Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif, Gangguan Belajar)

dokumen-dokumen yang mirip
Bagian Field Lab Fakultas Kedokteran UNS 2013

Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA:Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif, Gangguan Belajar)

PEMBINAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SMP NEGERI 22 PADANG TAHUN 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

Tujuan usaha kesehatan sekolah secara umum adalah untuk. sedini mungkin serta menciptakan lingkungan sekolah yang sehat sehingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kesehatan sebenarnya telah diatur dalam UU No.9 Tahun 1960

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

Upaya penerapan PHBS di Sekolah

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah

PELAKSANAAN TRIAS USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI WILAYAH KECAMATAN PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB II KAJIAN TEORI. prinsip hidup sehat dalam kehidupan peserta didik sehari-hari (Ahmad

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

Azrimaidaliza, Nizwardi Azkha, Defriman Djafri, Masrizal Dt. Mangguang, Ade Suzana Eka Putri 2

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

Terciptanya kondisi lingkungan yang kondusif yang terbebas dari : Pengertian UKS

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

PEDOMAM PELAYANAN KESPRO REMAJA oleh. dr. Yuliana Tjawan

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

Pembinaan dan Pengembangan UKS

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

2 pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah/madrasah di setiap sekolah/madrasah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

PEDOMAN PELATIHAN DOKTER KECIL PUSKESMAS TAMAN BACAAN KEC. SEBERANG ULU II

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Kegiatan Subdit Kesehatan Usia Reproduksi T.A 2017

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KEMAJUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHAP I (70%) SKIM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

SOAL UJIAN FIELD LAB 2011

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBERDAYAAN GURU UKS DALAM PENCEGAHAN MASALAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA DAN HIV/AIDS

Transkripsi:

MODUL FIELD LAB EDISI REVISI I Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif, Gangguan Belajar) Disusun oleh : Dr. Diffah Hanim,Dra. MSi TIM PENYUSUN FIELDLAB FIELD LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNS 2011

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah dan karunia-nya modul Pembinaan UKS_NAPZA ini dapat tersusun. Modul ini disusun sebagai panduan dalam melaksanakan ketrampilan laboratorium lapangan topik Pembinaan UKS. Mahasiswa Kedokteran nantinya akan banyak dihadapkan dengan masalah kesehatan anak sekolah di kalangan masyarakat yang jenis penyakit dan penanganannya sudah dituntut berubah sesuai perkembangan penyakit saat ini. Oleh karena itu mahasiswa kedokteran FK UNS dalam hal ini sudah dibekali bagaimana memberikan informasi dan edukasi kesehatan masyarakat khususnya di lingkungan sekolah sekaligus membina UKS. Pembekalan untuk pelaksanaan Pembinaan UKS dititikberatkan pada kegiatan promotif dan preventif terhadap penyalahgunaan NAPZA, stress, dan trauma, Murid usia remaja perlu dibina agar menjalankan hidup sehat lewat pendidikan ketrampilan kehidupan sehari-hari (life-skill education). 1

Pedoman ini akan selalu dikoreksi tiap tahun akademik, maka kami mohon kritik dan saran untuk perbaikan pelaksanaan laboratorium lapangan pada topik Pembinaan UKS. Topik ini untuk memenuhi kelengkapan Blok 20 Psikiatri semoga bermanfaat bagi mahasiswa FK UNS khususnya pada Semester V. Surakarta, Agustus 2011 Tim Penyusun 2

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 4 BAB II. Tinjauan Pustaka......5 BAB III. Pembinaan UKS di Puskesmas... 12 BAB IV. Prosedur Kerja.. 18 BAB V. Skala Penilaian....21 3

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yang saling berhubungan dan saling tergantung yakni kesehatan dan pendidikan. Kesehatan merupakan bagian penting untuk tercapainya keberhasilan suatu pendidikan, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan mempengaruhi tingkat kesehatan. Oleh karena itu, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai status kesehatan yang setinggi-tingginya pada anak sekolah. Pelaksanaan UKS ditingkat pendidikan dasar (TK dan SD) berbeda dengan tingkat menengah (SMP dan SMA). Pelaksanaan UKS pada tingkat pendidikan menengah lebih difokuskan pada upaya preventif perilaku berisiko seperti penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan tidak diinginkan, abortus yang tidak aman, 4

