ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING DALAM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LANDSAT

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Contoh untuk proses segmentasi citra yang digunakan adalah klasterisasi (clustering).

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

JURNAL KLASIFIKASI JENIS TANAMAN MANGGA BERDASARKAN TULANG DAUN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

Sumber bacaan 4/30/2012. Minggu 10: Klasifikasi Data Citra KOMBINASI WARNA

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY CLUSTERING SKRIPSI MUHAMMAD PRAYUDHA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

PENGGUNAAN METODE PENGKLASTERAN UNTUK MENENTUKAN BIDANG TUGAS AKHIR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA PENS BERDASARKAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

DETEKSI KERUSAKAN JALUR PCB (PRINTED CIRCUIT BOARD) MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING

PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN WARNA DAN BENTUK MENGGUNAKAN FGKA (FAST GENETIC KMEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

Penerapan Algoritma K-Means Clustering Untuk Pengelompokkan Citra Digital Dengan Ekstraksi Fitur Warna RGB

PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM


PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK MENETAPKAN KELOMPOK MUTU KARET

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

Pengenalan Tingkat Kematangan Buah Pepaya Paya Rabo Menggunakan Pengolahan Citra Berdasarkan Warna RGB dengan K-Means Clustering

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami

Analisis Perbandingan Algoritma Fuzzy C-Means dan K-Means

KLUSTER K-MEANS DATA MAHASISWA BARU TERHADAP PROGRAM STUDI YANG DIPILIH

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA SISWA BARU SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN UNTUK CLUSTERING JURUSAN

CLUSTERING MENGGUNAKAN K-MEANS ALGORITHM (K-MEANS ALGORITHM CLUSTERING)

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN METODE COLOR HISTOGRAM DAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pengenalan Pola. K-Means Clustering

Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto )

SAMPLING DAN KUANTISASI

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-664

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA PREDIKSI JURUSAN DI SMA PGRI 1 BANJARBARU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

KLASTERISASI PROSES SELEKSI PEMAIN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

Gambar 3.1 Contoh Citra yang digunakan

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN K-MEANS DAN FUZZY C- MEANS DENGAN BERBAGAI RUANG WARNA

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN TUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI PANTAI LHOKNGA, KECAMATAN LHOKNGA, KABUPATEN ACEH BESAR

PENGKLASIFIKASIAN DATA SEKOLAH PENGGUNA INTERNET PENDIDIKAN MENGGUNAKAN TEKNIK CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS STUDI KASUS PT TELKOM SURABAYA

PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA

ALGORITMA k-nearest NEIGHBOR DALAM KLASIFIKASI DATA HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT PADA PT. MINAMAS KECAMATAN PARINDU

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

PENERAPAN ALGORITMA PARTITIONING AROUND MEDOIDS (PAM) CLUSTERING UNTUK MELIHAT GAMBARAN UMUM KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA KUALITAS GIZI BAYI DI INDONESIA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN DATA MINING DALAM PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA BERPRESTASI DI POLITEKNIK DAN STMIK LPKIA DENGAN MENERAPKAN METODE K-MEANS CLUSTERING

BAB 2 LANDASAN TEORI

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

CLUSTERING KARYAWAN BERDASARKAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY C-MEAN

TEMU KEMBALI INFORMASI BERDASARKAN LOKASI PADA DOKUMEN YANG DIKELOMPOKKAN MENGGUNAKAN METODE CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOMPOKAN DATA SATELIT DENGAN GAUSSIAN MEANS CLUSTERING

Penerapan Metode Clustering Dengan K-Means Untuk Memetakan Potensi Tanaman Padi Di Kota Semarang

IMPLEMENTASI DATA MINING UNTUK PENGELOMPOKKAN DATA SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING (STUDI KASUS : SMKN 1 KEDIRI) SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

Melihat Pengaruh Cuaca Terhadap Penyakit Demam Berdarah Di Banjarbaru menggunakan Fuzzy C-Means

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

SKRIPSI RONNY BENEDIKTUS SIRINGORINGO

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

PEMETAAN TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PENERAPAN K-MEANS CLUSTERING PADA DATA PENERIMAAN MAHASISWA BARU (STUDI KASUS : UNIVERSITAS POTENSI UTAMA)

