BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. (X) dengan perilaku caring perawat sebagai variabel terikat (Y). Alat ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kondisi perasaannya secara pribadi dan perasan orang lain serta menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Caring adalah sentral praktik keperawatan. Caring merupakan suatu cara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. dapat terpisahkan dari peran perawat, dokter, apoteker, dan. tenaga kesehatan lainnya. Praktik keperawatan yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit

APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSEPSI KLIEN TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRATIK KEPERAWATAN DI RUANG MELATI III RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Science of Caring, menyatakan caring adalah suatu karakteristik interpersonal

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. caring tersebut. Perilaku caring merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan pekerjaan staf tersebut sesuai dengan posisinya dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. berperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. perilaku caring

GAMBARAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUANG RAWAT INAP UMUM RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR SKRIPSI

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan. Saat ini

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ruangan khusus untuk anak dengan penyakit kritis atau pediatric

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Menurut International Council of

Konsep kebutuhan mencintai dan dimiliki. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ;

juga kelebihan yang dimiliki

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan atau hambatan akan muncul dan mempengaruhi suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. pengertian praktik keperawatan dan caring melalui laporan perawat ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN H1POTESIS PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual kajian disusun berdasarkan kajian teoritis dan kajian

A. Konsep Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1 TEORI CARING DAN CURING

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian target yang akan dicapai secara professional (Ismirani, 2011). pada perasaan tertekan atau stres (Badiah, 2013).

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Caring 1. Pengertian Perilaku Caring Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Watson menyebutkan caring sebagai suatu karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan secara genetika, namun dapat dipelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi. Woodward (2008) menambahkan bahwa untuk mengabadikan caring dalam praktik, maka diperlukan peningkatan fokus pendidikan sehingga muncul komitmen untuk mempertahankan caring sebagai nilai sentral. Caring merupakan hubungan pemberi pelayanan yang bersifat terbuka, dan perawat peduli dengan klien (Potter & Perry, 2009). Perilaku caring merupakan perhatian kepada orang lain, menghormati orang lain, dan empati terhadap orang lain (Dwidiyanti, 2007). Berdasarkan pandangan beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa caring merupakan tindakan keperawatan yang didasari oleh keinginan untuk mengerti, menolong dan mengurangi penderitaan pasien dengan melakukan tindakan yang terbaik bagi kesehatan pasien, berdasarkan nilai-nilai kebaikan untuk meningkatkan kepuasan pasien serta memandirikan pasien. 2. Komponen Caring Menurut Swanson (dalam Watson, 2005) komponen caring ada 5 yaitu : 11

12 a. Mengetahui (Knowing) adalah usaha untuk memahami orang lain, merawat orang lain, dan interaksi antara perawat dengan pasien. b. Kehadiran (Being with) yaitu menghadirkan emosi ketika bersama orang lain. Hal ini meliputi kehadiran diri perawat untuk pasien, untuk membantu pasien, dan mengelola perasaan tanpa membebani pasien. c. Melakukan (Doing for) yaitu melakukan tindakan untuk orang lain atau memandirikan pasien, mencakup tindakan antisipasi, kenyamanan, menampilkan kompetensi dan keahlian, melindungi pasien dan menghargai pasien. d. Memampukan (Enabling) yaitu memfasilitasi pasien untuk melewati masa transisi dengan berfokus pada situasi, memberikan informasi atau penjelasan, memberi dukungan, memahami perasaan pasien, menawarkan tindakan, dan memberikan umpan balik. e. Mempertahankan kepercayaan (Maintaining belief) yaitu mempertahankan kepercayaan pasien dengan mempercayai kapasitas pasien, menghargai nilai yang dimiliki pasien, mempertahankan perilaku penuh pengharapan, dan selalu siap membantu pasien pada situasi apapun. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Caring Gibson, james & john (2000) mengemukakan tiga faktor yang dapat mempengaruhi perilaku caring sebagai berikut : a. Faktor Individu