infeksi menular seksual, kesehatan reproduksi remaja, kecelakaan dan trauma lainnya. Perilaku ini rentan dilakukan remaja karena sesuai dengan ciri dan karakteristik remaja yang selalu ingin tahu, suka tantangan dan ingin coba-coba hal baru. Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI telah memberikan perhatian khusus terhadap masalah kesehatan remaja melalui pengembangan konsep Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). PKPR dilakukan secara proaktif untuk mendorong dan meningkatkan keterlibatan dan kemandirian remaja dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya. UKS dilakukan atas kerjasama berbagai sektor yang terlibat. Kerjasama ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas sekolah, peserta didik, pemerintah setempat, orang tua murid dan kalangan lain dalam masyarakat. UKS telah dikukuhkan pelaksanaanya secara terpadu lintas sektor dan lintas program dalam surat keputusan bersama (SKB) Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 0408/U/1984, Nomor : 5

74/Tn.1984, Nomor : 60 Tahun 1984 tanggal 3 September 1984 tentang Pokok Kebijaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah. Peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan UKS merupakan bagian dari keberhasilan UKS itu sendiri. Petugas kesehatan memiliki peran dalam memberikan pendidikan kesehatan dan upaya kesehatan dasar dalam pelaksanaan program UKS. Mahasiswa kedokteran merupakan calon petugas kesehatan yang nantinya juga memiliki peran dalam pelaksanaan UKS sudah sepatutnya memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap pelaksanaan progam UKS itu sendiri. Hal ini, akan dilakukan melalui kegiatan laboratorium lapangan (Field Lab) Pembinaan UKS : NAPZA pada tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA). Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif, dan Gangguan Belajar). Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa: 6

1. Mampu mengetahui pelaksanaan UKS di SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas. 2. Mampu memberikan masukan dan motivasi untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan UKS kepada pengelola UKS masing-masing SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas. 3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur Pembinaan UKS khususnya tentang pembinaan kesehatan jiwa remaja terutama NAPZA dan gangguan belajar. 4. Mengkaji dan memberikan pendidikan kesehatan tentang Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif, hubungannya dengan Gangguan Belajar) kepada pengelola atau sasaran UKS masing-masing SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas. 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Tujuan dan Sasaran UKS Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah bentuk dari usaha kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di sekolah. Pelaksanaan program UKS mengacu pada UU No. 23 tahun 1992, UU No. 20 tahun 2003 serta SKB empat menteri, menteri agama, menteri pendidikan, menteri kesehatan, menteri dalam negeri. Tujuan UKS secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sekolah yang sehat sehingga dapat meningkatka mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik. Secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehata dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan. Sasaran pelayanan UKS menurut Depkes adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan taman 8

kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, pendidikan khusus atau pendidikan sekolah luar biasa. B. Program UKS Program UKS merupakan bagian penting untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat peserta didik. Menurut Azrimaidaliza dkk. (2009) Pembinaan UKS meliputi ketiga program pokok yaitu pendidikan kesehatan (health education), pelayanan kesehatan (health service) dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. 1. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan di sekolah dapat dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler dan penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan puskesmas. Melalui kegiatan intrakurikuler, pendidikan kesehatan merupakan bagian dari kurikulum sekolah dapat berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri seperti bimbingan konseling (BK). 9

Pendidikan kesehatan dapat juga dimasukkan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat. Contohnya, melalui kegiatan Palang Merah Remaja (PMR), OSIS, ekstrakurikuler olahraga, dan lainnya. Penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan kepada kader/pengelola UKS atau kepada peserta didik. Materi penyuluhan berkaita dengan perilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan perilaku berisiko seperti penyalahgunaan NAPZA, pergaulan bebas dan kenakalan remaja lainnya. 2. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan skrining, seperti penilaian status gizi berdasarkan tinggi badan (TB), berat badan (BB) dan umur, tes kesegaran jasmani, imunisasi. Pelayanan ini dapat dilakukan oleh petugas puskesmas atau petugas kesehatan yang dipercaya oleh pihak sekolah maupu puskesmas. Pelayanan lain dapat berupa pengobatan untuk penyakit yang ringan dan pertolongan pertama. 10