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Gregorius Anung Hanindito 1 Eko Sediyono 2 Adi Setiawan 3. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING DALAM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LANDSAT Nur Ridha Apriyanti 1, Radityo Adi Nugroho 2, Oni Soesanto 3 1,2,3Prodi Ilmu Komputer FMIPA UNLAM Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan selatan Email : ridhaapriyanti28@gmail.com Abstract Digital image processing can now be done with a variety of assistive software, one of which ArcGIS. At ArcGIS there are some features of image classification with multiple algorithms, but there is an algorithm that has not been used, this is K-Means algorithm. From the test results are obtained 12 land cover classes as follows pastures, airports, mining, open land, plantations, swamps, bushes, shrubs, settlements, plantations, dryland agriculture, and vegetated land. Results of field inspections showed 94.4% fit, and 5.6% did not correspond to actual field conditions. Keywords : Digital Image Processing, K-Means Algorithm, Clustering. Abstrak Pengolahan citra digital saat ini bisa dilakukan dengan berbagai macam software bantu, salah satunya ArcGIS. Pada ArcGIS terdapat beberapa fitur klasifikasi citra dengan beberapa algoritma, namun ada satu algoritma yang belum digunakan yaitu algoritma K-Means. Dari hasil pengujian didapatkan 12 kelas penutupan lahan sebagai berikut padang rumput, bandara udara, pertambangan, lahan terbuka, hutan tanaman, rawa, semak, belukar, pemukiman, perkebunan, pertanian lahan kering, dan lahan bervegetasi. Hasil pengecekan lapangan menunjukkan 94,4% sesuai, dan 5,6% tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Kata kunci : Pengolahan Citra Digital, Algoritma K-Means, Clustering 1. PENDAHULUAN Pengolahan citra digital merupakan salah satu cara pengolahan data secara digital. Pengolahan citra digital sering digunakan untuk menganalisis suatu citra satelit yang hasilnya dapat dibandingkan dengan kenampakan suatu wilayah yang sebenarnya secara langsung. Citra satelit merupakan gambar (image) yang diambil dari satelit mengenai kenampakan permukaan bumi melalui penginderaan jauh Dari sekian banyak satelit pengindraan jauh menurut Rahmi [5] yang sering digunakan untuk pemetaan penutupan lahan adalah jenis citra Landsat (Land Satellite). Menurut Apriyanti [2] Citra Landsat dapat digunakan dengan terlebih dahulu melalui proses pengolahan citra digital, dengan cara klasifikasi citra. Klasifikasi citra terdapat 2 cara, yaitu klasifikasi terawasi (supervised) dan klasifikasi tak terawasi (unsupervised). Klasifikasi terawasi yaitu pengelompokkan pixel-pixel dalam citra yang sebelumnya dianalisis terlebih dahulu untuk menentukan beberapa daerah contoh kemudian nilai-nilai pixel dalam daerah contoh yang memiliki nilai yang sejenis dikelompokkan. Sedangkan klasifikasi tak terawasi merupakan kebalikan Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 1

