTIF HOLLYWOOD SQUARES

PENGARUH BENTUK TES FORMATIF DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA BAHASA ARAB

Susti Rahmah Yulita S 1

PENERAPAN IPTEKS PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP HASIL BELAJAR GITAR MAYOR MAHASISWA JURUSAN SENI MUSIK FBS UNIMED

Pengaruh Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan Tahun Pembelajaran 2013/2014

STUDI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE NUMBERD HEAD TOGETHER DENGAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DENGAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF DAN MISKONSEPSI FISIKA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

Insar Damopolii 36, Ani Hasan 37, Novri Kandowangko 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tanggal 16 Februari hingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) adalah

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

PENERAPAN METODE PANGALIRAN IMAJI (IMAGE STREAMING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN INVESTIGASI MATEMATIKA SISWA

ANALISIS KOMPARATIF PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR 1) Oleh

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA

Novita Susanti, Jimmi Copriady dan Islamias Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

METODE PENELITIAN. data, uji persyaratan instrument, uji persyaratan analisis data, dan pengujian

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA OLEH SISWA KELAS VIII SMP PGRI 9 PERCUT SEI TUAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 OLEH

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten

Pengaruh Model Experiential Learning Berbasis Eksperimen Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Palu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 UBUKLINGGAU.

BAB IV PENGGUNAAN STRATEGI JOEPARDY GAME

STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IA SMAN 5 SOLOK SELATAN

Puger Honggowiyono, Dedy Arif Budiawan

Transkripsi:

PENGARUH METODE PELATIHAN DAN PENGETAHUAN TENTANG LIMBAH ORGANIK TERHADAP KETERAMPILAN PETANI MEMBUAT PUPUK ORGANIK Elfarisna Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta Email : elfa.risna@yahoo.com Pertambahan jumlah penduduk telah memunculkan masalah lingkungan yang cukup mengkhawatirkan akibat pembuangan limbah, mulai dari limbah industri hingga limbah rumah tangga. Limbah yang berasal dari rumah tangga adalah penyumbang terbesar dari limbah yang ada saat ini. Padahal limbah padat yang berbahan dasar organik dapat dijadikan sebagai pupuk yang sekaligus dapat membantu petani dalam mengatasi kebutuhan pupuk untuk tanamannya. Selama ini pelaksanaan transfer teknologi kepada petani lebih banyak dilakukan dengan cara demonstrasi. Pelaksanaan secara demonstrasi membutuhkan biaya yang tinggi sehingga perlu diteliti dengan cara diskusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan petani dengan metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap keterampilan petani dalam membuat pupuk organik dari limbah rumah tangga. Penelitian dilakukan di Desa Cihowe Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, yang dilaksanakan bulan Februari sampai dengan Juni 2011. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan variabel terikatnya adalah keterampilan petani membuat pupuk organik. Variabel bebas perlakuan adalah metode pelatihan yang terdiri dari metode diskusi dan metode demonstrasi, sedangkan variabel bebas atribut adalah pengetahuan tentang limbah organik yang dibagi dalam dua tingkatan yaitu pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah. Adapun rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Faktorial 2 x 2 dengan 2 kelompok perlakuan. Dari hasil tes pengetahuan tentang limbah organik tersebut diambil 27 % dari setiap kelompok yang berjumlah 40 orang petani, maka diperoleh masing-masing kelompok berjumlah 11 orang yang memiliki pengetahuan tentang limbah organik tinggi dan 11 orang yang memiliki pengetahuan tentang limbah organik rendah. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah keterampilan membuat pupuk organik diukur dengan menggunakan instrumen skala bertingkat (Rating Scale Numeric) dengan tiga penilaian. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan keterampilan petani membuat pupuk organik yang dilatih dengan metode diskusi lebih baik dibandingkan dengan metode demonstrasi. Petani yang mempunyai pengetahuan limbah organik rumah tangga yang tinggi dan dilatih dengan metode diskusi lebih baik dibandingkan dengan yang dilatih dengan metode demonstrasi. Petani yang mempunyai pengetahuan limbah organik yang rendah dan dilatih dengan metode demonstrasi ternyata keterampilan petani membuat pupuk organik lebih baik dibandingkan dengan petani yang dilatih dengan metode diskusi, tetapi tidak signifikan. Terdapat interaksi antara metode pelatihan dan pengetahuan limbah organik rumah tangga terhadap keterampilan petani membuat pupuk organik. Kata Kunci : pelatihan, limbah organik, pupuk organik PENDAHULUAN Kerusakan lingkungan banyak disebabkan oleh aspek perilaku manusia yang antroposentris. Antroposentris adalah teori lingkungan yang memandang manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung (Keraf, 2002). Bertambah banyaknya jumlah penduduk telah memunculkan masalah lingkungan yang cukup mengkhawatirkan, yang salah satunya muncul akibat pembuangan limbah, mulai dari limbah industri hingga limbah rumah tangga. Limbah yang berasal dari rumah tangga adalah penyumbang terbesar dari limbah yang ada saat ini. Bahkan, kini limbah yang berasal dari rumah tangga khususnya di kota-kota besar di Jawa Barat, sudah mencapai 80% (Iqbal, 1995). Padahal limbah padat yang D. 38