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dimaksud meliputi lingkungan fisik, psikis dan sosial. Kegiatan pembinaan yang termasuk dalam lingkungan fisik berupa penggunaan air bersih, tempat sampah, kantin sehat dan kebersihan lingkungan sekolah lainnya. Pembinaan lingkungan psikis dapat berupa konseling terhadap permasalahan peserta didik dan membina hubungan kejiwaan antara guru dengan peserta didik. Sedangkan, kegiatan pembinaan lingkungan sosial meliputi membina hubungan yang harmonis antar warga/civitas akademika sekolah. Pembinaan UKS khususnya di bidang kesehatan jiwa (akibat penggunaan NAPZA: Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif) difokuskan pada remaja tingkat SMP dan SMA. Pemantauan kesehatan jiwa dan deteksi dini penggunan obat terlarang pada anak remaja di lingkungan sekolah merupakan langkah yang harus ditempuh oleh UKS, sehingga peserta didik menjadi 11

sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan belajar yang tinggi. C. Narkoba dan Gangguan belajar Narkoba adalah narkotika dan obat-obat berbahaya. Penggunaan narkoba berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang. Besar kecilnya dampak tergantung pada kondisi seseorang, jenis zat yang digunakan, jumlah dan metode yang digunakan (Koob, 1997). Penyalahgunaan narkoba merupakan faktor utama menyebarnya infeksi IV/AIDS. Berbagi peralatan dalam menggunakan narkoba dapat menyebarkan HIV dan hepatitis, dan penyalahgunaan narkoba sering terkait dengan aktivitas seksual yang tidak aman (Turner, 1998).Pada anak remaja diperlukan pelayanan konseling bagi anak-anak korban NAPZA. UKS dapat dioptimalkan fungsinya menjadi pelayanan konseling anak SMP dan SMA yang menjadi korban NAPZA awal/dini. Artinya anak korban NAPZA yang belum menjadi kecanduan dapat melakukan konseling di UKS dengan guru olahraga/uks maupun guru bimbingan konseling tanpa khawatir rahasia/ privasinya 12

diketahui umum. Pentingnya UKS untuk dapat bekerjasama dengan pihak Puskesmas. Penyalahgunaan narkoba serta peningkatan prevalensi HIV/AIDS dikalangan remaja cenderung semakin meningkat. Meningkatnya kasus penyalah gunaan narkoba dan HIV/AIDS diduga dipengaruhi oleh masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap permasalahan tersebut. Guru UKS memegang peran penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS di sekolah, terutama dalam memberikan informasi yang benar terhadap masalah narkoba dan HIV/AIDS. Ada metode pengabdian yang digunakan sebagai active and parcipatory learning melalui ceramah, diskusi, serta presentasi. Materi pelatihan meliputi fisiologi kesehatan remaja dan kesehatan mental remaja dan strategi guru UKS dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, yaitu terdapat peningkatan pengetahuan guru UKS tentang narkoba dan HIV/AIDS serta guru UKS mampu menyusun strategi 13

pencegahan masalah narkoba dan HIV/AIDS di lingkungan sekolah. Penyalahgunaan narkoba telah menjadi persoalan serius di hampir seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2009, kasus penyalahgunaan narkoba dengan pengguna sebanyak 8.980 orang (data POLDA DIY, 2009). Data dari Dinas Kesehatan DIY tahun 2009 menyebutkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS meningkat dari 699 orang menjadi 839 orang. Meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS diduga dipengaruhi oleh masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap permasalahan tersebut. Masalah penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS merupakan masalah serius yang berpotensi menjadi ancaman bagi generasi muda. Remaja menjadi target utama para pengedar narkoba mengingat perkembangan emosional yang masih labil. Remaja yang berada dalam tahap pencarian identitas sering mudah dipengaruhi untuk mencoba atau menggunakan narkoba supaya diterima secara sosial di lingkungnya. Untuk mengatasi hal tersebut, guru di sekolah, termasuk guru UKS memegang peran penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS di sekolah, terutama dalam memberikan informasi yang benar 14

terhadap masalah narkoba dan HIV/AIDS. Sekolah adalah salah satu media yang strategis untuk membantu membangun kesadaran terhadap masalah narkoba dan HIV/AIDS di kalangan remaja, yaitu melalui pendidikan kepada para siswanya. Berdasarkan situasi tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu pelatihan pencegahan masalah penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS bagi guru UKS tingkat SMP 15

