Nova Faradilla, S. Ked

dokumen-dokumen yang mirip
STASE ILMU PENYAKIT PARU TINJAUAN PUSTAKA PNEUMOTORAKS LISTIANA MASYITA DEWI,

ABSTRAK. Yusup Subagio Sutanto Eddy Surjanto, Suradi, A Farih Raharjo SMF Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi RSUD Dr Moewardi/ FK UNS Surakarta

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Water Seal Drainage (WSD)

WATER SEAL DRAINAGE (WSD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pneumothorax didefinisikan sebagai suat penyakit yang berbahaya seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

Laporan Kasus Sulit OLEH: DHANI RAHMANTO. Pembimbing : Dr.Jatu A, Sp.P (K)

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

CHEST TUBE. b. Ruang Lingkup Menyalurkan zat baik berupa zat padat, cairan, udara atau gas dari rongga dada

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH. : Trauma thorax. : Hemopneumothoraks. Tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

EMPIEMA. Rita Rogayah Dept. Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan

BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b.

BAB II TINJAUAN TEORI. pneumotorak hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KONSEP DASAR. oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

Ekspertise Efusi Pleura

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pemeriksaan fisik paru (inspeksi dan palpasi) dr. Edi Nurtjahja,Sp.P

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki peran untuk

TRAUMA DADA/THORAKS. Ns.Sunardi.,M.Kep.,Sp.KMB. 10/22/08 Ns.Sunardi

BAB VIII PEMERIKSAAN PARU-PARU A. PENDAHULUAN

( No. ICOPIM : )

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan. melahirkan. Rumah sakit dituntut lebih profesional dalam

Modul 4 Bedah TKV PEMASANGAN PIPA INTRATORAKAL ATAU WATER SEAL DRAINASE ( WSD ) ( ICOPIM 8-740)

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 TBC. Bronkitis. Asfiksi. Pneumonia

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

PENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi : 4 minggu (facilitation and assessment)

EFUSI PLEURA. 1.1 Anatomi Pleura merupakan membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

BAB IX PEMERIKSAAN JANTUNG

Tinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

Keterampilan Klinis PEMERIKSAAN FISIS SISTIM RESPIRASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya penurunan absorbsi cairan. Efusi dapat ditimbulkan oleh berbagai

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

Kontusio paru A. PENGERTIAN

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono

PENGKAJIAN PRIMER DAN SEKUNDER

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

Nova Faradilla, S. Ked

Sistem Pernafasan Manusia

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOTORAKS Oleh; Dessy Anggraeni Saputri;

PENGELOLAAN PENDERITA PNEUMOTHORAKS SPONTAN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI SEMARANG SELAMA PERIODE ARTIKEL KARYA ILMIAH

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

STATUS PENDERITA 1. ANAMNESIS

EFUSI PLEURA. B. Etiologi

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

Transkripsi:

Author : Nova Faradilla, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files 1 of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk

PENDAHULUAN Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan piopneumotoraks 1,2. Piopneumotoraks diakibatkan oleh infeksi, yang mana infeksinya ini berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas atau dari robekan septik jaringan paru atau esofagus ke arah rongga pleura. Kebanyakan adalah dari robekan abses subpleura dan sering membuat fistula bronkopleura. Jenis kuman yang sering terdapat adalah Stafilokokus aureus, Klebsiela, mikobakterium tuberkulosis dan lain-lain. Etiologi piopneumotoraks biasanya berasal dari paru seperti pneumonia, abses paru, adanya fistula bronkopleura, bronkiektasis, tuberkulosis paru, aktinomikosis paru, dan dari luar paru seperti trauma toraks, pembedahan toraks, torakosentesis pada efusi pleura, abses sub phrenik dan abses hati amuba 3. Patofisologi dari empiema itu sendiri yaitu akibat invasi kuman piogenik ke pleura. Hal ini menyebabkan timbuk keradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat seros. Dengan bertambahnya sel-sel PMN, baik yang hidup ataupun yang mati dan peningkatan kadar protein didalam cairan pleura, maka cairan pleura menjadi keruh dan kental. Endapan fibrin akan membentuk kantungkantung yang akhirnya akan melokalisasi nanah tersebut. Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum ada dilkakukan, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada pula peneliti yang mendapatkan 8:1 1