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.38-B.47 berbahan dasar organik dapat dijadikan sebagai pupuk yang sekaligus dapat membantu petani dalam mengatasi kebutuhan pupuk untuk tanamannya. Masalah limbah domestik sangat erat hubungannya dengan kultur masyarakat. Masyarakat sudah terbiasa membuang sampah dan limbah secara sembarangan. Sehubungan dengan itu diharapkan masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Kemudian apabila sampah tersebut masih mempunyai nilai ekonomis maka sampah tersebut bisa didaur ulang, seperti plastik, kertas, besi, dan limbah organik bisa dijadikan pupuk. Sisa dari kegiatan manusia pada umumnya berupa limbah padat dan limbah cair. Mungkin tak pernah terpikirkan, bahwa limbah tersebut dapat dimanfaatkan kembali dan mampu menciptakan penghasilan. Bila tidak dikelola dengan baik, limbah rumah tangga akan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup. Saat ini sampah yang mulai banyak dimanfaatkan kembali oleh masyarakat adalah jenis limbah padat, misalnya plastik, kaca, kertas, logam dan sebagainya. Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada teori (Rivai dan Sagala,2009). Pelatihan merupakan suatu usaha untuk membekali anggota masyarakat atau organisasi dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas atau pekerjaan. Pelatihan menekankan kepada bentuk kursus dan dengan program-program jangka pendek dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap untuk peningkatan kualitas pekerjaan atau pengembangan di masa depan (Lewis and Smith, 1994). Selama ini pelaksanaan transfer teknologi kepada petani lebih banyak dilakukan dengan cara demonstrasi. Pelaksanaan secara demonstrasi membutuhkan biaya yang tinggi sehingga perlu diteliti dengan cara diskusi. Cara ini juga membutuhkan bantuan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). PPL sebagai pentransfer teknologi kepada petani saat ini jumlahnya terbatas. Seorang PPL seharusnya ada di setiap desa/kelurahan, tetapi masih ada PPL yang menangani beberapa desa, sehingga bisa dibayangkan agak sulitnya mereka untuk menyampaikan informasi dan menangani permasalahan petani yang jumlahnya banyak (UU No 16 Tahun 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan petani dengan metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap keterampilan petani dalam membuat pupuk organik dari limbah rumah tangga. Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat memberikan infomasi kepada pemerintah dan PPL mengenai pengaruh metode D. 39