13 Faktor individu yang dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu, kemampuan diantaranya kemampuan kecerdasan emosional, latar belakang, keterampilan, dan karakteristik demografis diantaranya umur, jenis kelamin, dan pendidikan. b. Faktor Psikologis Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu, sikap, kepribadian dan motivasi, faktor ini dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, dan karakteristik demografis. c. Faktor Organisasi Faktor organisasi yang dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu, sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan, struktur dan pekerjaan. 4. Faktor Pembentuk Perilaku Caring Menurut Watson (2005) faktor pembentuk perilaku caring yaitu : a. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik. Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan (humanistik) dan perilaku yang mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi (alt ruistik). Hal ini dapat dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang, keyakinan,interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi. b. Menanamkan keyakinan dan harapan ( faith-hope). Pemahaman ini diperlukan untuk menekankan pentingnya obat-obatan untuk curative, perawat juga perlu memberitahu individu alternative pengobatan lain yang tersedia. Mengembangkan hubungan perawat dan

14 klien yang efektif, perawat memiliki perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya diri. c. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain. Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan orang lain serta bersikap lebih baik. Perawat juga perlu memahami pikiran dan emosi orang lain. d. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust). Ciri hubungan helping-trust adalah empati, dan hangat. Hubungan yang harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka. e. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien. f. Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif. Penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada pasien. g. Meningkatkan belajar mengajar transpersonal. Memberikan asuhan mandiri,menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien. h. Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki mental, fisik, sosiokultural, dan spiritual. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien.

15 i. Membantu memuaskan kebutuhan manusia. Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri sendiri dan pasien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya. B. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Goleman (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Barron mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000). Ciarrochi, Forgas dan Mayer, (2001) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan mengenal makna emosi dan hubungan emosi-emosi, serta mampu memberikan alasan dan penyelesaian masalah terhadap kondisi emosi tersebut. Kecerdasan emosional meliputi kemampuan mempersepsikan emosi, memahami emosi, mengerti informasi dari emosi dan mengatur emosi. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina ubungan (sosial) dengan orang lain. 2. Komponen Kecerdasan Emosional Goleman (2002) memperluas kecerdasan emosional menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

16 a. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Hal ini menyebabkan individu menyadari emosi yang sedang dialami serta mengetahui penyebab emosi tersebut terjadi serta memahami kuantitas, intensitas, dan durasi emosi yang sedang berlangsung. b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. c. Memotivasi Diri Sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusiasme, gairah, optimis dan keyakinan diri. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. d. Mengenali Emosi Orang Lain (Empati) Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Empati adalah dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. e. Membina Hubungan (Sosial)

17 Membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Menurut Daniel Goleman (2002) faktor -faktor yang mempengaruhi timbulnya kecerdasan emosional seseorang adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan Keluarga Hal ini menyangkut pola asuh orang tua dalam mendidik anak, karena orang tua yang memperhatikan keadaan dan pekembangan emosi anakanak mereka. kehidupan keluarga, disini orang tua adalah faktor yang menentukan apakah emosi anak berkembang baik atau tidak. 2. Pendidikan atau pelatihan Pendidikan dan pelatihan sangat mempengaruhi kecerdasan emosi individu karena kecerdasan emosional individu bukanlah potensi yang dibawa sejak lahir tetapi dapat dipelajari. 3. Pengalaman Kecerdasan emosional juga dapat berkembang dengan pengalaman seseorang karena pengalaman merupakan dasar kecerdasan emosi itu sendiri. C. Kerangka Berfikir Teori utama dalam penelitian ini mengacu pada teori Swanson untuk perilaku caring dan teori Goleman untuk kecerdasan emosional.

