BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL FOTOTERAPI PADA BAYI NSA419. Materi Fototerapi Pada Bayi. Disusun Oleh Ns. Widia Sari, M. Kep. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2018

TIRAI PUTIH PENUTUP LAMPU FOTOTERAPI DAN PENUTUP INKUBATOR. A. Pengertian Inovasi ( Tirai warna putih) :

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

INOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di

PELAKSANAAN PERAWATAN PADA BAYI YANG DILAKUKAN FOTO TERAPI KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan melibatkan individu secara total, melibatkan keseluruhan status

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan

Hubungan Pendidikan Kesehatan dengan Kejadian Hiperbilirubinemia di Rumah Sakit.

HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah

BULAN. Oleh: J DOKTER

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

3. Potensial komplikasi : dehidrasi. 3. Defisit pengetahuan

METABOLISME BILIRUBIN

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

LAMPIRAN. b. NIP : e. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / PPDS IKA

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

Hangkatkan ruangan tempat unit diletakkan, bila perlu, sehingga suhu dibawah sinar adalah 28 o C sampai 30 o C.

ASUHAN HIPERBILIRUBIN

HUBUNGAN INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA VAKUM EKSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

PEMBERIAN FOTOTERAPI DENGAN PENURUNAN KADAR BILIRUBIN DALAM DARAH PADA BAYI BBLR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

PROFESI Volume 10 / September 2013 Februari 2014

Perancangan Aplikasi Diagnosis Kadar Bilirubin Berdasarkan Ikterus Pada Bayi Dengan Acuan Kramer

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB I PENDAHULUAN. diindonesia merupakan angka tertinggi di bandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan inisiasi menyusu dini. berdampak psikologis pada ibu dan bayi (Roesli, 2008).

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. kejang pada bayi baru lahir, infeksi neonatal. 1 Hiperbilirubinemia merupakan

FAKTOR-FAKTOR PADA IBU BERSALIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILLIRUBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS UMUR 3 HARI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG PENDET (NICU) RSUD BADUNG

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W

LEMBAR KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI KELURAHAN ASUHAN PEMATANGSIANTAR

C. Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperhatikan dan dilaporkan oleh seorang perawat di

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

PERBEDAAN STATUS GIZI IBU HAMIL BERDASARKAN IKTERUS FISIOLOGI DAN PATOLOGI PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATAL RSUD WATES KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN IKTERIK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. : RSUD Sunan Kalijaga Demak

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

Insidens ikterus di Indonesia pada bayi cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

(FACTOR ANALYSIS - FACTORS RELATED TO THE INCIDENT HIPERBILLIRUBIN) Lilis Fatmawati*, Sumiati** ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju maupun berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Hiperbilirubinemia merupakan kondisi peningkatan kadar bilirubin yang terakumulasi dalam darah dan di tandai dengan jaundice atau ikterus, suatu pewarnaan sklera dan kuku (Wong, Hokkenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009). Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning keadaan ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin 4Z, 15Z bilirubin IX alpha yang berwarna ikterus pada sklera dan kulit (Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa,& Usman, 2012). Jenis hiperbilirubinemia pada nenonatus ada 2 yaitu hiperbilirubinemia tidak terkonyungasi/ indirek atau konyungasi/direk (WHO, 2011). Pada kebanyakan bayi baru lahir, hiperbilirubinemia tak terkonyungasi merupakan fenomena tradisional yang normal, tetapi pada beberapa bayi terjadi peningkatan bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi menjadi toksik (Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa, & Usman, 2012). Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis, atau patologis, atau kombinasi keduanya (Lubis, Rasyidah, Syofiani, Sianturi, Azlin & Tjipta, 2013) Insidensi terjadinya hiperbilirubin adalah 25-60 % dari semua neonatus cukup bulan dan 80% dari neonatus kurang bulan (WHO, 2011). Angka kejadian hiperbilirubin neonatorum pada bayi cukup bulan di beberapa rumah sakit (RS) pendidikan di indonesia antara lain RSCM, RS Dr sardjito, RS Dr Soetomo, RS Dr kariadi bervariasi dari 13,7% hingga 85 %. Pasien hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Wava Husada

2 Kepanjen di Ruang Perinatologi pada bulan Juli adalah berjumlah sebanyak 3,.61%. Angka kejadiannya sangat kecil tetapi komplikasi yang di timbulkan sangat fatal (Moeslichan, Surjono, Suradji, Usman & Rinawati, 2004). Penanganan yang cepat dan tepat dapat menghindari komplikasi yang sangat fatal. Foto terapi merupakan tindakan yang memberika terapi melalui sinar yang menggunakan lampu, dan lampu yang di gunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk menghindari turunnya energi yang di hasilkan oleh lampu (Hidayat, 2008). Foto terapi intensif yaitu dengan menggunakan sinar blue green spectrum dengan panjang gelombang 430-490 nm, kekuatan paling kurang 30 Uw//cm 2 diperiksa dengan radio meter, atau diperkirakan dengan menempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar dan kulit bayi yang terpajan lebih luas (Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa & Usman, 2012). Penelitian yang di lakukan oleh kuzniwizt,et al 2009 menunjukkan bahwa penggunaan foto terapi mampu menurunkan kejadian hiperbilirubinemia berat. Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen di dapatkan data bahwa setiap bayi yang menderita hiperbilirubinemia dengan kadar lebih dari atau sama dengan 13-18 mg/dl dilakukan foto terapi dan pelaksanaan perawatan foto terapi yang dilakukan meliputi perawatan resiko cidera, perawatan pemberian cairan dan nutrisi, observasi pengukuran suhu, perawatan popoknya dan perawatan perubahan posisi secara berkala. Asuhan keperawatan yang di berikan selama pelaksanaan prosedur foto terapi mulai dari tahap persiapan alat sampai proses pelaksanaan foto terapi menjadi tanggung jawab perawat untuk memastikan bayi menjalani prosedur secara tepat. Mali (2004) menyebutkan peran perawat selama pelaksanaan prosedur foto terapi di awali dengan mempersiapkan unit foto terapi dengan menghangatkan ruangan tempat unit foto terapi di tempatkan, sehingga suhu suhu di bawah lampu antara 30 o c sampai 38 o c, kemudian di nyalakan mesin dan pastikan semua tabung flouresens

3 berfungsi dengan baik dan menggati tabung/lampu flouresens yang telah rusak atau berkelip kelip, jangan lupa untuk mencatat tanggal pengganti tabung dan lama penggunaan tabung tersebut. Tabung di ganti setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun tabung masih bisa berfungsi. Tahap selanjutnya perawat mengelola pemberian foto terapi dengan menempatkan bayi di bawah sinar foto terapi (Moeslichan, Surjono, Suradji, Usman & Rinawati, 2004) Perawat melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi yang dilakukan foto terapi bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi, meningkatkan jumlah masukan cairan berupa ASI dan susu formula selama periode foto terapi, mengganti posisi secara berkala tiap 3 jam, mengkaji warna kulit dan sianosis bila bayi mendapatkan oksigen, mengganti popok bila basah atau BAB dan melihat konsistensi BAB dan warnanya. Pelaksanaan perawatan foto terapi harus sesuai dengan standar operasional prosedur sehingga dapat mencapai pelayanan yang berkualitas. Apabila pelaksanaan perawatan foto terapi tidak sesuai dengan standar opersional prosedur akan menimbulkan berbagai masalah terutama perawatan nutrisi yang tidak tepat akan menimbulkan kekurangan volume cairan tubuh atau dehidrasi (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003). Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin meneliti tentang pelaksanaan perawatan pada bayi yang dilakukan foto terapi di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pelaksanaan perawatan pada bayi yang dilakukan foto terapi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di rumah sakit wava husada kepanjen bahwa bayi dengan peningkatan kadar bilirubin lebih dari atau sama dengan 13-18 mg/dl dilakukan foto terapi dan peneliti tertarik untuk mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan perawatan foto terapi

4 pada bayi hiperbilirubinemia di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi perawat Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan evaluasi bagi perawat di Rumah Sakit Wava Husada kepanjen dalam mengembangkan asuhan keperawatan sesuai standar operasional prosedur. 1.4.2 Bagi institusi Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi atau bacaan bagi mahasiswa dan bahan ajar dosen sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran. 1.4.3 Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi tentang pelaksanaan perawatan foto terapi bagi staf rumah sakit yang dengan standar operasional prosedur foto terapi pada bayi hiperbilirubinemia sehingga dapat meningkatkan proses kesembuhan dan mutu pelayanan yang berkualitas.

5