Elfarisna, Pengaruh Metode Pelatihan pelatihan dan pengetahuan petani tentang limbah organik terhadap keterampilan petani dalam membuat pupuk organik dari limbah rumah tangga. Di samping itu juga dapat memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada petani tentang limbah organik dan cara pembuatan pupuk organik dan mengurangi permasalahan limbah terutama limbah rumah tangga. Pemanfaatan limbah organik rumah tangga sebagai pupuk tanaman, dan memasyarakatkan penggunaan pupuk organik. METODOLOGI Penelitian dilakukan di Desa Cihowe Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, yang dilaksanakan bulan Februari sampai dengan Juni 2011. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan variabel terikatnya yaitu keterampilan petani membuat pupuk organik. Variabel bebas perlakuan adalah metode pelatihan yang terdiri dari metode diskusi dan metode demonstrasi, sedangkan variabel bebas atribut adalah pengetahuan tentang limbah organik yang dibagi dalam dua tingkatan yaitu pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah. Adapun rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial 2 x 2 seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 Variabel Perlakuan (A) Metode Pelatihan Variabel Atribut (B) Diskusi (A 1 ) Demonstrasi (A 2 ) Pengetahuan tentanglimbah organik Keterangan : Tinggi (B 1 ) A 1 B 1 A 2 B 1 Rendah (B 2 ) A 1 B 2 A 2 B 2 A 1 B 1 = Kelompok petani yang mempunyai pengetahuan tentang limbah organik tinggi dan diberikan pelatihan dengan metode diskusi A 2 B 1 = Kelompok petani yang mempunyai pengetahuan tentang limbah organik tinggi dan diberikan pelatihan dengan metode demonstrasi A 1 B 2 = Kelompok petani yang mempunyai pengetahuan tentang limbah organik rendah dan diberikan pelatihan dengan metode diskusi A 2 B 2 = Kelompok petani yang mempunyai pengetahuan tentang limbah organik rendah dan diberikan pelatihan dengan metode demonstrasi Petani dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, 40 orang peserta mendapat pelatihan dengan metode diskusi dan 40 orang lainnya mendapat pelatihan dengan metode demonstrasi. Pada metode diskusi kegiatan peserta hanya berdiskusi tentang pembuatan pupuk organik dengan didampingi pelatih, sedangkan pada metode demonstrasi pelatih mendemonstrasikan langsung cara pembuatan pupuk organik. D. 40

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.38-B.47 Sebelum pelatihan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran variabel atribut yaitu tingkat pengetahuan petani tentang limbah organik. Data pengetahuan tentang limbah organik petani diperoleh melalui tes dalam bentuk pilihan soal benar dan salah yang berjumlah 40 soal. Jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Dari hasil tes pengetahuan tentang limbah organik tersebut diambil 27 % (Ebel, 1979) dari setiap kelompok yang berjumlah 40 orang petani, maka diperoleh masing-masing kelompok berjumlah 11 orang yang memiliki pengetahuan tentang limbah organik tinggi dan 11 orang yang memiliki pengetahuan tentang limbah organik rendah. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan membuat pupuk organik diukur dengan menggunakan instrumen skala bertingkat (Rating Scale Numeric) dengan tiga penilaian yaitu : Terampil (T) diberi skor 3, cukup terampil (CT) diberi skor 2, kurang terampil (KT) diberi skor 1. Skor tertinggi untuk 16 penilaian keterampilan adalah 48 dan skor terendah 16. Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih dahulu instrumen dilakukan uji validitas, kemudian diuji cobakan dan diuji reliabilitasnya. Pelatih dan penilai keterampilan petani membuat pupuk organik sebanyak 6 orang. Empat orang pelatih/penilai berasal dari dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan dua orang dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Wilayah Ciseeng. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan secara umum karakteristik variabel penelitian dalam bentuk skor rata-rata, skor median, skor modus, standar deviasi dan varians. Analisis inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas data dan uji homogenitas data, sedangkan pengujian hipotesis penelitian terdiri dari uji pengaruh metode pelatihan terhadap keterampilan petani membuat pupuk organik dari limbah rumah tangga dengan mempertimbangkan pengetahuan tentang limbah organik serta interaksi antara kedua faktor tersebut. Tabel 2 berikut adalah rangkuman data hasil penelitian : D. 41