HIDROPNEUMOTORAKS DEFINISI Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan piopneumotoraks 1,2 Sedangkan pneumotoraks itu sendiri ialah suatu keadaan, di mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga mengakibatkan kolaps jaringan paru 4,5,6. KLASIFIKASI Pneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas beberapa hal, yaitu : 1. Berdasarkan kejadian. 2. Berdasarkan lokalisasi. 3. Berdasarkan tingkat kolaps jaringan paru. 4. Berdasarkan jenis fistel 4,5,6. Berdasarkan kejadian (a) Pneumotoraks spontan primer Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. (b) Pneumotoraks spontan sekunder Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya telah menderita penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma kistafibrosis dan karsinoma bronkus. (c) Pneumotoraks traumatika Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis maupun pleura parietalis sebagai akibat dari trauma. (d) Pneumotoraks artifisialis Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke dalam rongga pleura, dengan demikian jaringan paru menjadi kolaps sehingga 2

dapat beristirahat. Pada zaman dulu pneumotoraks artifisialis sering dikerjakan untuk terapi tuberkulosis paru 4,5,6. Berdasarkan Lokalisasi (a) Pneumotoraks parietalis (b) Pneumotoraks mediastinalis (c) Pneumotoraks basalis 4,5,6 Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru a) Pneumotoraks totalis, apabila seluruh jaringan paru dari satu hemitoraks mengalami kolaps. b) Pneumotoraks parsialis, apabila jaringan paru yang kolaps hanya sebagian. Derajat kolaps paru pada pneumothorak totalis dapat dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut 4,5,6 : Gambar 1. Kolaps Paru. 7 Rumus mengukur volumenya : (A x B) (a x b) X 100% (A x B) 3

Berdasarkan jenis fistel (a) Pneumotoraks ventil Di mana fistelnya berfungsi sebagai ventil sehingga udara dapat masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat ke luar kembali. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan dapat mendorong mediastinum ke arah kontra lateral. (b) Pneumotoraks terbuka Di mana fistelnya terbuka sehingga rongga pleura mempunyai hubungan terbuka dengan bronkus atau dengan dunia luar; tekanan di dalam rongga pleura sama dengan tekanan di udara bebas. (c) Pneumotoraks tertutup Di mana fistelnya tertutup udara di dalam rongga pleura, terkurung, dan biasanya akan diresobsi spontan. Pembagian pneumotoraks berdasarkan jenis fistelnya ini sewaktu-waktu dapat berubah. Pneumotoraks tertutup sewaktu-waktu dapat berubah menjadi pneumotoraks terbuka, dan dapat pula berubah menjadi pneumotoraks ventil. 4,5,6 INSIDEN DAN PREVALENSI Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum ada dilkakukan, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada pula peneliti yang mendapatkan 8:1. Pneumotoraks lebih sering ditemukan pada hemitoraks kanan daripada hemitoraks kiri. Pneumotoraks bilateral kira-kira 2% dari seluruh pneumotoraks spontan. Insiden dan prevalensi pneumotoraks ventil 3 5% dari pneumotoraks spontan. Kemungkinan berulangnya pneumotoraks menurut James dan Studdy 20% untuk kedua kali,dan 50% untuk yang ketiga kali 4,5,6. Insiden empiema di bagian Paru RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pada tahun 1987 dirawat 3,4% dari 2.192 penderita rawat inap. Dengan perbandingan pria:wanita = 3,4:1 4

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Pneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau kista kecil yang diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di bawah permukaan pleura viseralis, dan sering ditemukan di daerah apeks lobus superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh karena adanya perembesan udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui jaringan intersisial ke lapisan jaringan ikat yang berada di bawah pleura viseralis. Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga ada dua faktor sebagai penyebabnya. 1) Faktor infeksi atau radang paru. Infeksi atau radang paru walaupun minimal akan membentuk jaringan parut pada dinding alveoli yang akan menjadi titik lemah. 2) Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan. Mekanisme ini tidak dapat menerangkan kenapa pneumotoraks spontan sering terjadi pada waktu penderita sedang istirahat. Dengan pecahnya bleb yang terdapat di bawah pleura viseralis, maka udara akan masuk ke dalam rongga pleura dan terbentuklah fistula bronkopleura. Fistula ini dapat terbuka terus, dapat tertutup, dan dapat berfungsi sebagai ventil 4,5,6. DIAGNOSIS Anamnesis Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batukbatuk. Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat pada sisi paru yang terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari. 5

Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan.keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendirisendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama makin hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat mengalami syok karena gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah dimediastinum. 4,5,6 PEMERIKSAAN FISIK a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batukbatuk, sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat. b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stemfremitus melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah yang sehat. c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani. d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada rontgen foto toraks P.A akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran garis datar yang merupakan batas udara dan caftan. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan ekspirasi maksimal. 4,5,6 KOMPLIKASI 1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema, hidropneumotoraks. 2. Gangguan hemodinamika. Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh mediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan mengakibatkan penurunan kardiak "output", sehingga dengan demikian dapat menimbulkan syok kardiogenik. 3. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis 4,5 6