BAB III. PROGRAM KESEHATAN DALAM PEMBINAAN UKS DI PUSKESMAS 1. Program Kesehatan Reproduksi (Kespro) untuk Remaja SMP / SMA Belum semua SMP/SMA mendapat pendidikan kesehatan reproduksi. Penyuluhan kesehatan reproduksi dilakukan oleh Puskesmas dirasa belum cukup memadai untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kespro. Hal ini dikarenakan masih perlu penetapan kelas berapa setiap siswa sudah mendapat bekal ilmu tentang kesehatan reproduksi dan belum masuknya kespro ke dalam kegiatan intrakurikuler. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara bahwa belum semua siswa SMP/SMA memahami risiko kesehatan reproduksi. Hasil kajian dengan DPRD menunjukkan bahwa belum ada komitmen dan kesepakatan antara SMP/SMA (negeri dan swasta) dengan pihak Kemenpora untuk memasukkan mata ajar (materi) kesehatan reproduksi sebagai mata 16

pelajaran wajib yang pelaksanaannya dipilah antara perempuan dan laki-laki (Hanim, 2008). Sejak tahun 2004 sudah ada 12 % siswa menjadi Palang Merah Remaja (PMR). Kader PMR merupakan orang yang tepat untuk mendapatkan dan menyebarkan tentang kespro kepada temannya. Namun, dukungan Puskesmas belum optimal dan tidak rutin dalam membina UKS untuk melatih PMR. Tidak adanya / lemahnya daya dukung sekolah dan Puskesmas dalam pembinaan PMR karena tidak ada koordinasi antara UKS, PMI, Puskesmas, dan Universitas (negeri dan swasta) yang memungkinkan untuk bersama-sama membina UKS dalam pembekalan sebagai PMR. Selain itu, masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan kader PMR dalam penanganan UKS menyebabkan tujuan dan fungsi PMR belum maksimal. 2. Pembinaan Remaja Stress Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini banyak 17

terjadi perubahan fisik maupun psikologis yang jika tidak dikelola dengan baik maka dapat menimbulkan stress. Perubahan fisik berupa adanya menstruasi pada perempuan, payudara yang membesar, mimpi basah pada laki-laki akan menimbulkan rasa malu/stress jika tidak tahu bahwa hal tersebut normal/alamiah. Kondisi psikologis yang labil sering membuat remaja mudah stress seperti akibat patah hati, broken home, masalah akademis, dan lain sebagainya. Penanganan masalah remaja tidak hanya dapat dilakukan oleh guru BK namun juga oleh siswa sebagai kader konseling (peer konselor) dan dirasa cukup efektif dilakukan. Oleh karena itu perlu pembinaan UKS pada kader untuk pemeriksaan rutin berbagai masalah remaja yang biasa ditemukan di sekolah. 3. Dukungan Organisasi PKK dalam Penanganan Narkoba Semakin banyaknya remaja perempuan dan anakanak yang tertular HIV/AIDS disebabkan karena ketimpangan gender dan faktor ekonomi. Organisasi 18

perempuan dan Tim Penggerak PKK Pusat sepakat bahwa penanggulangan AIDS dan Narkoba harus menjadi salah satu prioritas dalam agenda kerja masing-masing organisasi. Tim Penggerak PKK Pusat mengusulkan untuk mengaktifkan kembali kader PKK dan Dasawisma untuk penanggulangan AIDS dan Narkoba. Dukungan Organisasi PKK dalam Penanganan Narkoba remaja SMP maupun SMA sampai saat ini belum tampak gerakannya, sehingga Puskesmas harus berupaya proaktif kepada pihak sekolah agar tidak terjadi penyalahgunaan obat terlarang di kalangan remaja. Akhir-akhir ini pihak Dharma Wanita siap tingkatkan sosialisasi HIV/AIDS dikalangan keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS) namun hasilnya juga belum dapat dilihat apalagi dirasakan semua kalangan masyarakat. Dalam hal ini gerakan dari dalam sekolah itu sendiri sangat perlu untuk penyadaran bahaya NARKOBA dan obat-obat terlarang bagi remaja melalui OSIS Peduli Remja Sehat Aktif Berprestasi dan Produktif. 19