dari klasifikasi terawasi, yaitu nilai-nilai pixel dikelompokkan terlebih dahulu oleh komputer menjadi beberapa kelas. Banyak sekali algoritma yang digunakan dalam klasifikasi citra. Algoritma yang bisa digunakan untuk menyelesaikan klasifikasi terawasi antara lain Parallelepiped, Minimum Distance, Mahalanobis Distance, Maximum Likelihood, Naive Bayesian, K-Nearest Neighbor. Algortima yang bisa digunakan untuk menyelesaikan klasifikasi tak terawasi antara lain Isodata, K-Means, Improved Split and Merge Classification (ISMC), dan Clustering Adaptif (CA). Dari semua algoritma klasifikasi tak terawasi, ada algoritma yang belum digunakan pada aplikasi ArcGIS 10.2 yaitu algoritma K-Means Clustering. Algoritma ini digunakan karena mudah diterapkan, dan menurut Ediyanto [4] dalam penelitiannya, algoritma K-Means cukup efektif diterapkan dalam proses pengklasifikasian karakteristik objek, dan tidak terpengaruh terhadap urutan objek yang digunakan. Menurut Danoesoebroto [3], karakteristik K-Means yaitu, proses klasterisasi sangat cepat, sangat sensitif pada pembangkitan centroids awal secara random, dan memungkinkan suatu klaster tidak mempunyai anggota. Penelitian ini mencoba untuk menggunakan algoritma K-Means Clustering dalam pengolahan citra digital, yaitu mengklasifikasikan citra landsat. Kemudian hasil dari klasifikasi citra ini dapat digunakan untuk klasifikasi lahan dimana klasifikasi lahan itu sendiri merupakan pengelompokkan lahan berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu. Hasil dari klasifikasi lahan ini dapat digunakan untuk pemetaan penggunaan lahan di suatu wilayah. 2. METODE PENELITIAN Citra Landsat akan diubah menjadi matriks RGB yang masing-masing komponen warna memiliki nilai pixel masing-masing dengan format vektor (R, G, B) kemudian dari nilai pixel tersebut diambil nilai pixel masing-masing R, G dan B. Nilai ini akan dijadikan sebagai atribut-atribut dalam perhitungan algoritma K-Means. Menurut Akhiruddin [1], jika dua garis vector adalah saling berdekatan, warna akan ditampilkan serupa, rata-rata dari dua garis vector, jika warna yang yang akan ditampilkan sangat berbeda, maka akan diambil jalan tengah dengan menghadirkan suatu warna secara kasar dari warna aslinya. Berikut untuk detilnya dari penjelasan di atas, bagaimana pilihan penampilan warna mempengaruhi hasil proses clustering: a. Langkah yang pertama adalah menetapkan data set dari algoritma yang akan digunakan (KMeans), yaitu dengan melakukan pengambilan nilai acak dari k. b. Kemudian, penampilan RGB dari tiap pixel diciptakan, dan menghasilkan dataset dalam 3- vektor. c. Algoritma K-Means diterapkan pada dataset, menetapkan klusterisasi pusat k. Algoritma K-Means akan menghadirkan k warna untuk menggambarkan citra tersebut. d. Tiap-Tiap piksel citra dikonversi dalam suatu garis vektor RGB, dan ditampilkan menggunakan rata-rata dari kelompok warna yang dihasilkan. Algoritma K-Means mengelompokkan objek berdasarkan pada atribut ke dalam pembagi k. Diasumsikan bahwa format atribut objek itu adalah suatu garis vektor ruang. Menurut Akhiruddin [1], tujuannya adalah untuk memperkecil total perbedaan intra-cluster, atau fungsi Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 2

k V = x j μ i 2 (1) i=1 j Si Kumpulan jurnal Ilmu Komputer (KLIK) di mana ada k cluster Si, i = 1, 2,.,k dan μ i adalah pusat luasan atau titik dari semua poin-poin. Menurut Akhiruddin [1] algoritma ini dimulai dengan penyekatan masukan menunjuk ke dalam tetapan k secara acak. Kemudian mengkalkulasi ratarata titik, atau pusat luasan, dari tiap set. Hal ini mengakibatkan suatu sekat baru dengan menghubungkan masing-masing dengan pusat luasan yang terdekat. Kemudian pusat luasan dihitung kembali untuk klaster yang baru, dan algoritma yang diulangi dua langkah sampai pemusatan, yang mana diperoleh ketika poinpoin tidak lagi berpindah klaster. Menurut Widodo [7], algoritma K-Means secara umum dilakukan dengan algoritma dasar sebagai berikut: a. Data yang ada dipisahkan dalam kelompok-kelompok data (klaster) k dan nilai-nilai data diacak ke dalam hasil-hasil kelompok data dalam kelompok data yang memiliki kesamaan jumlah dari nilai data. b. Tiap nilai data dihitung menggunakan jarak Euclidean untuk tiap klaster. c. Jika nilai data diwakili kelompok data tersendiri, biarkan, dan jika nilai data tak terwakili oleh kelompok data, pindah ke dalam kelompok data yang telah terwakili. d. Ulangi langkah hingga lengkap meliputi seluruh hasil nilai data dalam perpindahan satu klaster ke klaster lainnya. Menurut Syakry [6], data yang digunakan untuk diklaster diperoleh dengan membandingkan jarak (distance), jarak digunakan untuk menentukan tingkat kesamaan (similarity degree) atau ketidaksamaan dua vektor fitur. Tingkat kesamaan berupa suatu nilai (score) dan berdasarkan skor tersebut dua vektor fitur akan dikatakan mirip atau tidak. Euclidean distance adalah metrika yang paling sering digunakan untuk menghitung kesamaan 2 vektor. Euclidean distance menghitung akar dari kuadrat perbedaan 2 vektor. d y = n (x ik x jk ) 2 k=1... (2) Gambar 1. Pemetaan Warna RGB. Sumber : Klasifikasi Citra Sidik Jari (Berminyak, Normal, Kering) Berdasarkan Nilai Pixel Menggunakan K-Means Klastering. 2013 Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 3

