Kuliah Pertemuan Ke-12. Mode Choice Model (Model Pemilihan Moda)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN MODA PERJALANAN

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim factor, dalam Dirgantoro Setiawan, 2003 :

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

KOMPETISI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG BERDASARKAN MODEL LOGIT-BINOMIAL-SELISIH DAN LOGIT-BINOMIAL-NISBAH

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN BUS KAMPUS Ronny Esha 1, Reza Aipassa 2, Rudy Setiawan 3

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII APLIKASI MODEL

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PENUMPANG ANTARA BUS DAN KERETA API RUTE PURWODADI - SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN

BAB IV INTEPRETASI DATA

PERBANDINGAN PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI LAUT MENUJU PELABUHAN SIMEULUE

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH ANGKUTAN ONLINE TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PUBLIK DI KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK MALALAYANG - PUSAT KOTA)

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN TRANSPORTASI

ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UNTUK PERJALANAN KERJA (Studi Kasus : Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Bali)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil survei kuisioner memberikan hasil sebagai berikut:

BAB IV METODOLOGI Umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Umum. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan. manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

Kuliah Pertemuan Ke-6 MODEL SINTETIS DISTRIBUSI PERJALANAN. Sub Topik : Model Gravitasi (Kalibrasi Model) Model Sintetik Lainnya

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

ANALISIS BIAYA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UNTUK PERJALANAN KERJA (Studi Kasus: Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metode analisis yang akan digunakan yaitu pada penelitian dari Dhani Yudha B.P. dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2)

PERENCANAAN TRANSPORTASI

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN FASILITAS PARKIR UNTUK MENDORONG MAHASISWA BERKENDARA BERSAMA KE KAMPUS

Pemilihan Moda Transportasi ke Kampus oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap konsumennya. Demikian pula dengan bidang jasa transportasi terkait erat

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

KONSEP PEMODELAN TRANSPORTASI PADA ANGKUTAN BARANG

ABSTRAK. Kata kunci : Distribusi perjalanan, trip assignment, software Visum versi 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan angkutan umum yang semakin besar oleh pelaku perjalanan akan

Transkripsi:

Kuliah Pertemuan Ke-2 Mode Choice Model (Model Pemilihan Moda)

Model Pemilihan Moda dalam Model 4 Langkah

Tujuan Model Pemilihan Moda Untuk mengetahui proporsi pengalokasian perjalanan ke berbagai moda transportasi. Moda yang dianalisis adalah moda yang diperkirakan mempunyai peran yang dominan dalam perangkutan di lokasi (kendaraan pribadi dan angkutan umum).

Teknik Peramalan Pemilihan Moda Dalam meramalkan model ini terdapat beberapa pertimbangan penting : Model bergantung pada ketersediaan data dan kecenderungan pelaku perjalanan dalam penggunaan moda. Model yang teliti dapat mengelompokkan pemilihan moda berdasarkan maksud perjalanan, pendapatan, atau efek kecenderungan pertumbuhan bisnis angkutan, dan berbagai aspek pertimbangan lainnya.

Skenario Peramalan untuk Perilaku Pengguna Moda dan Pangsa Moda Moda yang ditinjau telah beroperasi (moda yang telah ada). Dalam tinjauan ini, survei perilaku pasar dapat dipelajari atas dasar zona asal/tujuan dan menghubungkannya dengan atribut nyata sebagai variabel penentu keputusan. Moda belum diperkenalkan atau moda akan dioperasikan (moda baru). Atribut dalam skenario ini merupakan hipotesis atau andaian sebagai variabel penentu keputusan.

Survei untuk Pemilihan Moda Revealed Preference (RP) : Survei dengan informasi pada pilihan-pilihan yang nyata (atribut-atribut yang telah ada). Stated Preference (SP) : Survei dengan pertanyaan andaian-andaian (hipotesis) yang menghubungkan atribut baru.

Struktur Model Karakteristik Perjalanan dan Kondisi Sos-Ek Posisi I Posisi II Bangkitan Perjalanan Pemilihan Moda Posisi III Posisi IV Distribusi Perjalanan Pembebanan Perjalanan

Struktur Model I Model pemilihan moda angkutan umum dilakukan sebagaimana serupa dengan pemodelan bangkitan untuk perjalanan menggunakan angkutan pribadi. Teknik analisis dilakukan dengan analisis regresi atau kategori. Model ini termasuk kategori model empiris.

Struktur Model II Model ini merupakan model predistribusi yang disebut sebagai trip-end modal split yang akan dibahas secara rinci berikut. Model ini termasuk kategori model empiris (Trip-End Modal Split).

Struktur Model III Model pemilihan moda ini merupakan dilakukan bersamaan dengan distribusi dan merupakan metode yang sering digunakan untuk praktek peramalan angkutan perkotaan. Model ini termasuk kategori model sintetis karena tidak langsung didasarkan pada data apa adanya dari unit yang dikaji.

Struktur Model IV Model ini dilakukan setelah distribusi perjalanan sehingga model ini dikenal sebagai trip-interchange modal split (post-distribution) yang sering digunakan di Eropa. Keuntungannya adalah penyertaan karakteristik perjalanan dan moda dalam model. Model ini termasuk kategori model empiris.

Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda. Karakteristik pengendara dan/atau karakteristik zona pembangkit, misalnya : pemilikan kendaraan, pemilikan SIM, struktur rumah tangga, pendapatan, kerapatan pemukiman dan jarak ke pusat kota.

Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda 2. Karakteristik Perjalanan, misal : panjang perjalanan, tujuan perjalanan dan waktu saat dilakukannya perjalanan.

Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda 3. Karakteristik sistem transportasi, Kuantitatif : waktu tempuh, biaya perjalanan, tempat parkir dan tarif parkir, Kualitatif : kenyamanan, keamanan dan reliability, dll.

Skenario Penyederhanaan Model Dalam pemilihan moda, informasi yang dimodelkan berdasarkan atas : Model Aggregate : Informasi dari Zona. Model ini tidak dapat menggambarkan secara teliti misal tripinterchange model (Struktur IV) karena dilakukan dalam post-distribution. Model Disaggregate : Informasi dari data rumah tangga dan/atau individu. Model mendekati sumber pengambil keputusan (individu), namun lebih rumit dan sukar untuk dikalibrasi.

TRIP END MODAL SPLIT () Karakteristik umum : Banyak menggunakan variabel zona atau rumah tangga (misal kepemilikan kendaraan, kerapatan pemukiman, dll.) Ukuran karakteristik sistem transportasi biasanya digeneralisasikan untuk setiap tujuan (misal menggunakan indeks daya hubung). Pre-Distribusi

TRIP END MODAL SPLIT (2) Contoh :. Ln X = 3.3 0.9 Ln Y (Pittsburg) (X = school trip using public transport per 000 trips) (Y = housing density) 2. London Traffic Survey, dengan 4 kategori kepemilikan kendaraan, 3 kategori pendapatan, 4 kategori jumlah pekerja, 3 kategori daya hubung kereta api dan 3 daya hubung bus.

TRIP INTERCHANGE MODAL SPLIT () Karakteristik umum : Menggunakan model aggregate Banyak menggunakan parameter (attribute) karakteristik sistem transportasi Post-Distribusi Model ini dapat dianalisis menggunakan kurva diversi, persamaan regresi atau variasi Struktur Sintetis. Model ini selalu menggunakan nisbah atau selisih hambatan dari dua (2) moda yang dibandingkan.

TRIP INTERCHANGE MODAL SPLIT (2) Kelemahan :. Model hanya digunakan untuk choice riders, sedangkan pilihan angkutan umum sangat mungkin untuk dimodelkan. 2. Kurva pembagian dari hasil analisis memerlukan data yang cukup banyak jumlahnya. 3. Teori yang mendasari model ini lemah, sehingga fungsi peramalan model ini menjadi diragukan. 4. Jika terdapat perubahan tingkat rumah tangga, maka model yang dihasilkan menjadi lemah/tidak absah. 5. Lebih sesuai untuk daerah perkotaan dengan fasilitas umum yang memadai.

MODEL SINTESIS Model Distribusi/Pemilihan Moda Model Trip-Interchange Berperilaku Model Multi-Moda

MODEL DISTRIBUSI Model pendekatan dengan model gravitasi dan maksimum-entropi. Salah satu contoh model dikembangkan maksimum entropi dalam fungsi logit : P ij T T ij ij exp exp C ij 2 C exp C ij ij

MODEL TRIP-INTERCHANGE BERPERILAKU Model Trip-Interchange Berperilaku berbeda dengan Model Trip-Interchange (struktur IV), karena model ini telah dilakukan modifikasi menggunakan fungsi logit sebagai bentuk dasar pembagian proporsi pemakaian moda.

FUNGSI LOGIT Fungsi ini digunakan karena bentuk kurva pembagian pada umumnya dapat didekati dengan mengasumsikan bahwa persepsi pemakai jalan/jasa angkutan tentang ongkos perjalanan tersebar sesuai dengan distribusi Gumbell. Distribusi Gumbell agak menyimpang jika dibandingkan dengan distribusi normal biasa.

FUNGSI PROBIT Fungsi ini digunakan dengan dasar distribusi normal biasa dalam mengasumsikan persepsi pemakai jalan/jasa angkutan tentang ongkos perjalanan.