BAB IV. STRATEGI PEMBELAJARAN 1. Tahap Persiapan Satu kelompok dipandu instruktur lapangan (Dokter Puskesmas) Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS ( Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, dan Klaten ) Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab, konfirmasi dengan DKK dan Puskesmas terkait. Pembekalan materi dan teknis pelaksanaan diberikan pada kuliah pengantar field lab, sesuai jadwal dari pengelola Field Lab dan KBK FK UNS. Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk mahasiswa Sebelum pelaksanaan, diharap mahasiswa melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan instruktur lapangan (no telepon instruktur lapangan tersedia di field lab). 20

Tiap mahasiswa membuat Rencana Kerja yang ditulis di buku, singkat dan jelas, sebelum pelaksanaan diserahkan pada instruktur lapangan untuk diperiksa, Isi: I. Tujuan Pembelajaran II. Alat / Bahan yang diperlukan III. Cara kerja (singkat) 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan di lapangan 3 (dua) hari, sesuai jadwal dari tim pengelola Field Lab dan pengelola KBK UNS Hari I: Perencanaan dan Persiapan bersama Instruktur mengenai kegiatan Field Lab yang akan dilaksanakan Hari II: Pelaksanaan, Pencatatan, dan Pelaporan Kegiatan Hari III: Pengumpulan Laporan dan Evaluasi Peraturan yang harus dipenuhi mahasiswa : - Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan, jas lab dikancingkan dengan rapi. - Mahasiswa datang sesuai jam buka Puskesmas, menemui instruktur. 21

- Mengikuti kegiatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan (Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan, Pencatatan dan Pelaporan ) - Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan Konseling langsung pada pasien/sasaran. - Apabila pada hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di Puskesmas yang bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di Puskesmas - Apabila kelompok mengganti hari, mengikuti jadwal kegiatan Puskesmas (mengikuti jadwal Posyandu), diperbolehkan, dengan catatan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran lain di FK dan lapor pada pengelola field Lab/ pengampu topik. 3. Tahap Pembuatan Laporan Laporan terdiri dari 2 jenis laporan: a. Laporan kelompok, dibuat secara berkelompok sebanyak dua eksemplar (satu eksemplar untuk Puskesmas dan satu eksemplar untuk Field lab. 22

b. Laporan Individu, dibuat oleh masingmasing individu sebanyak satu eksemplar. Laporan ini digunakan sebagai salah satu komponen penilaian masing-masing individu. Format Laporan 1. Halaman cover 2. Lembar pengesahan 3. Daftar Isi 4. Bab I: Pendahuluan dan Tujuan Pembelajaran Uraikan secara singkat tentang topik field lab dan Tujuan Pembelajaran per topik 5. Bab II: Kegiatan yang dilakukan 6. Bab III: Pembahasan Berikan penjelasan lebih lanjut mengenai pokok-pokok kegiatan yang dilaksanakan serta uraikan pula kendala serta solusi dari kegiatan field lab yang telah dilaksanakan 7. Bab IV: Penutup 23

Berisi Simpulan dan Saran dari kegiatan yang telah dilaksanakan. 8. Daftar Pustaka Laporan diketik komputer, 2-5 halaman (tidak termasuk cover dan halaman pengesahan), hari ketiga kegiatan harus diserahkan instruktur lapangan untuk disetujui/ disahkan, ditunjukkan dengan lembar tanda tangan persetujuan instruktur lapangan. Satu eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, 1 laporan diserahkan pada pengelola field lab setelah disahkan instruktur lapangan ( laporan untuk field lab diserahkan ke bagian field lab paling lambat 1 minggu sesudah pelaksanaan). Apabila ada mahasiswa yang membuat laporan sama persis dengan temannya, maka laporan akan dikembalikan. Setiap kelompok mengumpulkan CD yang berisi: soft file laporan kelompok dan soft file 24

laporan Individu serta dokumentasi kegiatan lapangan. Tata Cara Penilaian: Instruktur memberi penilaian terhadap mahasiswa sesuai dengan cek list yang ditetapkan dalam buku panduan. Postes dilaksanakan di Fakultas kedokteran sesuai jadwal pengelola field lab. Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari kegiatan Field Lab (pretes, lapangan, Postes) maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai akhir tidak bisa diolah. Pretes dan postest susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat mengikuti karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari dokter atau rumah sakit. Mahasiswa ybs dapat menghubungi pengelola topik segera. NILAI AKHIR MAHASISWA: 1*Pretes+1*Postes+3*lapangan 5 25