Contoh dari algoritma K-Means menurut Danoesoebroto [3] yaitu: a. Iterasi ke-1. Pusat pusat gugusan ditetapkan secara acak. Piksel piksel akan ditempatkan ke pusat pusat terdekat. b. Iterasi ke-2. Setiap pusat pusat gugusan berpindah/bergerak ke pusat tengah rataan, semua pikselnya. c. Iterasi ke-n. Semua pusat gugusan telah stabil. Gambar 2. Perubahan kelompok piksel. Sumber : Klasifikasi Citra/Lahan- Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing.2010 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Form Spatial Analyst K-Means adalah form yang digunakan untuk menampilkan data raster yang akan diproses dan menampilkan hasil dari clustering. Terlebih dahulu user akan memasukkan format file gambar TIFF yang dipilih dari direktori, kemudian format file gambar TIFF akan ditampilkan di form Spatial Analyst K-Means. Setelah itu user dapat menekan button proses agar proses klasifikasi citra dengan algoritma K-Means dapat dilakukan. Selama proses clustering user akan melihat progressbar berjalan, jika telah selesai akan message dialog berisi pemberitahuan bahwa clustering telah selesai. Setelah proses selesai, gambar hasil dari clustering akan ditampilkan di form Spatial Analyst K-Means. Hasil dari clustering dapat disimpan ke dalam direktori sesuai pilihan user. Dan hasil dari clustering juga akan ditampilkan pada ArcMap. Adapun hasil dari pengolahan citra digital dengan K-Means adalah sebagai berikut: Gambar 3. Setelah proses K-Means Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 4

3.2 Pembahasan Kumpulan jurnal Ilmu Komputer (KLIK) User akan menginputkan citra landsat 8 yang telah melalui proses composite band dalam format file gambar TIFF dengan memilih data raster dari direktori yang dimiliki oleh user, kemudian sistem akan berjalan ketika user menekan tombol proses. Dalam sistem, ada beberapa hal yang bisa dilakukan salah satunya mendapatkan data pixel gambar. a. Ambil nilai pixel panjang (x) b. Ambil nilai pixel tinggi/ lebar (y) c. Untuk mengambil data masing-masing pixel, dilakukan iterasi / pengulangan pembacaan data dari x=0 dan y=0 sampai dengan panjang dan lebar gambar input. Kemudian data pixel akan disimpan dalam bentuk matrik menggunakan tipe data array. Ada berbagai unsur dalam suatu pixel yang dapat diambil atau diolah, seperti mendapatkan unsur warna RGB dan pengelompokkan nilai pixel. Untuk mendapatkan unsur warna gambar dengan ukuran 980x726 pixel akan dikonversi menjadi matrik [980, 726], setiap nilai dalam matrik mengandung nilai R, G, dan B, misal matrik [1,1] dengan nilai pixel (128, 128, 128), matrik [1,2] dengan nilai pixel (128, 128, 128), dan seterusnya hingga matrik [980, 726]. Kemudian dari nilai pixel yang terdapat pada matrik tersebut dibaca satu persatu untuk setiap nilai pixel Red, nilai pixel Green, dan nilai pixel Blue. Dari hasil tersebut dibentuk sebuah array yang memiliki nilai pixel Red, nilai pixel Green, dan nilai pixel Blue dengan jumlah data sebanyak 711.480 pixel untuk masing-masing model warna. Pengelompokkan nilai pixel yang telah didapat dari proses sebelumnya akan dilakukan dengan algoritma K-Means, yang termasuk dalam klasifikasi tak terawasi (unsupervised). Adapun algoritma K-Means itu sendiri, yaitu sebagai berikut: a. Menetapkan jumlah cluster (pengelompokkan atau kelas) yang akan diklasifikasikan. Pada program ini peneliti telah menetapkan jumlah cluster yaitu 14. b. Menetapkan secara acak nilai tengah (centroid) cluster. Sumber data yang digunakan merupakan format file gambar TIFF, dengan ukuran 980 x 726 pixel, sehingga sebelum memasuki proses clustering sumber data akan diubah terlebih dahulu menjadi matriks pixel seperti gambar 4 dibawah ini dengan diambil ukuran 4x4 pixel: Gambar 4. Matriks pada citra Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 5