Elfarisna, Pengaruh Metode Pelatihan Tabel 2. Rangkuman Data Hasil Penelitian Membuat Pupuk Organik Pengetahuan Limbah Organik Variabel Total Tinggi Rendah Diskusi n = 11 X = 37.27 x = 410 x 2 = 7071,25 S = 3.00 n = 11 X = 31 x = 355 x 2 = 4369 S = 1.85 n = 22 X = 34.77 x = 765 x 2 = 11440.25 S = 3.53 Metode Pelatihan Demonstrasi n = 11 X = 31.91 x = 351 x 2 = 3989 S = 2.30 n = 11 X = 33.23 x = 364 x 2 = 4509 S = 2.12 n = 22 X = 32.50 x = 715 x 2 = 8498 S = 2.28 Total n = 22 X = 34.59 x = 761 x 2 =11060.25 S = 3.79 n = 22 X = 32.12 x = 719 x 2 = 8878 S = 2.03 n = 44 X = 33.64 x = 1480 x 2 =19938.25 S = 3.07 Pengujian hipotesis menggunakan analisis varians dua arah merujuk pada Sudjana (1994). Perhitungan anova secara lengkap rangkumannya dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Rangkuman hasil perhitungan Anova 2 x 2 Sumber Varians dk JK RJK Fhit Antar Kelompok Perlakuan Efek(Metode pelatihan ) Efek B (Pengetahuan) Interaksi A x B Kekeliruan (E) 3 1 1 1 40 201.92 40.10 56.82 105 226.26 67.31 40.10 56.82 105 5.66 11.89** 7.08* 10.04** 18.55*** α=0.05 2.84 4.08 4.08 4.08 F Tabel α=0,01 4.31 7.31 7.31 7.31 Total 43 428.18 ** : p < 0.01 ; * : p < 0.05 Berdasarkan data hasil penelitian, terdapat perbedaan yang signifikan tentang keterampilan petani membuat pupuk organik, antara yang mengikuti pelatihan melalui metode diskusi dengan yang mengikuti pelatihan malalui metode demonstrasi. Hasil penelitian secara keseluruhan diketahui bahwa rata-rata keterampilan petani membuat pupuk organik yang dilatih dengan metode diskusi sebesar 34.77 adalah lebih besar apabila dibandingkan dengan kelompok petani yang dilatih dengan metode demonstrasi sebesar 32.50. Hal ini menunjukkan bahwa metode diskusi lebih baik dibandingkan dengan metode demonstrasi dalam memberikan pelatihan kepada petani. Metode diskusi D. 42