Batas Nilai dinyatakan lulus adalah 70 % Bila ada mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 70%, akan dilakukan remidi yang akan dijadwalkan oleh field lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang semester depan. Nilai remidiasi maksimal 70. 26

BAB IV. PROSEDUR KERJA Setiap kelompok mahasiswa kedokteran UNS yang sedang mengambil MK FieldLab secara umum per wilayah Puskesmas masing-masing akan mengkaji tentang kemungkinan pemberdayaan gerakan OSIS Peduli Remja Sehat, Aktif, Berprestasi dan Produktif. Hal ini dilakukan dengan cara : 1. Mengkaji catatan Laporan Kegiatan UKS di masingmasing SMP /SMA yang sudah melakukan Program kesehatan reproduksi dan penanggulangan NAPZA bagi remaja SMP / SMA maupun yang belum melakukan. 2. Mendemonstrasikan persiapan sarana dan prasarana konseling remaja bermasalah NAPZA, gangguan belajar, stress atau masalah kejiwaan remaja lainnya. 3. Menjelaskan koordinasi Pembinaan UKS yang dilakukan petugas Puskesmas dengan Kepala Sekolah (SMP dan SMA) setempat untuk pelaksanaan UKS. 27

4. Mencatat hasil pembinaan UKS dari masing-masing wilayah kerja Puskesmas pada buku Laporan Kegiatan Mahasiswa FieldLab 5. Melakukan analisis data a. Menghitung = Jumlah remaja bermasalah NAPZA di SMP/SMA x100% Jumlah Remaja yang diperiksa b. Menghitung UKS Mandiri = Jumlah UKS yang sudah mampu konseling NAPZA x 100% Jumlah UKS yang dibina 28

Nama : NIM : Kelompok : Puskesmas : Checklist Skala Penilaian UKS NO HAL 0 1 2 3 4 1. Persiapan Membuat format rencana kerja sesuai panduan dan Persetujuan Puskesmas Melakukan prosedur penghitungan dan pendataan sasaran Pembinaan UKS 2. Prosedur pelaksanaan Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu) Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan terhadap staf puskesmas dan atau masyarakat yang dilayani (bila ada) Melakukan prosedur kajian Pembinaan UKS Melakukan/ mendemokan salah satu prosedur Pembinaan UKS (dipilihkan instruktur lapang secara acak) : Ada kasus NAPZA : Penggunaan obat terlarang oleh Remaja SMP / SMA Ada Remaja SMP/SMA yg terganggu belajarnya UKS binaan penanganan NAPZA UKS belum dibina untuk Penanganan 29

NAPZA 3. Laporan Isi laporan sesuai kegiatan Format laporan sesuai panduan TOTAL Keterangan : 0: tidak melakukan 1: melakukan kurang dari 40 % 2: melakukan 40-60% 3: melakukan 60-80 % 4: melakukan 80-100 % NILAI : -------------------- x 100 = --------- 32 Kepala PUSKESMAS NIP.. 30

REFERENSI Hanim D, Yuliastuti E, Marhamah, Nurchasanah. 2008. Menjadikan UKS sebagai Upaya Promosi Tumbuh Kembang Anak Didik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Azrimaidaliza, Nizwardi A, Defriman D. Masrizal DM. 2009. Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah di SMP Negeri 22 Padang Tahun 2009. Diunduh dari: http://repository.unand.ac.id/2734/1/azrimaid ALIZA.pdf (Diakses 10 Agustus 2010) http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/artikel PPM Reguler Pemberdayaan Guru UKS. Koob, G. F.danM. L. Moal (1997). "Drug abuse: hedonic homeostatic dysregulation." Science 278(5335): 52. Sullivan, P. S., D. L. Hanson, S. Y. Chu, J. L. JonesdanJ. W. Ward (1998). "Epidemiology of anemia in human immunodeficiency virus (HIV)-infected persons: results from the multistate adult and 31

adolescent spectrum of HIV disease surveillance project." Blood 91(1): 301. Turner, C. F., L. Ku, S. M. Rogers, L. D. Lindberg, J. H. PleckdanF. L. Sonenstein (1998). "Adolescent sexual behavior, drug use, and violence: increased reporting with computer survey technology." Science 280(5365): 867. 32

Foto Kegiatan Penyuluhan Napza Siswa Mendapat Penjelasan mengenai kesehatan jiwa remaja Siswa aktif bertanya Suasana Kelas Penyuluhan Napza 33