BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kartografi Kelautan

Adipandang YUDONO

BAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH

BAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu :

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ASPEK TEKNIS PEMBATASAN WILAYAH LAUT DALAM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Perundingan Batas Maritim Indonesia Singapura

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

BAB III BATAS DAERAH DAN NEGARA

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

Peta Tematik. Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Studi Penentuan Batas Maritim Antara Dua Negara Berdasarkan Undang Undang yang Berlaku di Dua Negara yang Bersangkutan (Studi Kasus : NKRI dan RDTL)

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA.

BAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI. Tabel 3.1 Tahapan Penetapan Batas Laut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

BAB III TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

BAB II LANDASAN TEORITIK

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Ringkasan Materi Pelajaran

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Terhadap Penentuan Datum, Titik Dasar dan Garis Pangkal

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

pres-lambang01.gif (3256 bytes)

BAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA

PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemetaan. sumber.hayati.laut

Undang Undang No. 6 Tahun 1996 Tentang : Perairan Indonesia

Session_02. Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) MATAKULIAH KARTOGRAFI

Pendekatan Aspek Hukum, Geomorfologi, dan Teknik Dalam Penentuan Batas Wilayah Laut Daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH

BAB II DASAR TEORI II.1 Kewenangan Daerah di Wilayah Laut

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS DAN KETENTUAN INTERNATIONAL HYDROGRAPHIC ORGANIZATION (IHO)

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

xvii MARITIM-YL DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I.1.

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 Tahun 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DI JAWA BARAT

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keterkaitan antar lokasi atau ruang dapat dilihat secara fisik maupun nonfisik.

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA 3.1 Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Penyeleksian data untuk pemetaan Laut Teritorial dilakukan berdasarkan implementasi UNCLOS 1982. Data yang diperlukan yaitu : 1. Unsur untuk keperluan penentuan batas Laut Teritorial, meliputi : unsur garis pantai (shoreline), unsur garis pangkal, unsur garis batas Laut Teritorial, unsur garis air rendah sepanjang pantai, unsur karang-karang disekitar pulau, unsur garis air rendah pada sisi karang ke arah laut, unsur deretan pulau sepanjang pantai di dekatnya, unsur titik-titik yang tepat untuk posisi garis pangkal lurus, unsur delta dan kondisi alam lainnya yang garis pantainya tidak tetap, unsur titik-titik tetap yang paling menjorok ke laut, unsur pantai dan dan bagian laut yang berada di dalam garis pantai agar garis dangkal tidak terlalu jauh dari daratan untuk dapat tunduk pada rejim perairan pedalaman, unsur elevasi surut, unsur mercusuar, unsur perairan pedalaman, unsur sungai yang mengalir langsung ke laut, unsur mulut sungai, 30

unsur garis air rendah kedua tepi sungai, unsur teluk pada pantai, unsur pintu masuk alamiah teluk, unsur air rendah pada pintu masuk alamiah teluk, unsur teluk sejarah, unsur instalasi pelabuhan terluar, unsur Instalasi lepas pantai, unsur pulau buatan, unsur tempat berlabuh di tengah laut, unsur air surut pada elevasi surut, unsur garis batas untuk negara pantai yang bersebelahan, daftar titik-titik koordinat geografis yang menjelaskan datum geodetik. 2. Unsur untuk keperluan hak lintas damai bagi kapal semua negara, meliputi : Unsur untuk keselamatan navigasi, terdiri dari Unsur: garis pantai (shoreline), foreshore dan area-area kering (drying areas), angka kedalaman (sounding) dan drying height, kontur kedalaman, kualitas dari dasar, pertolongan untuk navigasi, objek-objek yang mencolok (conspicuous objects), fitur-fitur kebudayaan laut, topografi dan fitur-fitur kebudayaan lainnya, Unsur Perairan Pedalaman, Unsur tempat berlabuh di tengah laut (roadstead), Unsur fasilitas pelabuhan di luar Perairan Pedalaman, Unsur tempat membuang jangkar, 31

Unsur batasan lintas pada alur laut, untuk kapal tanki, kapal bertenaga nuklir, kapal yang mengangkut bahan nuklir, dan kapal yang mengangkut barang atau bahan lain yang berbahaya atau beracun, peringatan bagi kapal selam dan kendaraan bawah air lainnya agar melakukan navigasi di atas permukaan air Laut Teritorial dan menunjukkan benderanya, alur laut dan skema pemisah lalu lintas. 3.2 Manipulasi dan Generalisasi Unsur Tahapan manipulasi dan generalisasi meliputi tahapan penyederhanaan dan penyimbolan objek-objek di permukaan bumi yang tidak mungkin disajikan seluruhnya pada peta. Penyederhanaan dan penyimbolan disajikan dalam bentuk titik, garis, luasan, dan singkatan yang terdapat pada Chart No.1 khususnya untuk keperluan penetapan batas Laut Teritorial, dan keperluan navigasi lintas damai. Secara umum batas laut pada peta disajikan berupa garis dengan ketebalan yang konstan meskipun disajikan dalam beberapa skala yang berbeda, hal ini bertujuan agar batas tersebut terlihat tetap tegas dan jelas tanpa dipengaruhi skala. Begitu pun objek-objek untuk keselamatan navigasi lainnya disajikan tanpa generalisasi berdasarkan ukuran skala, karena seberapa kecilnya ukuran objek yang dapat membahayakan ataupun memudahkan untuk navigasi harus disajikan dalam peta tersebut. Adapun penyimbolan objek-objek laut dapat dilihat pada sub bab 3.3.1. 3.3 Desain dan Konstruksi Peta Laut Teritorial Indonesia 3.3.1 Penyimbolan dan Singkatan Penyimbolan dan singkatan untuk Peta Batas Laut Teritorial berdasarkan Chart No.1 dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Singkatan Posisi Geografis (lampiran A), Simbol Titik Kontrol (lampiran B), meliputi simbol titik triangulasi, titik pengamatan, titik tetap, dan benchmark, Posisi Simbol (lampiran C), 32

Simbol Garis Batas (lampiran D dan W), meliputi : simbol batas internasional di daratan, batas maritim internasional, batas lurus Laut Teritorial, batas Laut Teritorial, garis air rendah, dan garis pangkal, Simbol Pulau Buatan (lampiran E), Simbol Garis Pantai (lampiran F), Simbol Kondisi Alam yang Garis Pantainya Tidak Tetap (lampiran G), Simbol Instalasi Pelabuhan Terluar (lampiran H), Simbol Instalasi Lepas Pantai (lampiran I), Simbol Tempat Membuang Jangkar (lampiran J), Simbol Alur Laut dan Skema Pemisah Lalu Lintas (lampiran K), Simbol Kedalaman (lampiran L), Simbol dan Singkatan Dasar Laut (lampiran M), Simbol Pertolongan Navigasi (lampiran N), Simbol Radionavigasi (lampiran O), Simbol Objek-Objek yang Mencolok (lampiran P), Simbol Sungai (lampiran Q), Simbol Kompas (lampiran R), serta Informasi Pasut (lampiran S). Simbol-simbol dalam Chart No.1 tersebut belum mencakup semua simbol yang dibutuhkan untuk Peta Batas Laut Teritorial. Oleh karena itu, dibuat simbol baru seperti simbol untuk garis pangkal (Tabel 3.1). Tabel 3.1 Deskriosi Garis Pangkal Bentuk Garis Pangkal Ketebalan Garis Warna Biru (lebih tua dari warna 0,1 mm biru perairan) 33

Selain penyimbolan, dan singkatan, terdapat beberapa bagian yang disajikan dalam Peta Batas Laut Teritorial yaitu: Judul peta Judul Peta Batas Laut Teritorial merupakan identitas dari peta tersebut dengan menunjukkan nama wilayah yang dipetakan. Judul peta dapat ditulis seperti format di bawah ini: PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA (Nama Daratan Utama)-(Nama Pantai/Perairan) (Nama Daerah Batas Pemetaan) Indeks Peta Indeks peta disajikan untuk menunjukkan posisi relatif sebuah Peta Laut Teritorial terhadap Peta Laut Teritorial Indonesia seluruhnya. Contoh indeks peta dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Indeks Peta Batas Laut Teritorial Indonesia Warna Warna dalam Peta Batas Laut Teritorial disajikan berdasarkan warna simbolsimbol pada Chart No 1, seperti dapat dilihat dari simbol kontur kedalaman pada Gambar 3.2. 34

Gambar 3.2 Identifikasi Warna Pada simbol tersebut terlihat bahwa wilayah daratan diberi warna kuning kecoklatan, area pasang surut diberi warna hijau, wilayah perairan dangkal (kedalaman kurang dari 10 m) diberi warna biru, dan wilayah laut lainnya diberi warna putih. Daftar koordinat geografis titik-titik dasar (Tabel 3.1), posisi tiap-tiap titik dasar (lihat lampiran T dan U). Tabel 3.2 Daftar Koordinat Titik-Titik Dasar Daftar Titik-Titik Koordinat No.Titik Lintang Bujur Keterangan 1 _ _ _ _ _ _ 2 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 35

Penamaan unsur peta mengacu pada Chart No.1. Penamaan objek pada Peta Batas Laut Teritorial (lihat lampiran V) meliputi: Tabel 3.3 Penamaan Objek Jenis Ukuran Penamaan Huruf Jenis Huruf Nama sungai 10 (2,5 mm) Century School Book Italic Nama 16-11 (4 mm Century School perairan dan 2,75 mm) Book Italic teluk Nama alur 12 (3 mm) Century School laut Book Italic Nama karang 10 (2,5 mm) News Gothic Italic Nama daratan (sesuai luas Century School daratan) Book Nama batas 14-13 (3,5 News Gothic negara mm 3,25 Italic mm) Nama gunung 10 (2,5 mm) Century School Book Nama 14 (3,5 mm) Century School pelabuhan Book Italic Warna Biru (lebih tua dari warna biru perairan) Biru (lebih tua dari warna biru perairan) Biru (lebih tua dari warna biru perairan) Hitam Hitam Biru (lebih tua dari warna biru perairan) Hitam Hitam Batasan lintas pada alur laut, untuk kapal tanki, kapal bertenaga nuklir, kapal yang mengangkut bahan nuklir, dan kapal yang mengangkut barang atau bahan lain yang berbahaya atau beracun dengan cara memberi tulisan Tanker pada alur tersebut. 36

Peringatan bagi kapal selam dan kendaraan bawah air lainnya dengan kalimat Kapal selam dan kendaraan bawah air lainnya harus melakukan navigasi di atas permukaan Laut Teritorial dan menunjukkan benderanya. Sistem koordinat yang digunakan menggunakan sistem koordinat geografis. Sistem penggambaran peta menggunakan garis gratikul per 10 menit. Nomor Lembar Peta, menerangkan nomor registrasi dan posisi relatif tiap lembar peta terhadap posisi lembar peta lainnya, dalam peta laut ditempatkan disudut kiri atas dan kanan bawah dari peta. Cara penomoran Peta Laut Teritorial : penomoran ditulis dengan angka latin, nomor terdiri atas tiga angka, angka pertama menjelaskan wilayah laut Indonesia yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu laut Indonesia bagian utara, barat, dan selatan. Wilayah laut Indonesia bagian utara diberi nomor 1, wilayah laut bagian barat diberi nomor 2, dan wilayah laut bagian selatan diberi nomor 3. dua angka berikutnya menunjukkan posisi relatif lembar peta di dalam wilayah lautnya, penomoran dalam wilayah laut utara dan selatan dimulai dari barat hingga timur, dan penomoran dalam wilayah laut barat dimulai dari utara hingga selatan. 20-48-68. Penjelasan mengenai penomoran dapat dilihat pada Gambar 3.3. 1 2 3 307 Gambar 3.3 Rancangan Penomoran Lembar Peta Laut Teritorial Indonesia 37

3.3.2 Proyeksi Peta Proyeksi peta yang akan digunakan dalam pemetaan batas Laut Teritorial Indonesia ini adalah proyeksi Mercator, karena proyeksi ini cocok untuk kegiatan navigasi dimana garis loxodrome digambarkan sebagai garis lurus berarti mempunyai azimuth yang tetap, selain itu pula sifat dari proyeksi Mercator adalah normal konform yang baik digunakan untuk daerah ekuator dan dapat memberikan pengukuran sudut, jarak dan arah yang baik. 3.3.3 Skala Sesuai dengan ketentuan yang tertera pada TALOS 1982 edisi tahun 2006, dicantumkan bahwa skala untuk pemetaan Laut Teritorial berkisar antara 1 : 50.000 hingga 1 : 100.000. Kesalahan pengeplotan 10 m hingga 20 m. Dalam perancangan ini dipilih skala peta 1 : 100.000 dengan alasan ketelitian skala 1 : 100.000 tidak melebihi ketelitian survei basepoint Indonesia yang digambarkan pada lembar lukis skala 1 : 5.000 ketelitian yaitu 5 m. 3.3.4 Datum Geodetik Mengacu pada penggunaan datum geodetik yang dapat digunakan secara global maka datum yang dipilih dalam perancangan Peta Laut Teritorial Indonesia ini adalah WGS 1984, dan LAT sebagai datum vertikal. 3.4 Elemen Peta Batas Laut Teritorial Peta Laut Teritorial Indonesia disajikan dalam lembar peta dengan ukuran neatline 100,12 cm x 75,57 cm. Pada sebuah lembar peta laut terdapat elemenelemen peta. Perancangan Peta Batas Laut Teritorial Indonesia yang dilakukan pada penelitian ini mengandung beberapa elemen peta sesuai dengan elemen peta yang dicantumkan pada Chart No.1 yaitu nomor lembar peta dalam seri peta nasional, nama dan alamat pembuat peta, keterangan perlindungan terhadap hak cipta, edisi peta, berita pelaut Indonesia, dimensi dari batas dalam muka peta, ruang untuk koordinat, judul peta, catatan yang menjelaskan konstruksi peta, logo 38

instansi nasional pembuat peta, skala peta, skala linier pada peta skala besar, batas peta, peringatan yang menjelaskan fitur-fitur khusus, diagram sumber data, referensi untuk peta skala besar, batas muka peta (neatline), bar code, nomor stok, nomor lembar peta dalam seri peta internasional, dan daftar koordinat titik-titik dasar. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar (3.4). Judul peta, catatan yang menjelaskan konstruksi peta, logo instansi nasional pembuat peta, skala peta, skala linier pada peta skala besar, diagram sumber data, referensi untuk peta skala besar, dan daftar koordinat titik-titik dasar diletakkan pada ruang kosong di muka peta. Gambar 3.4 Format Umum Peta Laut berdasarkan pada Chart No.1 39