Nilai yang dibaca oleh sistem yaitu nilai pixel RGB. Dari gambar 4 dapat dibuat tabel warna yaitu seperti tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Nilai Pixel Warna Data Atribut Warna R G B 1 62 62 62 2 76 76 76 3 80 80 80 4 81 81 81 5 64 64 64 6 65 65 65 7 64 64 64 8 62 62 62 9 67 67 67 10 66 66 66 11 60 60 60 12 57 57 57 13 67 67 67 14 75 75 75 15 72 72 72 16 66 66 66 Untuk menentukan centroid awal digunakan cara yaitu diambil sebanyak 14 data dari tabel 1. Kemudian dari setiap nilai pixel data tersebut diambil nilai tengahnya. Contoh untuk data ke 1 atribut warna R, nilai pixel 62 maka centroid awalnya yaitu 62 : 2 = 31. Langkah tersebut dilakukan untuk setiap nilai R, G dan B hingga didapatkan 14 cluster sehingga didapatkan nilai centroid awal seperti tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Nilai Centroid Awal Cluster Warna Cluster Centroid Awal R G B 1 31.00 31.00 31.00 2 38.00 38.00 38.00 3 40.00 40.00 40.00 4 40.50 40.50 40.50 5 32.00 32.00 32.00 6 32.50 32.50 32.50 7 32.00 32.00 32.00 8 31.00 31.00 31.00 9 33.50 33.50 33.50 10 33.00 33.00 33.00 Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 6

Cluster Centroid Awal R G B 11 30.00 30.00 30.00 12 28.50 28.50 28.50 13 33.50 33.50 33.50 14 37.50 37.50 37.50 Kumpulan jurnal Ilmu Komputer (KLIK) c. Menghitung jarak Euclidean untuk tiap cluster. Jarak untuk setiap data dihitung dengan persamaan di atas. Dengan penjelasan yaitu jarak untuk setiap anggota cluster dengan data yaitu dihitung dengan cara nilai pixel data 1 atribut warna R di kurangi dengan nilai centroid awal cluster 1 atribut warna R kemudian dipangkatkan dua, ditambah nilai pixel data 1 atribut warna G di kurangi dengan nilai centroid awal cluster 1 atribut warna G kemudian dipangkatkan dua, nilai pixel data 1 atribut warna B di kurangi dengan nilai centroid awal cluster 1 atribut warna B kemudian dipangkatkan dua. Hasil penjumlahan tersebut diakarkan. Langkah tersebut dilakukan untuk semua data dari 1 hingga 16 untuk cluster 1 hingga cluster 3. Berikut contoh perhitungan untuk data 1 dengan cluster 1, d 11 = (62 31) 2 + (62 31) 2 +(62 31) 2 = 53.69 data 1 dengan cluster 2, d 12 = (62 38) 2 + (62 38) 2 +(62 38) 2 = 41.57 data 1 dengan cluster 3, d 13 = (62 40) 2 + (62 40) 2 +(62 40) 2 = 38.11 Kemudian lakukan langkah yang sama untuk data ke 2 hingga ke 16. Tabel 3 berikut ini adalah hasil perhitungan jarak untuk setiap anggota cluster dari data ke 1 hingga ke 16. Data Tabel 3. Jarak Tiap Cluster Jarak C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 1 53.69 41.57 38.11 37.24 51.96 51.10 51.96 53.69 49.36 50.23 55.43 58.02 49.36 42.44 2 77.94 65.82 62.35 61.49 76.21 75.34 76.21 77.94 73.61 74.48 79.67 82.27 73.61 66.68 3 84.87 72.75 69.28 68.42 83.14 82.27 83.14 84.87 80.54 81.41 86.60 89.20 80.54 73.61 4 86.60 74.48 71.01 70.15 84.87 84.00 84.87 86.60 82.27 83.14 88.33 90.93 82.27 75.34 5 57.16 45.03 41.57 40.70 55.43 54.56 55.43 57.16 52.83 53.69 58.89 61.49 52.83 45.90 6 58.89 46.77 43.30 42.44 57.16 56.29 57.16 58.89 54.56 55.43 60.62 63.22 54.56 47.63 7 57.16 45.03 41.57 40.70 55.43 54.56 55.43 57.16 52.83 53.69 58.89 61.49 52.83 45.90 8 53.69 41.57 38.11 37.24 51.96 51.10 51.96 53.69 49.36 50.23 55.43 58.02 49.36 42.44 9 62.35 50.23 46.77 45.90 60.62 59.76 60.62 62.35 58.02 58.89 64.09 66.68 58.02 51.10 10 60.62 48.50 45.03 44.17 58.89 58.02 58.89 60.62 56.29 57.16 62.35 64.95 56.29 49.36 11 50.23 38.11 34.64 33.77 48.50 47.63 48.50 50.23 45.90 46.77 51.96 54.56 45.90 38.97 12 45.03 32.91 29.44 28.58 43.30 42.44 43.30 45.03 40.70 41.57 46.77 49.36 40.70 33.77 13 62.35 50.23 46.77 45.90 60.62 59.76 60.62 62.35 58.02 58.89 64.09 66.68 58.02 51.10 14 76.21 64.09 60.62 59.76 74.48 73.61 74.48 76.21 71.88 72.75 77.94 80.54 71.88 64.95 15 71.01 58.89 55.43 54.56 69.28 68.42 69.28 71.01 66.68 67.55 72.75 75.34 66.68 59.76 16 60.62 48.50 45.03 44.17 58.89 58.02 58.89 60.62 56.29 57.16 62.35 64.95 56.29 49.36 Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 7

