Kebijakan Penganggaran Tahun 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Penganggaran Tahun 2016

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017

OUTLINE PAPARAN PENAJAMAN RENCANA KERJA TA KONSEP RKP DUKUNGAN DITJEN SDA TERHADAP 3 PRIORITAS NASIONAL

SINERGI PENGELOLAAN APBN YANG LEBIH BERKUALITAS DISAMPAIKAN OLEH DIRJEN ANGGARAN BUDGET DAY 22 NOVEMBER 2017

RENJA K/L TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

ARAH KEBIJAKAN PENDANAAN PENCAPAIAN SASARAN AIR MINUM

R a p a t K O N R E G 2017 J a k a r t a, 9 J u n i TEMA : Memacu Investasi Dan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan Dan Pemerataan

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2015

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

I... 1 PENDAHULUAN... 1 BAB II... 2 TATA CARA PELAKSANAAN PERTEMUAN TIGA PIHAK...

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

RANCANGAN PAGU INDIKATIF TA 2010 DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN BAPPENAS

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN

RAPAT KOORDINASI BIRO ANALISA ANGARAN DAN PELAKSANAAN APBN 19 MARET /19/2014 Biro Analisa APBN 1

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1)

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal April /3/2013 Biro Analisa APBN 1

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

21 Universitas Indonesia

1/8/2014 Biro Analisa APBN 1

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya. RPIJM DAN KPJM Bidang Cipta Karya

ARAH KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA 2012 dan 2013

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

BAHAN I: PAK PURWIYANTO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

UU No 17/2014 tentang MD3

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja

Penyelesaian Infrastruktur Strategis Nasional Menjadi Fokus Anggaran Kementerian PUPR Tahun 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung

Kunjungan Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 April 2015

RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015

TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

Dalam Rangka Penyusunan RKP

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

PENDANAAN PROGRAM PRIORITAS DAN RKP 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Realisasi Kementerian PUPR Capai 93,66%

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

Kebijakan Penganggaran TA 2018

Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015

PIDATO PENGARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2015

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

Oleh Drs. Setyanta Nugraha, MM

2017, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017; c. bahwa untuk mengamankan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Neg

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN

Siklus APBN. Januari. Penetapan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional. Juli. Agustus. November

Rapat Paripurna DPR RI, 25 Agustus 2015 REPUBLIK INDONESIA

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN

TEMA : MEMACU INVESTASI DAN INFRASTRUKTUR UNTUK PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN

CATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

-1- BOX TAHAPAN RPJPN

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

DALAM RANGKA PENYUSUNAN RKP DAN RENJA K/L TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Penganggaran Tahun 2016 disampaikan oleh: Direktur Jenderal Anggaran dalam Konsultasi Regional Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2016 INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 2 I. Pendahuluan. II. Pokok Bahasan Siklus dan Mekanisme Penganggaran. III. Perkembangan Kebijakan APBN, Subsidi, dan Anggaran Infrastruktur (2011 2015). IV. Perkembangan dan Isu Strategis Penganggaran Kementerian PUPR. V. Pagu Indikatif Tahun 2016. VI. Penutup.

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 3 I. Pendahuluan

ARAH KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2016 INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 4 Defisit dikendalikan pada tingkat yang sustainable (lebih rendah dari APBNP 2015), dengan tetap memperhatikan peran APBN dalam perekonomian. Mengoptimalkan pendapatan negara baik perpajakan maupun PNBP. Pengendalian dan peningkatan kualitas belanja negara baik belanja pusat maupun transfer ke daerah dan dana desa. Melanjutkan program-program prioritas di tahun 2015; Memperkuat desentralisasi fiskal.

Strategi untuk Menjaga Kesinambungan Fiskal Mengendalikan Defisit Anggaran 1.Memperkuat Kapasitas Fiskal Optimalisasi Penerimaan Perpajakan Optimalisasi PNBP dengan tetap menjaga iklim investasi dan konservasi lingkungan 2.Meningkatkan Kualitas Belanja: Meningkatkan Alokasi Belanja Produktif Infrastruktur, penguatan SDM. Mengendalikan Belanja (Mandatory, Subsidi, Belanja Barang Operasional, dan Biaya Perjalanan Dinas) Menuju Keseimbangan Primer Positif 1. Pengendalian kerentanan fiskal (fiscal vulnerability) 2. Meningkatkan fiscal buffer dan fleksibilitas pengelolaan keuangan negara (pasal krisis, BSF, FKSSK) Menurunkan Rasio Utang terhadap PDB 1. Pengendalian pembiayaan yang bersumber dari utang dalam batas yang manageable 2. Mengarahkan agar pemanfaatan pinjaman untuk kegiatan produktif 5

Tantangan APBN ke Depan INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN Pendapatan Negara 1. Penerimaan perpajakan sebagai sumber pembiayaan belanja negara masih perlu waktu untuk meningkat secara signifikan; 2. Lifting migas dan ICP cenderung semakin menurun, berpengaruh terhadap pendapatan SDA migas; 3. Sebagian dari PNBP dan BLU sudah terikat penggunaannya. Belanja Negara 1. Produktifitas, efisiensi, dan efektifitas alokasi belanja belum optimal; 2. Fiscal space APBN masih terbatas: komposisi belanja negara didominasi oleh belanja mengikat yang bersifat wajib (a.l. belanja operasional, pembayaran bunga utang, dan subsidi); 3. Mandatory spending semakin besar (a.l. anggaran pendidikan 20%, DAU 26%, dana desa, dan anggaran kesehatan 5%); 4. Penyerapan anggaran belanja negara belum optimal dan menumpuk di triwulan III & IV; 5. Kualitas belanja daerah masih belum optimal.

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 7 II. Siklus dan Mekanisme Penganggaran

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN PROSES PENYUSUNAN RAPBN: SIKLUS APBN Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional (Januari) Resource envelope, Rancangan RKP dan Pagu Indikatif (Maret) Rincian APBN (Akhir November) SB 2 1 7 3 Pokok-pokok Kebijakan Fiskal, Kerangka Ekonomi Makro dan RKP (Pertengahan Mei) 8 DIPA (Desember) PERSETUJUAN DPR (BANGGAR) Perpres (RKP) DIPA 4 5 PERSETUJUAN DPR (KOMISI) Pagu Anggaran (Pertengahan Juni) RAPBN (Agustus) KMK RUU & NK Keppres/Perpres (2015) PERSETUJUAN DPR (KOMISI) 6 APBN (Akhir Oktober) UU PERSETUJUAN DPR (BANGGAR)

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN PROSES PENETAPAN PAGU ANGGARAN Pagu Indikatif Pelaksanaan pertemuan tiga pihak (trilateral meeting). - Penetapan Perpres RKP - Penyampaian dan pembahasan KEM dan PPKF dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN. Menteri/ Pimpinan Lembaga menyusun Renja K/L K/L menyampaikan Renja K/L kepada KemenPPN/ Bappenas dan Kemenkeu Menteri Keuangan Menetapkan pagu anggaran K/L 9

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dari Pagu Indikatif Menuju Pagu Anggaran INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN N0. Uraian Pihak Terkait 1. Penyusunan Renja K/L 2. Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) 3. Penyampaian Renja K/L kepada Kemenkeu dan Kementerian PPN 4. Penyampaian KEM PPKF dan dan RKP 2016 6. Penetapan Pagu Anggaran K/L Substansi dan Hal Penting K/L K/L menyusun Renja berdasarkan Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP K/L yang terkait langsung dengan pencapaian prioritas nasional, capaian kinerja program/kegiatan harus tercermin dalam umusan kinerjanya. Kemenkeu, Kem PPN, K/L Kemenkeu, Kem PPN, K/L Kemenkeu dan Kemen PPN Kemenkeu Tujuan: meningkatkan koordinasi dan kesepahaman 3 pihak terkait pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional, dan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kebijakan belanja tahun 2016; menjaga konsistensi kebijakan dalam RPJM, RKP, Renja K/L, serta RKA-K/L; Pagu Indikatif merupakan batas tertinggi atas belanja K/L yang tidak dapat dilampaui. Kebutuhan belanja operasional (pegawai dan barang), serta kebutuhan belanja operasional berkarakteristik operasional harus dipenuhi. Pemanfaatan alokasi anggaran dari PNBP dan BLU harus sesuai dengan penetapan penggunaannya Pergeseran alokasi anggaran dari rupiah murni menjadi PHLN dan sebaliknya tidak dapat dilakukan. Perubahan pagu antar program dan antar kegiatan masih dimungkinkan sepanjang sesuai dengan pencapaian prioritas nasional. Pengalokasian anggaran pada program/kegiatan harus mempertimbangkan penyerapan anggaran. Memperhatikan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. K/L menyampaikan Renja dengan melakukan penyesuaian berdasarkan dokumen kesepakatan dalam forum Trilateral Meeting. Menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan rancangan Kerja Pemerintah di DPR yang menjadi dasar bagi penyusunan RAPBN 2016 Menteri Keuangan menyampaikan surat mengenai pagu anggaran K/L dengan berpedoman pada kapasitas fiskal, besaran pagu indikatif, Renja K/L, dan hasil evaluasi kinerja K/L.

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 11 III. Perkembangan Kebijakan APBN, Subsidi dan Anggaran Infrastruktur (2011 2015)

Perkembangan APBN, Subsidi dan Anggaran Infrastruktur tahun 2011 2015 (triliun rupiah) INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 12 Uraian 2011 2012 2013 LKPP LKPP LKPP APBNP APBN APBNP A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.210,6 1.338,1 1.438,9 1.635,4 1.793,6 1.761,6 I. Penerimaan Dalam Negeri 1.205,3 1.332,3 1.432,1 1.633,1 1.790,3 1.758,3 1. Penerimaan Perpajakan 873,9 980,5 1.077,3 1.246,1 1.380,0 1.489,3 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 331,5 351,8 354,8 386,9 410,3 269,1 II. Hibah 5,3 5,8 6,8 2,3 3,3 3,3 B. Belanja Negara 1.295,0 1.491,4 1.650,6 1.876,9 2.039,5 1.984,1 (% kenaikan terhadap tahun sebelumnya) 15,2% 10,7% 13,7% 8,7% 5,7% I. Belanja Pemerintah Pusat 883,7 1.010,6 1.137,2 1.280,4 1.392,4 1.319,5 (% kenaikan terhadap tahun sebelumnya) 14,4% 12,5% 12,6% 8,8% 3,1% II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 411,3 480,6 513,3 596,5 647,0 664,6 C. Keseimbangan Primer 8,9 (52,8) (98,6) (106,0) (93,9) (66,8) D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (84,4) (153,3) (211,7) (241,5) (245,9) (222,5) E. Pembiayaan Anggaran 130,9 175,2 237,4 241,5 245,9 222,5 I. Pembiayaan Dalam Negeri 148,7 198,6 243,2 254,9 269,7 242,5 II. Pembiayaan Luar Negeri (neto) (17,8) (23,5) (5,8) (13,4) (23,8) (20,0) F. Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 46,5 21,9 25,7 0,0 0,0 0,0 1. Anggaran Infrastruktur 114,2 145,4 155,9 177,9 191,3 290,4 (% kenaikan terhadap tahun sebelumnya) 27,3% 7,2% 14,1% 7,5% 63,2% I. K/L 91,2 122,6 134,9 149,4 155,4 209,9 II. Non K/L 23,0 22,8 21,0 28,5 35,9 80,5 2. Porsi Anggaran Infrastruktur thd: I. Belanja Negara 8,8% 9,7% 9,4% 9,5% 9,4% 14,6% II. Belanja Pemerintah Pusat 12,9% 14,4% 13,7% 13,9% 13,7% 22,0% Belanja Subsidi 295,4 346,4 355,0 403,0 414,7 212,1 (% kenaikan terhadap tahun sebelumnya) 17,3% 2,5% 13,5% 2,9% -47,4% i. Subsidi Energi 255,6 306,5 310,0 350,3 344,7 137,8 ii. Subsidi Non Energi 39,7 39,9 45,1 52,7 70,0 74,3 2014 2015 Anggaran Infrastruktur didominasi oleh K/L sebagai berikut: Kementerian/Lembaga 2011 2012 2013 2014 APBN '15 APBNP '15 1. Kem. PUPR* 41,8 56,5 63,5 63,8 68,1 105,0 (% thd keseluruhan anggaran infrastruktur) 36,6% 38,9% 40,7% 35,9% 35,6% 36,2% 2. Kem. Perhubungan 16,0 25,3 26,0 27,3 35,0 52,5 3. Kem. ESDM 6,2 6,7 7,7 9,3 5,9 5,9 4. Kem. PERA 1,4 1,6 1,9 3,3 3,7-5. K/L Lainnya 25,8 32,6 35,9 45,7 42,7 46,4 *) mulai APBNP 2015 Alokasi Kem.Pera digabung dengan Alokasi Kem. PUPR

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 13 Strategi Kebijakan Penganggaran Tahun 2015 (1) Meningkatkan fiscal space bagi program-program yang lebih produktif: Meningkatkan penerimaan pajak dan PNBP; Efisiensi belanja melalui penghematan belanja perjalanan dinas untuk direalokasikan ke kegiatan yang lebih prioritas dan lebih produktif sesuai usulan K/L (refocusing); Penghematan subsidi; Meminimalkan kerentanan fiskal akibat fluktuasi harga minyak mentah dan nilai tukar: Reformasi subsidi BBM dengan skema kebijakan fixed subsidy untuk solar dengan subsidi maksimum Rp1.000/liter untuk setiap level harga dan kebijakan harga keekonomian yang ditetapkan Pemerintah untuk premium. Memperbaiki postur APBN agar lebih produktif dan berkualitas dalam mendukung pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam Nawacita dan Trisakti: Pengalokasian tambahan anggaran untuk berbagai program prioritas (sesuai visi dan misi Presiden), meliputi dukungan sektor pendorong pertumbuhan (pangan, energi, maritim, pariwisata, dan industri), pemenuhan kewajiban dasar (pendidikan, kesehatan, dan perumahan), pengurangan kesenjangan antarkelas pendapatan dan antarwilayah, pembangunan infrastruktur konektivitas.

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 14 Strategi Kebijakan Penganggaran Tahun 2015 (2) Kebijakan Penganggaran Tujuan Tambahan kapasitas fiskal Penghematan Subsidi BBM Rp211,3T Penghematan belanja perjadin (refocusing) Peningkatan Pajak Non Migas dan Penerimaan Bea Cukai Rp148,4 T Belanja lebih produktif Pengurangan Defisit Tambahan transfer ke daerah dan dana desa Rp34,7 T Kenaikan Belanja K/L (untuk mendukung program prioritas) Rp148,2 T Tambahan PMN Rp63,1T

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 15 IV. Perkembangan dan Isu Strategis Penganggaran Kementerian PUPR

Alokasi Anggaran Kementerian PUPR Tahun 2011 s.d. 2015 INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 16 dalam miliar Tahun PAGU REALISASI % Realisasi 2011 60.373,97 53.720,61 88,98% 2012 81.477,11 71.527,57 87,79% 2013 91.765,58 83.720,53 91,23% 2014 80.494,09 75.094,03 93,29% 2015 118.546,08 - - Alokasi anggaran Kementerian PUPR meningkat menjadi hampir dua kali lipat dalam waktu 5 (lima) tahun (2011-2015) dan menjadi K/L dengan alokasi terbesar dalam APBN-P tahun 2015.

Alokasi Anggaran per Unit Eselon I Kementerian PUPR Tahun 2011 s.d. 2015 UNIT ESELON I dalam miliar rupiah 2011 2012 2013 2014 PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI SEKRETARIAT JENDERAL 843,97 783,33 693,20 557,84 1.110,48 1.075,46 1.639,75 1.514,92 INSPEKTORAT JENDERAL 122,86 65,28 121,49 71,50 115,16 83,49 85,60 70,74 DITJEN PENATAAN RUANG 669,02 592,39 750,00 679,15 793,69 725,58 975,07 894,54 DITJEN BINA MARGA 27.975,01 25.369,18 40.339,78 36.494,90 38.956,26 35.778,72 40.292,51 37.836,17 DITJEN CIPTA KARYA 13.527,35 12.442,75 13.867,93 12.904,96 21.953,96 20.874,10 14.548,63 13.923,82 DITJEN SUMBER DAYA AIR 13.023,41 11.426,46 19.080,85 16.204,71 23.181,57 20.163,14 18.129,44 16.573,24 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 435,57 414,43 417,04 384,69 440,71 424,94 488,26 463,68 BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI 314,77 264,01 254,06 227,51 309,43 296,82 333,50 309,77 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 3.462,02 2.362,78 5.952,76 4.002,32 4.904,32 4.298,28 4.001,33 3.507,15 JUMLAH 60.373,97 53.720,61 81.477,11 71.527,57 91.765,58 83.720,53 80.494,09 75.094,03 dalam miliar rupiah UNIT ESELON I APBN 2015 UNIT ESELON I APBN-P 2015 SEKRETARIAT JENDERAL 869,10 SEKRETARIAT JENDERAL 656,86 INSPEKTORAT JENDERAL 105,20 INSPEKTORAT JENDERAL 105,20 DITJEN PENATAAN RUANG 1.350,00 DITJEN BINA MARGA 56.974,82 DITJEN BINA MARGA 41.300,91 DITJEN CIPTA KARYA 19.612,52 DITJEN CIPTA KARYA 14.408,90 DITJEN SUMBER DAYA AIR 30.562,50 DITJEN SUMBER DAYA AIR 22.361,74 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 519,50 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 519,50 DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 722,90 BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI 422,90 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA 537,24 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 4.621,55 BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH 525,00 JUMLAH 85.959,79 DITJEN PENYEDIAAN PERUMAHAN 7.768,03 DITJEN PEMBIAYAAN PERUMAHAN 561,52 JUMLAH 118.546,08 Catatan : Sekitar 70% alokasi anggaran Kementerian PU dimanfaatkan untuk penyelenggaraan jalan dan penyediaan pengelolaan Sumber Daya Air INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 17

Isu Strategis Penganggaran Kementerian PUPR INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 18 1. Berdasarkan Spending Review World Bank (Tahun 2007), Investasi di bidang infrastruktur di Indonesia, indikator akses terhadap infrastruktur dasar semakin memburuk, serta peringkat Infrastruktur Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga 2. Kualitas infrastruktur khususnya jalan di Indonesia masih berada dibawah Thailand, Malaysia dan China. Walaupun alokasi dana untuk jalan meningkat sangat tajam, namun peningkatan output jalan tidak terlihat secara signifikan, karena sebagian dana terserap oleh kenaikan unit cost jalan. 3. Distribusi alokasi anggaran untuk masing-masing provinsi (lokasi) perlu disinergikan dengan prioritas program pembangunan Pemerintah sesuai Nawacita dan Trisakti 4. Peningkatan alokasi anggaran Kementerian PUPR yang cukup signifikan diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang lebih tinggi bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan akses atas infrastruktur dasar yang disediakan Pemerintah

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 19 V. Pagu Indikatif Tahun 2016

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 20 Kebijakan Pengalokasian Pagu Indikatif Tahun 2016 1. Direncanakan awal sebesar Rp807,7 T dan dicadangkan anggaran sebesar Rp19,4 T yang akan dimanfaatkan utamanya pada pembangunan infrastruktur dan kegiatan prioritas lainnya, setelah mendapat konfirmasi kesiapan pelaksanaan hasil trilateral meeting dan Musrenbang. 2. Ditujukan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan seperti infrastruktur, ketahanan pangan, energi, kemaritiman dan pariwisata sesuai dengan prioritas pembangunan dalam RKP 2016, RPJMN tahun 2015-2019 serta untuk mendukung pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam agenda Nawacita dan Trisakti. 3. Pemenuhan alokasi anggaran pendididikan (sekurang-kurangnya 20% dari APBN) dan anggaran kesehatan (5% dari APBN), yang merupakan amanat UUD 1945 amandemen ke-4 dan UU Kesehatan, tidak boleh berkurang. 4. Alokasi per program, di luar yang bersifat wajib dipenuhi dan wajib dialokasikan, merupakan ancar-ancar dan bersifat indikatif, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan pergeseran antarprogram. 5. Dalam pengalokasian memperhatikan sinergitas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (sinkronisasi antara kegiatan dalam Renja K/L dan kegiatan daerah), dengan berpedoman pada pembagian urusan dan kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Kebijakan Pengalokasian Pagu Indikatif Tahun 2016...(lanjutan) 6. Pengusulan Inisiatif Baru oleh K/L ditiadakan. 7. Dalam hal terdapat usul-usul baru yang lebih prioritas, maka pendanaannya dilakukan melalui penajaman prioritas, refocusing, dan realokasi dari dana yang ada, serta didiskusikan/disepakati di dalam forum trilateral meeting. 8. Dihitung dengan memperhatikan kinerja penyerapan 2014, proyeksi 2015, dan rencana tahun 2016; 9. Mengikuti rencana peningkatan kualitas belanja negara, dan dilaksanakan dengan: a. Pengalihan program kurang produktif ke program yang lebih produktif b. Perbaikan kualitas perencanaan untuk mempertajam kualitas belanja; dan c. Perbaikan manajemen dan administrasi perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan anggaran, termasuk melalui penyempurnaan KPJM dan penataan arsitektur dan informasi kinerja. 10. Pagu Indikatif Tahun 2016 telah menampung: a. kebutuhan untuk kebutuhan dasar/wajib K/L; b. kebutuhan Prioritas (Rupiah Murni) untuk mendukung pencapaian prioritas-prioritas pembangunan; c. anggaran yang bersumber dari PNBP, BLU, PLN, HLN, PDN, dan SBSN INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 21

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 22 Pagu Indikatif Kementerian PUPR per Program Tahun 2016 No. Program Alokasi (miliar rupiah) 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR 190,56 2 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kementerian PUPR 245,026 3 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PUPR 105,81 4 Program Penyelenggaraan Jalan 46.443,85 5 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman 19.131,33 6 Program Pengelolaan Sumber Daya Air 25.030,08 7 Program Pengembangan Perumahan 7.780,26 8 Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan 581,85 9 Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR 402,03 10 Porgram Pembinaan Konstruksi 681,93 11 Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah 568,31 12 Program Pengembangan Sumber Daya Manusia 493,00 JUMLAH 102.554,85

Rencana Target Sasaran Output Prioritas Kementerian PUPR Tahun 2016 (1) INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN PAGU INDIKATIF (miliar rupiah) Kementerian PUPR 102.554,85 Rencana Output Prioritas Hasil Exercise Kem. Keuangan dengan Mempertimbangkan RPJMN Ditjen Bina Marga 46.443,85 Ditjen Cipta Karya 19.131,33 - Panjang jalan yang dipelihara dan ditingkatkan (46.489,27 km) - Panjang jembatan yang dipelihara (474.189,37 m) - Panjang jalan yang dilebarkan (297,01 km) - Panjang jembatan yang ditingkatkan/diduplikasi (8.075,42 m) - Panjang jalan baru yang dibangun (1.000,37 km) - Panjang jembatan baru dan fly over yang dibangun (6.572,77 m) - Panjang jalan tol yang dibangun (10,02 km) - Pembangunan/Pelebaran Jalan di Kawasan Strategis, Perbatasan, Wilayah Terluar dan Terdepan (449,00 km) - Pembangunan/Duplikasi Jembatan di Kawasan Strategis, Perbatasan, Wilayah Terluar dan Terdepan (1.161,00 m) - Pengadaan tanah untuk jalan tol (3.977,00 ha) - Penanganan kawasan kumuh perkotaan (8.975Ha), Pengembangan Kota Baru dan fasilitasi perkotaan (179 Kota/Kws), kawasan permukiman perdesaan (145 kawasan), dan Penanganan Kawasan permukiman Khusus (7 Kawasan) - SPAM Regional (700 l/dt), SPAM Perkotaan (IKK 2.100 l/dt dan Ibukota Pemekaran/Perluasan Perkotaan 810 l/dt), PAMSIMAS (1.274 l/dt), SPAM Khusus (Kawasan Kumuh Perkotaan 180 l/dt, Kawasan Nelayan 55 l/dt, Desa Rawan Air 96 l/dt), SPAM PDAM Terfasilitasi (Bantuan Program 70 PDAM dan Pengembangan Jaringan SPAM MBR 118 kawasan), SPAM Non PDAM Terfasilitasi (Bantuan Program 5 NonPDAM/UPTD dan Pengembangan Jaringan SPAM MBR 29 kawasan) - Infrastruktur limbah dengan sistem terpusat skala kota (12 kab/kota), skala komunal (1.460 kawasan), dan skala kawasan (26 kawasan); Instalasi pengolahan lumpur tinja (30 kab/kota); Infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (55 kab/kota); Infrastruktur tempat pengolahan sampah terpadu/3r (140 kab/kota); Infrastruktur fasilitas pengolahan sementara sampah (16 kab/kota); Infrastruktur drainase (4.500 Ha di 34 kab/kota) - Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pusaka 2 Bangunan Gedung, dan Bangunan Gedung Hijau 8 Bangunan Gedung dan Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional 40 Kawasan, Kawasan Pusaka 8 Kawasan, Kawasan Hijau 20 Kawasan, dan Kebun Raya 12 Kawasan - Peningkatan aksesibilitas Kawasan (8 kawasan), Peningkatan kondisi bangunan (6 kawasan), Peningkatan layanan sanitasi (4 kawasan), peningkatan layanan air minum (8 kawasan)

Rencana Target Sasaran Output Prioritas Kementerian PUPR Tahun 2016 (2) INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN PAGU INDIKATIF (miliar rupiah) Rencana Output Prioritas Hasil Exercise Kem. Keuangan dengan Mempertimbangkan RPJMN Ditjen Sumber Daya Air 25.030,08 - Pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi air permukaan (174.129 Ha), irigasi air tanah (6.604 Ha), reklamasi rawa (39.066 Ha), dan tata air tambak (2.500 Ha) - Rehabilitasi jaringan irigasi air permukaan (468.135 Ha), irigasi air tanah (10.580 Ha), reklamasi rawa (118.527 Ha), dan tata air tambak (21.321 Ha) - Pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir (332,81 Km), lahar/sedimen (28 Buah), dan pengaman pantai (67,50 Km) - Rehabililtasi sarana/prasarana pengendali banjir (198,30 Km), lahar/sedimen (55 buah), dan pengaman pantai (1,80 Km) - Pembangunan waduk (Waduk dalam Proses Pembangunan 27 Buah, Waduk Baru 8 Buah)/embung/situ/bangunan penampung air lainnya - Rehabilitasi waduk/embung/situ/bangunan penampung air lainnya - Konservasi kawasan sumber air - Pembangunan sarana/prasarana penyediaan air baku (12 m3/detik) - Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya Ditjen Penyediaan Perumahan 7.780,26 - Rumah khusus terbangun beserta PSU dan Meubelair sebanyak 7.515 unit, Rehabilitasi rumah khusus sebanyak 1.000 unit - Rumah yang Terfasilitasi bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya sebanyak 20.000 unit, Rumah yang Terfasilitasi bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya sebanyak 50.000 unit - Rumah Susun terbangun beserta PSU dan Meubeulair sebanyak 20.500 unit, Rumah susun yang direvitalisasi sebanyak 11.200 unit

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN VI PENUTUP 1. Infrastruktur memegang peranan penting dalam: a) Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan daya saing; b) Mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan dasar; 2. Peningkatan anggaran infrastruktur yang sangat signifikan diharapkan dapat menjadi stimulus utama bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat; 3. Evaluasi dan langkah-langkah terobosan untuk perbaikan pelaksanaan dan pengelolaan program/kegiatan bidang infrastruktur perlu dilakukan dalam rangka peningkatkan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan anggaran;

Terima Kasih INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 26