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.38-B.47 memberikan kesempatan kepada petani dalam mengemukakan pendapatnya sendiri dan adanya interaksi antara pelatih dan petani ternyata lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelatihan melalui diskusi, sehingga petani lebih baik keterampilannya dalam membuat pupuk organik dari limbah rumah tangga. Di berbagai jenis masyarakat, diskusi kelompok digunakan untuk banyak tujuan. Diskusi kelompok membantu proses alih teknologi dari ahlinya kepada anggota kelompok. Diskusi kelompok merupakan metode pelatihan yang sangat penting, karena memberikan kesempatan untuk mempengaruhi perilaku pesertanya. Diskusi kelompok membantu anggotanya memadukan pengetahuan dengan memberikan kesempatan mengajukan pertanyaan, menghubungkan informasi baru dengan yang telah mereka ketahui, dan jika perlu, memperbaharui pandangan mereka (Van dan Hawkins, 1999). Berdasarkan pengujian terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan petani membuat pupuk organik pada kelompok petani yang mempunyai pengetahuan tinggi, yang mengikuti pelatihan dengan metode diskusi dengan kelompok petani yang mengikuti pelatihan dengan metode demonstrasi. Hal tersebut karena metode diskusi yang memberikan kesempatan seluasluasnya kepada petani untuk mengemukakan pendapatnya, atau menanyakan hal-hal yang belum jelas sangat cocok dengan karakteristik petani yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang limbah organik rumah tangga. Sebab petani yang mempunyai tingkat pengetahuan limbah organik rumah tangga yang tinggi biasanya mempunyai kepercayaan diri yang cukup tinggi sehingga berani tampil berbicara atau mengemukakan pendapatnya. Mereka juga lebih kritis dan aktif dalam menanggapi berbagai informasi yang disampaikan (Van dan Hawkins, 1999). Setiap kelompok diskusi terdiri dari enam tujuh orang petani sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik. Dalam diskusi peserta secara terbuka berbagi pandangan, pengalaman, perasaan, dan pendapat mengenai topik yang dipilih. Pelatih dapat hanya sekadar menjadi pengamat, atau mengarahkan jalannya diskusi agar tetap berada dijalurnya, atau secara aktif menjadi fasilitator. Untuk menjadi fasilitator, pelatih membantu para peserta menggali pemikirannya, namun tidak memasukkan pandangannya sendiri (Davies, 2005). Metode diskusi merupakan metode yang biasanya dipergunakan dalam pelatihan orang dewasa, karena mereka dapat berpartisipasi aktif untuk menyumbangkan pemikiran, gagasan dalam kegiatan diskusi. Menurut Schmidt (1982), keterampilan merupakan aktivitas seseorang yang kualitasnya tergantung pada latihan dan pengetahuan/pengalaman individu dalam melakukan suatu pekerjaan/aktivitas. D. 43

Elfarisna, Pengaruh Metode Pelatihan Berdasarkan data hasil penelitian, keterampilan petani dalam membuat pupuk organik pada kelompok petani yang mempunyai pengetahuan rendah, dan mengikuti pelatihan dengan metode demonstrasi memiliki rata-rata 33.23. Nilai rataan ini ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang mempunyai pengetahuan rendah, yang dilatih dengan metode diskusi (dengan rata-rata sebesar 31). Tetapi hasil uji dengan menggunakan uji Tukey memperoleh hasil yang tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan metode pelatihan bagi petani membuat pupuk organik pada petani yang mempunyai pengetahuan limbah organik rendah, antara metode diskusi dengan metode demonstrasi (Tabel 4). Tabel 4. Rangkuman hasil perhitungan Uji Tukey No 1 2 Kelompok Yang Dibandingkan A1B1 dengan A2B1 A1B2 dengan A2B2 Q hitung Q Tabel 0,05 Keterangan 7.44 1.14 3.74 3.74 Signifikan Non Signifikan Rumambi (2004) yang meneliti tentang pengetahuan nelayan terhadap ekosistem terumbu karang di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung dengan menggunakan pendekatan metode ceramah dan metode demonstrasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang bagi nelayan yang diberi penyuluhan dengan metode demonstrasi lebih tinggi daripada metode ceramah. Keuntungan demonstrasi adalah kesanggupan melihat suatu metode baru untuk dituangkan dalam praktek. Tidak diperlukan adanya saling mempercayai yang tinggi antara petani dan penyuluh, karena petani dapat melihat sendiri segala sesuatunya dengan jelas. Demonstrasi dapat menunjukkan langsung efek dari suatu perlakuan di lapangan. Metode demonstrasi sangat tepat bagi orang yang tidak bisa berfikir secara abstrak (Silberman, 2006). Petani dengan pengetahuan limbah organik rumah tangga rendah biasanya mereka pasif dan kurang berani dalam mengemukakan pendapat (Van dan Hawkins, 1999). Mereka cenderung tidak mudah percaya pada orang luar, kurang kritis dan kurang dapat berfikir secara abstrak, tetapi dalam penelitian ini mereka mempunyai keterampilan yang tidak berbeda antara yang dilatih dengan metode demonstrasi dan metode diskusi. Hal ini bisa disebabkan karena setiap kelompok diskusi terdiri dari enam tujuh orang petani yang dilatih oleh satu orang pelatih. Dengan jumlah yang tidak terlalu banyak dalam setiap kelompok diskusi, maka diskusi akan berjalan dengan baik artinya petani benar-benar memahami apa yang sedang didiskusikan, D. 44

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.38-B.47 sehingga keterampilan dalam membuat pupuk organik tidak berbeda antara dengan yang dilatih melalui metode demonstrasi. Berdasarkan uji hipotesis (Tabel 3) terbukti bahwa ada pengaruh interaksi antara metode pelatihan dengan pengetahuan limbah organik rumah tangga terhadap keterampilan petani membuat pupuk organik. Hal ini menunjukan bahwa metode pelatihan bagi petani berkaitan dengan pengetahuan tentang limbah organik rumah tangga dalam membuat pupuk organik. Pengetahuan petani tentang limbah organik rumah tangga memberikan pengaruh terhadap metode pelatihan yang digunakan. Keterampilan merupakan aktivitas seseorang yang kualitasnya tergantung pada latihan dan pengetahuan/pengalamanan individu dalam melakukan suatu pekerjaan/aktivitas. Petani yang memiliki pengetahuan tinggi tentang limbah organik rumah tangga akan lebih berani mengemukakan pendapatnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan keterampilan petani membuat pupuk organik yang dilatih dengan metode diskusi lebih baik dibandingkan dengan metode demonstrasi. Petani yang mempunyai pengetahuan limbah organik rumah tangga yang tinggi dan dilatih melalui metode diskusi lebih baik dibandingkan dengan yang dilatih melalui metode demonstrasi. Petani yang mempunyai pengetahuan limbah organik yang rendah dan dilatih dengan metode demonstrasi ternyata memiliki keterampilan dalam membuat pupuk organik yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang dilatih dengan metode diskusi, tetapi tidak signifikan. Terdapat interaksi antara metode pelatihan dan pengetahuan limbah organik rumah tangga terhadap keterampilan petani membuat pupuk organik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. UU No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, dengan Kebijakan Satu Desa Satu Penyuluh. Davies, Eddie. 2005. The Training Manager s A Handbook. (Terjemahan) Ramelan. London : Kogan Page Limited. Ebel, Robert.L. 1979. Essential of Educational Measurement New Jersey : Engelwood Cliffs Prentice Hall Inc. Iqbal, A. 1995. Upaya Pemanfaatan Limbah Organik Padat melalui Pengomposan Menjadi Casting. (Tesis). Jakarta : Pascasarjana Universitas Indonesia. Keraf, A.Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Lewis dan Smith. 1994. Total Quality in Higher Education. Florida : St Lucie Press. Rivai, V. dan Sagala.E.J. 2009. Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan. Dari Teori ke Prkatik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Rumambi, Freddy Johanis. 2004. Pengetahuan Ekosistem Terumbu Karang pada Nelayan di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. (Disertasi) Jakarta : Pascasarjana UNJ. Silberman, Mel. 2006. Active Training. A Handbook of Techniques, Designs, Case Examples, and Tips. San Fransisco : John Wiley and Sons. D. 45

Elfarisna, Pengaruh Metode Pelatihan Schmidt, Richard A. 1982. Motor Control and Learning A Behavioral Emphasis. Illinois: Human Kinetics Publishers. Sudjana. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito. Van den Ban, A.W., dan H.S.Hawkins. 1999. Agricultural Extension. Yogyakarta : Kanisius. D. 46

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.38-B.47 Lampiran : Tingkat pendidikan petani peserta pelatihan. Pendidikan Diskusi Demonstrasi Jumlah Tidak Sekolah 3 = 7,5 % 2 = 5 % 5 = 6,25 % SD 32 = 80 % 33 = 82,5 % 65 = 81,25 % SLTP 1 = 2,5 % 2 = 5 % 3 = 3,75 % SLTA 4 = 10 % 3 = 7,5 % 7 = 8,75 % Jumlah 40 40 80 D. 47