DIAGNOSIS BANDING 1. Emfisema pulmonum 2. Kavitas raksasa 3. Kista paru 4. Infarkjantung 5. Infark paru 6. Pleuritis 7. Abses paru dengan kavitas 4,5 PENATALAKSANAAN Setelah diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan, langkah selanjutnya yang terpenting adalah melakukan observasi yang cermat. Oleh karena itu penderita sebaiknya dirawa di rumah sakit, mengingat sifat fistula pneumotoraks dapat berubah sewaktu-waktu yaitu dari pneumotoraks terbuka menjadi tertutup ataupun ventil. Sehingga tidak jarang penderita yang tampaknya tidak apa-apa tiba-tiba menjadi gawat karena terjadi pneumotoraks ventil atau perdarahan yang hebat. Kalau kita mempunyai alat pneumotoraks, dengan mudah kita dapat menentukan jenis pneumotoraks apakah terbuka, tertutup, atau ventil. Apabila penderita datang dengan sesak nafas, apalagi kalau sesak nafas makin lama makin bertambah kita harus segera mengambil tindakan. Tindakan yang lazim dikerjakan ialah pemasangan WSD (Water Seal Drainage). Apabila penderita sesak sekali sebelum WSD dapat dipasang, kita harus segera menusukkan jarum ke dalam rongga pleura. Tindakan sederhana ini akan dapat menolong dan menyelamatkan jiwa penderita. Bila alat-alat WSD tidak ada, dapat kita gunakan infus set, dimana jarumnya ditusukkan ke dalam rongga pleura ditempat yang paling sonor waktu diperkusi. Sedangkan ujung selang infus yang lainnya dimasukkan ke dalam botol yang berisi air. Pneumotoraks tertutup yang tidak terlalu luas (Kurang dari 20% paru yang kolaps) dapat dirawat secara konservatif, tetapi pada umumnya untuk mempercepat pengembangan paru lebih baik dipasang WSD. 7

Pneumotoraks terbuka dapat dirawat secara konservatif dengan mengusahakan penutupan fistula dengan cara memasukkan darah atau glukosa hipertonis kedalam rongga pleura sebagai pleurodesi. Ada juga para ahli yang mengobati pneumotoraks terbuka dengan memasang WSD disertai penghisap terus menerus. 4,5 WAKTU PENCABUTAN KAPAN WSD WSD dicabut apabila paru telah mengembang sempurna. Untuk mengetahui paru sudah mengembang ialah dengan jalan penderita disuruh batukbatuk, apabila diselang WSD tidak tampak lagi fluktuasi permukaan cairan, kemungkinan besar paru telah mengembang dan juga disesuaikan dengan hasil pemeriksaan fisik. Untuk mengetahui secara pasti paru telah mengembang dilakukan Rontgen foto toraks. Setelah dipastikan bahwa paru telah mengembang sempurna, sebaiknya WSD jangan langsung dicabut tapi diklem dulu selama 3 hari. Setelah 3 hari klem dibuka. Apabila paru masih tetap mengembang dengan baik baru selang WSD dicabut. Selang WSD dicabut pada waktu penderita Ekspirasi maksimal 4,5,8. TEKNIK PEMASANGAN WSD Tempat pemasangan drain sebaiknya ialah : a. Linea aksilaris media pada sela iga 6 atau sela iga ke 7. b. Linea media klavikularis pada sela iga ke dua. Setelah dilakukan desinfeksi kulit, maka dilakukan anestesi setempat dengan cara infiltrasi pada daerah kulit sampai pleura. Kemudian dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai jaringan di bawah kulit. Pleura parietalis ditembus dengan jarum pungsi yang pakai trokar dan mandrin. Setelah tertem- bus, mandrin dicabut akan terasa keluar udara. Kemudian mandrin diganti dengan kateter yang terlebih dahulu telah diberi lobang secukupnya pada ujungnya. Setelah kateter masuk rongga pleura trokar dicabut dan pangkal kateter disambung dengan selang yang dihubungkan dengan botol yang berisi air, di mana ujungnya terbenam ± 2 cm. Kateter diikat dengan benang yang dijahitkan kepada kulit sambil menutup luka. 4,5,8 8

Gambar 2. Pemasangan WSD. 4,5 9

DAFTAR PUSTAKA 1. http://www. Lemon. Medical symposium.com [diakses tanggal 4 Mei 2008] 2. http://www. medhelp. org Imedikal Dictionary [diakses tanggal 4 Mei 2008] 3. Putau J, dkk. Piopneumotoraks dengan Bronkopleura. Laporan Kasus. http://www. med UNHAS. ac. id.[diakses tanggal 4 Mei 2008] 4. Amirulloh R. Penatalaksanaan Pneumotoraks di dalam Praktek. http://www. kalbe.co.id. [diakses tanggal 5 Mei 2008] 5. http://www. Turkishrespiratory journal.com[diakses tanggal 4 Mei 2008] 6. Alsagaff H, Mukti A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press.edisi 2. Surabaya: 2002. 7. http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au/five/images/pneumothorax_3.jpg [diakses tanggal 5 Mei 2008] 8. http://www.learningradiology.com [diakses 5 Mei 2008] 10 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk