BAB II KONSEP DASAR. oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TBC PADA Sdr. H DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN :TB PARU DI RUANG CEMPAKA III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. MORBILI

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada dasarnya penulis akan membicarakan tentang pelaksanaan asuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SIROSIS HEPATIS R E J O

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA By Rahma Edy Pakaya, S.Kep., Ns

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah afifah 14. windi yuniati 15. Gina I. 16. Nungki. 8.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

DAFTAR TABEL JUDUL. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan usia. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan jenis kelamin

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB III RESUME KASUS

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

BAB II KONSEP DASAR. dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. EFUSI PLEURA 1. Definisi Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, 2009:106). Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak di antara permukaan viseral dan pariental, adalah penyakit primer yang jarang terjadi tatapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Bruner & Suddarth, 2002}. Efusi pleura adalah berkumpulnya cairan di lapisan viseralis dan parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003). Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura yang terletak di antara permukaan visceral dan parietal dapat berupa cairan jernih yang merupakan transudat,eksudat ataupun berupa darah/push, serta merupakan penyakit sekunder dari penyakit lain. 2. Etiologi Efusi pleura dapat terjadi akibat penyakit atau trauma seperti gagal jantung kongesif, infeksi, neoplasma. Kelebihan cairan rongga pleura dapat 6

terkumpul pada proses penyakit neoplastik, infeksi dan tromboembolik ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar: peningkatan tekanan hidrostatis, penurunan tekanan osmotic koloid darah, peningkatan tekanan negative interpleural, adanya inflamasi atau neoplastik pleura. TB paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura (Smeltzer, 2002) 3. Patofisiologi Secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa ada friksi. Pada gangguan tertentu, cairan dapat terkumpul dalam ruang pleural pada titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti secara klinis dan hamper selalu merupakan signifikan patologis (Mukti, 2006). Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera di reabsorpsi, tiap harinya di produksi cairan kira-kira 16,8 ml (pada orang dengan berat badan 70 kg). kemampuan untuk reabsorpsi dapat meningkat sampai 20 kali. Apabila antara produk dan reabsopsi tidak seimbang (produksinya meningkat atau reabsorpsi menurun) maka akan timbul efusi pleura (Mukti 2006). Efusi pleura sering kali dibagi dalam kategori eksudat dan transudat. Transudat adalah cairan dalam ruang intersisial yang terjadi sebagai akibat tekanan hidrostatik intravaskuler yang meningkat, transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah, 7

transudat (hasil bendungan). Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler, cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi, cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih, eksudat (hasil radang).(mukti 2006) Penyebaran kuman mikrobacterium tuberkolusis bias masuk melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya. 4. Manifestasi klinis Manifestasi klinis efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang ada serta tingkat kompresi paru. Dengan membesarnya efusi akan terjadi retriksi ekspansi paru dan pasien mengalami dispnea bervariasi, batuk, adanya keluhan nyeri dada, pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang intercosta, pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi, nafas pendek. (Pakki 2008) 5. Penatalaksanaan Pada penyakit Efusin pleura dapat di lakukan pengobatan dengan cara pemasangan Water Seal Drainase (WSD) dan torasentesis. a. Water Seal Drainase WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada. 8

b. Torasentesis Torasentesis di lakukan untuk membuang cairan. Untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan dypsneu, bila penyebab dasar malignasi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, serta kadang pneumothoraks. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan dan serta dispnea. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (contoh : gagal jantung kongesif, pneumonia, sirosis). (Smeltzer, 2002) Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic Aktivitas (Smeltzer,2002). 6. Pemeriksaan Penunjang 1. Rontgen dada Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukan adanya cairan yang bias dilihat dengan adanya gambaran putih pada hasil rontgen paru. 9

2. Ultrasonografi Ultrasonografi dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering digunakan dalam menuntun penusukan ajrum untuk mengambil cairan pleura. 3. Torakosintesis Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dpat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosintesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukan di antara sela igaa ke dalam rongga dada di bawah pengaruh pembiusan). 4. CT Scan Thoraks CT Scan Thoraks berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama bronkus.. (Smeltzer, 2002) 10