Keutamaan FUNGSI LOGIT Dalam fungsi logit, pembagian moda tidak terkait dengan persamaan asal distribusinya, jika menggunakan fungsi probit, pembagiannya harus didasari pada fungsi distribusi normalnya. Fungsi logit dapat digunakan dengan mudah untuk menganalisis pilihan lebih dari dua moda, namun sukar jika menggunakan fungsi probit. Fungsi logit menyediakan kalibrasi model yang lebih mudah.

Contoh Perbandingan dua mobil (pribadi dan angkutan umum) dengan ongkos perjalanan mobil pribadi = C dan angkutan umum = C 2 + ( = modal penalty).

Contoh () 2 2 2 2 C C exp C C exp P P C C exp P

Contoh (2) P P log P exp C C exp C C P 2 P P C C 2 2

Contoh (3) P P C C log 2 Y a bx b, dan a

Contoh Permasalahan CLICK THIS PICTURE, YOU WILL GO TO THE EXCEL FILE

MODEL MULTI MODA Model ini mampu menjelaskan interaksi moda satu kepada lainnya. Oleh karena itu, dapat dikaji kemungkinan pangsa pasar terhadap peralihannya pada moda baru. Model pertama dengan struktur sederhana dapat diselesaikan dengan fungsi logit standar dengan memberlakukan moda dalam tingkatan yang sama. Model kedua dengan struktur moda-tambahan yang mengasumsikan dua pilihan moda. Moda baru akan memperoleh pasar dari sumbangan moda lainnya. Kemungkinan struktur lain adalah mengelompokkan moda sesuai dengan karakteristiknya atau sistem hirarki, yang biasa disebut struktur bersarang.

MODEL MULTI MODA : Model Struktur Biasa Semua Permintaan Perjalanan Pemilihan Moda Moda A Moda B Moda C

MODEL MULTI MODA : Model Struktur Moda Tambahan Semua Permintaan Perjalanan Pilihan Pertama Moda B Moda B Moda Baru Moda A Moda C Moda Baru Pilihan Kedua Pilihan Kedua Moda A Moda B Moda C

MODEL MULTI MODA : Model Struktur Hirarki Semua Permintaan Perjalanan Pembagian Primer Moda A Moda Komposit Pembagian Sekunder Moda B Moda C

Contoh Struktur Pilihan Moda di Indonesia Semua Permintaan Perjalanan Bergerak Tidak Bergerak Berjalan Kaki Berkendaraan Umum Pribadi Bermotor Tidak Bermotor Tidak Bermotor Bermotor Jalan Rel Jalan Raya Mobil Sepeda Motor Bus Paratransit Pemilihan Moda Paratransit

Latihan Soal P P2=-P Zona Asal Zona Tuj. % Pengguna % Pengguna C BUS C TRANSIT REL BUS TRANSIT REL 2 00 80 82 8 3 95 70 80 20 2 70 90 95 5 2 3 80 98 89 3 90 00 92 8 3 2 80 75 88 2

Flow Chart Regresi X = C 2 C Y = Log e {(P /-P } P P C C log 2 Y a bx, denganb, dan a Persamaan Logit P exp C 2 C Kurva Logit Menyusun kurva

PERHITUNGAN ANALISIS REGRESI LINIER UNTUK MODEL BINOMIAL-LOGIT-SELISIH C BUS C TRANSIT C JKA - C JR Log e {(P /-P } REL (Xi) (Yi) XiYi Xi 2 exp-(a+bxi) P = /(+exp-[b+axi]) 00 80-20.56347489-30.32694979 400 0.25263 0.822867052 95 70-25.38629436-34.65735903 625 0.246076 0.80258968 70 90 20 2.944438979 58.88877958 400 0.07389 0.93255895 80 98 8 2.09074097 37.63333974 324 0.077877 0.927750046 90 00 0 2.442347035 24.42347035 00 0.096464 0.92022283 80 75-5.99243065-9.96250823 25 0.440 0.874048336 S -2 2.3725993 45.9993004 874 Nilai A : bd : 2.0708596 Nilai B : b : 0.026756226

P BUS ( 2. 070. 0268( C TRANSIT RELCBUS ) e 0.9 P JR 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 C TRANSIT - C BUS P BUS 200 0.999407756 60 0.99827895 20 0.994968535 80 0.985442723 40 0.95863205 0 0.88805245-40 0.7308692-80 0.48758-20 0.24403538-60 0.098234237-200 0.035950488 0. 0-200 -80-60 -40-20 -00-80 -60-40 -20 0 20 40 60 80 00 20 40 60 80 200 C transit rel - C bus