d. Memindahkan data ke cluster yang memiliki sedikit jarak. Tabel 4. Posisi Data Kumpulan jurnal Ilmu Komputer (KLIK) Anggota Cluster Data C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 1 * 2 * 3 * 4 * 5 * 6 * 7 * 8 * 9 * 10 * 11 * 12 * 13 * 14 * 15 * 16 * Berdasarkan hasil pengelompokkan pada tabel 4, posisi data terletak pada cluster anggota cluster ke 4. e. Menghitung centroid baru dari hasil cluster yang sekarang, karena data kemungkinan berpindah. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa cluster yang memiliki anggota yaitu cluster ke 4 sedangkan cluster yang lain tidak memiliki anggota sehingga untuk menghitung centroid yang baru cara yang dilakukan adalah untuk cluster ke 1 hingga ke 14 kecuali cluster ke 4 centroid barunya bernilai sama dengan centroid awal. Sedangkan untuk cluster ke 4 nilai centroid barunya didapat dengan cara menghitung nilai pixel data ke 1 hingga data ke 16 untuk setiap nilai R, G dan B yaitu sebagai berikut: C R4 = (62+76+80+81+64+65+64+62+67+66+60+57+67+75+72+66) 16 C G4 = (62+76+80+81+64+65+64+62+67+66+60+57+67+75+72+66) 16 C B4 = (62+76+80+81+64+65+64+62+67+66+60+57+67+75+72+66) 16 Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan centroid yang baru: Tabel 5. Nilai Centroid Baru Cluster Warna Cluster Centroid Baru R G B 1 31.00 31.00 31.00 2 38.00 38.00 38.00 3 40.00 40.00 40.00 4 67.75 67.75 67.75 5 32.00 32.00 32.00 6 32.50 32.50 32.50 7 32.00 32.00 32.00 8 31.00 31.00 31.00 9 33.50 33.50 33.50 = 67.75 = 67.75 = 67.75 Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 8

Centroid Baru R G B 10 62.45 62.45 62.45 11 62.25 62.25 62.25 12 61.85 61.85 61.85 13 62.21 62.21 62.21 14 70.25 70.25 70.25 Cluster Kumpulan jurnal Ilmu Komputer (KLIK) Kemudian dari centroid baru dilakukan kembali perhitungan jarak untuk setiap cluster. Seperti yang dilakukan pada langkah ke 3. Berikut adalah hasil perhitungan jarak yang baru yaitu: Data C1 Tabel 6. Jarak Tiap Cluster Iterasi ke-1 Jarak C2 C3 C4 C5 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C6 1 53.69 41.57 38.11 9.96 51.96 51.10 51.96 53.69 49.36 50.23 55.43 58.02 73.95 42.44 2 77.94 65.82 62.35 14.29 76.21 75.34 76.21 77.94 73.61 74.48 79.67 82.27 96.89 66.68 3 84.87 72.75 69.28 21.22 83.14 82.27 83.14 84.87 80.54 81.41 86.60 89.20 103.56 73.61 4 86.60 74.48 71.01 22.95 84.87 84.00 84.87 86.60 82.27 83.14 88.33 90.93 105.23 75.34 5 57.16 45.03 41.57 6.50 55.43 54.56 55.43 57.16 52.83 53.69 58.89 61.49 77.18 45.90 6 58.89 46.77 43.30 4.76 57.16 56.29 57.16 58.89 54.56 55.43 60.62 63.22 78.80 47.63 7 57.16 45.03 41.57 6.50 55.43 54.56 55.43 57.16 52.83 53.69 58.89 61.49 77.18 45.90 8 53.69 41.57 38.11 9.96 51.96 51.10 51.96 53.69 49.36 50.23 55.43 58.02 73.95 42.44 9 62.35 50.23 46.77 1.30 60.62 59.76 60.62 62.35 58.02 58.89 64.09 66.68 82.06 51.10 10 60.62 48.50 45.03 3.03 58.89 58.02 58.89 60.62 56.29 57.16 62.35 64.95 80.43 49.36 11 50.23 38.11 34.64 13.42 48.50 47.63 48.50 50.23 45.90 46.77 51.96 54.56 70.74 38.97 12 45.03 32.91 29.44 18.62 43.30 42.44 43.30 45.03 40.70 41.57 46.77 49.36 65.98 33.77 13 62.35 50.23 46.77 1.30 60.62 59.76 60.62 62.35 58.02 58.89 64.09 66.68 82.06 51.10 14 76.21 64.09 60.62 12.56 74.48 73.61 74.48 76.21 71.88 72.75 77.94 80.54 95.23 64.95 15 71.01 58.89 55.43 7.36 69.28 68.42 69.28 71.01 66.68 67.55 72.75 75.34 90.27 59.76 16 60.62 48.50 45.03 3.03 58.89 58.02 58.89 60.62 56.29 57.16 62.35 64.95 80.43 49.36 Kemudian pindahkan data ke cluster yang memiliki sedikit jarak. Sehingga diperoleh posisi data yang baru sebagai berikut: Tabel 7. Posisi Data yang Baru Anggota Cluster Data C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 1 * 2 * 3 * 4 * 5 * 6 * 7 * 8 * 9 * 10 * 11 * 12 * 13 * 14 * 15 * 16 * Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 9

Berdasarkan hasil pengelompokkan pada tabel 7, posisi data tetap seperti sebelumnya terlihat pada tabel 4. f. Mengulangi langkah ke 3 hingga langkah ke 5 jika posisi data yang baru untuk nilai centroid baru hasilnya berbeda. Jika posisi data yang baru untuk nilai centroid baru hasilnya sama maka proses berhenti. Berdasarkan hasil pengelompokkan pada tabel 7 posisi data yang baru sama dengan posisi data pada perhitungan sebelumnya seperti terlihat pada tabel 4. Sehingga proses iterasi dihentikan. Hasil clustering kemudian diberi warna berbeda ditiap kelompoknya. Kemudian dari setiap warna tersebut dilakukan pengecekan lahan secara langsung. Berikut adalah hasil pengecekan keadaan sebenarnya di lapangan: (a) (b) Gambar 5. Hasil pengecekan lapangan (a) Pada peta hasil Clustering (b) Keadaan Lahan yang ditunjukkan peta (a) (b) Gambar 6. Hasil pengecekan lapangan (a) Pada peta hasil Clustering (b) Keadaan Lahan yang ditunjukkan peta (Bandara) Tabel 8. Klasifikasi Penutupan Lahan No Warna RGB Jenis Klasifikasi Lahan 1 0, 255, 255 Padang Rumput (Biru Muda) Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 10

No Warna RGB Jenis Klasifikasi Lahan 2 0, 0, 123 Bandara Udara Internasional, Pertambangan (Biru Tua) 3 64, 0, 128 Lahan Terbuka / tanpa vegetasi (Biru Keunguan) 4 0, 0, 160 Lahan Terbuka / tanpa vegetasi (Biru Elektrik) 5 0, 0, 255 Lahan Terbuka/tanpa vegetasi (Biru) 6 128, 0, 64 Hutan Tanaman, dan Pohon-pohon (Merah Keunguan) 7 (Merah Muda) 255, 128, 128 Rawa, vegetasi, semak dan belukar 8 255, 128, 0 Vegetasi (Jingga) 9 128, 255, 0 Pemukiman (Hijau Kekuningan) 10 0, 200, 0 Vegetasi 11 (Hijau) (Hijau Gelap) 0, 64, 0 Perkebunan, Perkebunan Campuran, Hutan Tanaman, Pertanian Lahan Kering. 12 (Cream) 255, 255, 128 Vegetasi Kasus : Banjarbaru, Kalimantan Selatan). 2015 Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 11

Peneliti melakukan pengecekan secara langsung ke lapangan sesuai warna yang ditunjukkan pada peta Banjarbaru. Untuk setiap warna diwakili oleh 3 lokasi. Jadi total lokasi yang diteliti yaitu 36 lokasi. Namun dari ke-36 lokasi tersebut ada 2 lokasi yang berbeda kondisi di lapangannya, yaitu warna merah muda tidak terdapat rawa seperti yang ditunjukkan pada peta hasil clustering. Dan biru muda di kecamatan Banjarbaru Utara tidak terdapat padang rumput seperti yang ditunjukkan pada peta hasil clustering. Jadi, berdasarkan hasil pengecekan lapangan yang didapatkan yaitu 94,4% sesuai, dan 5,6% tidak sesuai. 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pengamatan dari sistem yang telah dibuat, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Algoritma K-Means dapat digunakan dalam pengolahan citra digital, yaitu sebagai algoritma untuk mengklasifikasikan citra sesuai nilai pixelnya. b. Dengan algoritma K-Means wilayah Banjarbaru dibagi menjadi 12 kelas dengan warna yang berbeda ditiap kelasnya untuk menandakan setiap penutupan lahan. 12 kelas pembagian wilayah Banjarbaru tersebut yaitu, padang rumput, bandara udara, pertambangan, lahan terbuka, hutan tanaman, rawa, semak, belukar, pemukiman, perkebunan, pertanian lahan kering, dan lahan bervegetasi. c. Berdasarkan hasil pengecekan lapangan yaitu 94,4% sesuai, dan 5,6% tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 12

DAFTAR PUSTAKA [1] Apriyanti, Nur Ridha. 2015. Pengolahan Citra Digital Landsat 8 dengan Algoritma K-Means Clustering (Studi Kasus: Banjarbaru, Kalimantan Selatan). Program S-1 Ilmu Komputer, Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru. [2] Danoesoebroto, Ardityo. 2010. Klasifikasi Citra/Lahan- Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing. Institut Teknologi Bandung, Bandung. [3] Ediyanto, dkk. 2013. Pengklasifikasian Karakteristik dengan Metode K- Means Cluster Analysis. Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) vol 02, No.2, hal 133-136. [4] Rahmi, Julia. 2009. Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (Stidi Kasus: Kawasatn Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)). Program Sarjana Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. [5] Syakry, Sila Abdullah. 2013. Klasifikasi Citra Sidik Jari (Berminyak, Normal, Kering) Berdasarkan Nilai Pixel Menggunakan K-Means Klastering. Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh. [6] Widodo, Saptono; Hidayatno, Achmad; Isnanto, R Rizal. 2011. Segmentasi Citra Menggunakan Teknik Pemetaan Warna (Color Mapping) dengan Bahasa Pemrograman Delphi. Program Sarjana Teknik Elektro Universitas Diponegoro, Semarang. Algoritma K-Means Clustering dalam Pengolahan Citra Digital Landsat (Nur Ridha Apriyanti)) 13