18 Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi orang sakit. Peran perawat yaitu pemenuhan kebutuhan dasar pasien, pemenuhan kebutuhan sosial, dan pemenuhan kebutuhan keamanan (Triyana, 2013). Seorang perawat yang bekerja dirumah sakit atau merawat seorang pasien, akan saling berhubungan satu sama lain. Sebaliknya pasien juga memberikan keterangan untuk mempermudah pelaksanaan perawatan. Kelancaran hubungan ini berpusat pada perawat sebagai bagian yang aktif. Seorang perawat harus membentuk perilaku yang baik demi pekerjaan dan pelaksanaan tugasnya. Seorang perawat perlu juga mengetahui bagaimana pemeliharaan kejiwaan pasien dan apa yang diinginkan pasien agar dapat memberikan ketenangan secara psikologis. Mengingat betapa beraneka ragam pasien yang dihadapai perawat harus menentukan perilaku yang cocok dengan keadaan pasien (Singgih & Yulia, 2012). Perawat yang mempunyai kepedulian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien adalah perawat yang memiliki sikap caring. Perilaku caring perawat merupakan hubungan pemberi pelayanan yang bersifat terbuka dan peduli dengan pasien (Potter & Perry, 2009). Menurut Swanson (dalam Watson, 2005) komponen caring meliputi mengetahui ( knowing) yaitu usaha untuk memahami orang lain, merawat orang lain dan interaksi antara perawat dengan pasien. Kehadiran (being with) yaitu kehadiran diri perawat untuk pasien, membantu pasien dan mampu mengelola emosi. Melakukan ( doing for) yaitu perawat melakukan tindakan untuk pasien, melindungi pasien dan menghargai pasien. Memampukan ( enabling) yaitu perawat memberikan informasi, memberi dukungan, dan memahami perasaan pasien. Mempertahankan kepercayaan

19 (maintaining belief) yaitu menghargai nilai yang dimiliki pasien dan selalu siap membantu pasien pada situasi apapun. Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui pemberian asuhan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring. Sebab, perilaku caring yang ditampilkan oleh seorang perawat dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai, apabila kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan dapat terpenuhi (Anisah, 2010). Swanson (dalam Watson, 2005) mengungkap bebebrapa manfaat perilaku caring yaitu : 1. Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. 2. Penerapan perilaku caring yang diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi pemberian pelayanan kepada pasien. 3. Perilaku caring yang dilakukan dengan efektif dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. 4. Perilaku caring yang ditampilkan oleh seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan pasien. 5. Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan pasien, namun juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit. Faktor yang mempengaruhi perilaku caring salah satunya kecerdasan emosional. Upaya dalam menerapkan perilaku caring tentunya perawat harus memiliki kecerdasan emosional yang baik. Pasien akan menganggap penyakit sebagai hal yang tidak menyenangkan, untuk itu perawat berusaha memberikan pandangan yang positif kepada pasien. Goleman (2002) mengatakan kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan kita sendiri, kemampuan

20 memotivasi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi dengan baik dan kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Komponen kecerdasan emosional menurut Goleman (2002) yaitu : 1. Mengenali emosi diri yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan suatu perasaan itu terjadi. 2. Mengelola emosi yaitu kemampuan seseorang dalam menangani perasaan agar tetap tenang. 3. Memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan menahan diri dan mengendalikan diri terhadap dorongan hati. 4. Mengenali emosi orang lain yaitu kemampuan untuk mengenali emosi orang lain dan mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. 5. Membina hubungan sosial yaitu kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Kernbach dan Schutte (2005) juga menyebutkan bahwa kecerdasan emosional yang baik, yang dimiliki oleh pemberi pelayanan kesehatan, mampu meningkatkan kepuasan pasien. Perawat perlu menginternalisasikan kecerdasan emosional yang baik dalam setiap pelayanan yang diberikan kepada pasien. McQueen (2004) mengatakan bahwa perawat perlu memiliki kemampuan kecerdasan emosional untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien dan berinteraksi dengan tim kesehatan lain. Kecerdasan emosional sangat penting untuk membangun hubungan perawat dengan pasien, karena dengan kecerdasan emosional seorang tenaga kesehatan akan lebih empati, memiliki rasa kasih dan lebih bijaksana. Perilaku caring dapat diterapkan tentunya didasari dengan kecerdasan emosional yang baik, sehingga pelayanan keperawatan yang sesuai dengan harapan pasien akan tercapai dan pasien akan puas dengan pelayanan yang diberikan.

21 D. Hipotesis Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : Terdapat hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat di Rumah Sakit Petala Bumi Pekanbaru.