7. Patway TBC Paru terinfeksi Membran kapiler pecah Protein plasma dan cairan eksudat masuk ke dalam rongga pleura Gagal jantung Tekanan kapiler paru dan kapiler mningkat Pembentukan cairan pleura Peningkatan protein dalam rongga pleura Transudasi cairan berlebih ke dalam rongga pleura Protein dapat menarik lebih banyak cairan ke dalam rongga pleura Penumpukan cairan di pleura efusi pleura Post pemasangan WSD Pengembangan paru Pengembangan paru Luka Ekspansi paru tidak maksimal Oksigen ke jaringan Pintu masuk Ganguan Pertukaran mikroorganisme gas Perfusi jaringan tidak efektif Resti infeksi dipsnea Energi menurun Bersihan jalan nafas tidak efektif Kelemahan fisik Suplay O2 ke jaringan Intoleransi aktifitas Saluran cerna Peristaltik menurun Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Price & Wilson,M, 2005) 11

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Fokus Pengkajian Pola pengkajian fungsional menurut Virginiah Henderson a. Bernafas Gejala: sesak nafas Tanda: kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara. perubahan frekuensi nafas, batuk yang tidak efektif, gelisah, sputum dalam jumlah yang berlebihan b. Aktivitas/ Istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan Tanda : Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas, Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, perubahan EKG yang mencerminkan aritma, iskemia, ketidaknyamanan setelah beraktisitas, dispenea setelah beraktivitas, merasakan merasa lemah. c. Makan dan cairan Gejala : Anoreksia, mual, muntah. Tanda : Penurunan berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal, Membran mukosa pucat, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk, kurang minat pada makanan. d. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Tanda : Otot tegang, gelisah. 12

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa dan intervensi keperawatan yang biasanya muncul pada penyakit efusi pleura adalah: 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. (NANDA 2009) Tujuan : Bersihan jalan nafas lancar tanpa adanya benda asing ( sekret ) KH : a. Bersihan jalan nafas paten. b. Mengeluarkan kaji sekret secara efektif. c. Fungsi paru normal. d. Mempuyai irama dan frekuensi dalam rentang normal. Intervensi: a. Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman) Rasional : untuk mengetahui suara nafas apakah ada kelainan atau tidak b. Ajarkan tehnik batuk efektif Rasional : untuk membantu mengeluarkan dahak dari jalan nafas c. Posisikan pasien semi fowler Rasional : agar klien bisa bernafas dengan baik. Karena posisi ini membantu paru mengembang dengan optimal. d. Bersihkan sekret dari mulut trachea Rasional : agar jalan nafas bersih dari sekret 13

e. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi yang dianjurkan oleh dokter Rasional : untuk membantu agar oksigen yang masuk ke paru bisa memaksimalkan dan mengurai rasa sesak. Kolaborasi dengan tim medis. 2. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ( NANDA 2009) Tujuan : Tidak ada perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan KH : a. BB dalam batas normal b. Pemeriksaan laboratorium (Hb, albumin) dalam batas normal c. Menghabiskan makanan yang disediakan RS Intervensi : a. Kaji makanan kesukaan pasien Rasional : agar makan yang disajikan pas dengan kesukaan pasien. b. Timbang BB pasien setiap hari Rasional : untuk mengetahui apakah BB setabil atau turun. c. Selidiki anoreksia, mual mutah, catat adanya obat sebagai efek Rasional : untuk mengetahui penyebab dari anoreksia dan mual mutah d. Anjurkan pasien untuk makan porsi sedikit tapi sering Rasional : agar nutrisi tercukupi. 14

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik (NANDA 2009) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengeluh lemas lagi. KH: a. Pasien dapat beraktifitas secara mandiri. b. Pasien tida lemas lagi. Intervensi a. Evaluasi dan motivasi keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas. Rasional mengetahui tingkat motivasi pasien untuk aktifitas. b. Tentukan penyebab ketetihan Rasional mengetahui penyebab keletihan. c. Pantau asupan nutrisi. Rasional : memastikan keadekuatan sumber energi. d. Pantau atau dokumentasi pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur. Rasional : mengetahui pola istirahat pasien. 15

4. Resiko tinggi infeksi berhubunggan dengan prosedur invansif (NANDA, 2009) Tujuan: Terbebas dari tanda dan gejala infeksi. KH: Tidak ada tanda-tanda infeksi Intervensi: a. Kaji tanda-tanda infeksi Rasional: untuk melakukan pengobatan b. Monitor peningkatan suhu. Rasional: reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut. c. Ganti balut dengan kasa betadine steril setiap hari. Rasional: mencegah timbulnya infeksi. d. Beri obat sesuai anjuran dokter Rasional: dapat mengurangi reaksi infeksi 16