P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii

dokumen-dokumen yang mirip
Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik Dengan Model Kooperatif Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel di MTs Darul Ulum Kelas VII

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

Pembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Melalui Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON

PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR

SIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH. Oleh: R. Rosnawati, dkk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

Penguasaan dan pengembangan Ilmu

Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME. Oleh: Lailatul Muniroh

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII

Nawal Ika Susanti Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Miftachul Fauzi. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 3, No. 1, Mei 2016

Jurnal MITSU Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 3, No. 1, April ISSN :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

Desain Pembelajaran PMRI 4: "Jika Kamu Penjahit yang Pintar, Berapa cm Panjang Lingkar. Pinggang Pemesan Baju itu?"

LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI HIMPUNAN BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SMP/MTs

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. berperan aktif dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

P 36 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) BERBASIS BUDAYA CERITA RAKYAT MELAYU RIAU

UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG

Pengembangan Student Worksheet Berbasis Matematika Realistik untuk Pembelajaran Matematika Secara Bilingual di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI. Makalah dipresentasikan pada. Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka

Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unsyiah Banda Aceh 2) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika Unsyiah Banda Aceh 3)

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Angie (Uno : 2009) menyatakan tanpa disadari

PENGEMBANGAN STUDENT GUIDE BERCIRIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 1 BATU

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK: SEJARAH, TEORI, DAN IMPLEMENTASINYA. Al Jupri Universitas Pendidikan Indonesia

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA DI KELAS. Abstrak

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang

PROSIDING ISBN :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan PP No 72 Tahun 1991 (Mohammad Amin, 1995: 22) anak. tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai IQ antara 50-70,

Achmad Irmansyah Universitas Terbuka ABSTRACT

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB. Disusun oleh :

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDlDlKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DALAM PEMBELAJARAN PERKALIAN BAG1 SISWA SD DENGAN LATAR BELAKANC BUDAYA YANG BERBEDA

SKRIPSI. Oleh Teguh Eko Prasetyo NIM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

Utami Murwaningsih Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Vol. XI Jilid 1 No.74 Januari 2017

PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG

PERAN GURU REALISTIK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KONSTRUKSI PENGETAHUAN MATEMATIS SISWASD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK DAN OUTLINE EXECUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING

INTI DASAR DASAR PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA

Miftahul Ayu et al., Pembentukan Karakter Konsisten dan Teliti Siswa SMP...

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016

KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION: MODEL ALTERNATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan masalah yang harus dipikirkan dan direncanakan

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) SEBAGAI BASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

Implementasi Pembelajaran Realistic Mathematic Education di Kelas III SDN Wonomlati Krembung

ANALISIS KEBUTUHAN BUKU AJAR MATEMATIKA BERORIENTASI PENDEKATAN REALISTIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik terdiri atas banyak

PROSIDING ISBN :

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

BERBAGAI ALTERNATIF MODEL DAN PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

Pengembangan Media Pembelajaran Dalam Penentuan Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Ai Nani Nurhayati 2 Maulana 3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang

PELATIHAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA MENGACU PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) BAGI GURU-GURU SMP DI YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

PENGEMBANGAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI MAHASISWA PRODI PGSD FKIP UNS KAMPUS KEBUMEN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA MATERI LUAS DI KELAS IV MI

Pembelajaran Materi Bangun Datar melalui Cerita menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah Dasar

PERMAINAN TEPUK BERGILIR YANG BERORIENTASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KPK SISWA KELAS IV A DI SD N 21 PALEMBANG

PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK, KAITANNYA DENGAN PERFORMANSI PESERTA DIDIK Oleh: Ahmad Nizar Rangkuti 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII

Transkripsi:

P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii Dian Septi Nur Afifah STKIP PGRI Sidoarjo email de4nz_c@yahoo.com ABSTRAK Objek matematika merupakan sesuatu yang abstrak sehingga guru matematika harus mampu mengkongkritkan objek matematika yang abstrak agar mudah dipelajari siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti membuat rancangan pendekatan pembelajaran yang menjadikan siswa terlibat aktif dengan mendekatkan matematika dengan lingkungannya, yaitu dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Pembelajaran PMR mengutamakan pengenalan konsep melalui masalah kontekstual, hal-hal yang konkrit atau dari lingkungan siswa dengan proses matematisasi oleh siswa dengan mengkonstruksikan idenya sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika realistik pada pokok bahasan persamaan linier satu variable. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan, peneliti dapat mengungkapkan bahwa secara keseluruhan kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran, siswa dapat mengkonstruksi sendiri konsep persamaan linear satu variable dan terdapat satu kelompok yang langsung menyelesaikan masalah konstektual tanpa membuat matematika sehingga kesulitan untuk mendefinisikan pengertian dan menuliskan secara umum langkah-langkah penyelesaiannya. Kata kunci : Pembelajaran Matematika Realistik. 1. PENDAHULUAN Pembelajaran matematika merupakan usaha untuk membantu siswa mengonstruksi pengetahuan melalui proses. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Soedjadi, 2000) bahwa mengetahui adalah suatu proses bukan produk. Proses tersebut dimulai dengan pengalaman, sedangkan pengetahuan dibangun dari pengalaman. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk itu siswa diberi kesempatan untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan yang harus dimiliki. Namun dalam kenyataannya, berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran di SMP Laboratorium UNESA di kelas VII B, dapat dikatakan bahwa pembelajaran masih berpusat kepada guru sehingga siswa masih pasif dalam pembelajaran di kelas. Selain itu dalam penyampaiannya, guru langsung memberikan rumus-rumus terlebih dahulu sehingga siswa mengetahui rumusnya tetapi kurang paham dalam penggunaanya (menyelesaikan masalah). Objek kajian matematika merupakan sesuatu yang abstrak sehingga Soedjadi (2000: 49) menyatakan guru matematika harus mampu mengkongkritkan atau menyederhanakan objek matematika yang abstrak agar mudah dipelajari siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, Makalah dipresentasikan dalam dengan tema Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran pada tanggal 3 Desember 2011 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

peneliti membuat rancangan pendekatan pembelajaran yang menjadikan siswa terlibat aktif dengan mendekatkan matematika dengan lingkungannya, salah satu alternatifnya yaitu dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Pembelajaran yang berorientasi PMR lebih mengutamakan pengenalan konsep melalui masalah kontekstual, hal-hal yang konkrit atau dari lingkungan siswa dengan proses matematisasi oleh siswa dengan mengkonstruksikan idenya sendiri. Soedjadi (2001a: 2-3), mengemukakan bahwa PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang telah dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, dengan harapan agar tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai lebih baik dari pada masa yang lalu. PMR pembelajarannya tidak dimulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh, seperti yang selama ini dilaksanakan di berbagai sekolah. Namun sifat-sifat, definisi dan teorema itu diharapkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa melalui penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran. Dengan demikian dalam PMR siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Jadi Pembelajaran matematika realistik (PMR) adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan masalah-masalah kontekstual (contextual problems) sebagai langkah awal dalam proses pembelajaran. Gravemeijer (1994: 90-91), mengemukakan bahwa ada tiga prinsip kunci (utama) dalam PMR, yaitu: (1) Guided reinvention/progressive mathematizing (penemuan kembali dengan bimbingan/proses matematisasi secara progresif), (2) Didactical phenomenology (fenomena didaktik), (3) Self - developed models (model-model dibangun sendiri oleh siswa). Sebagai operasionalisasi ketiga prinsip utama PMR di atas, menurut Panhuizen (dalam Gravemeijer, 1994: 114-115), PMR memiliki lima karakteristik, yaitu: (1) The use of context (Menggunakan masalah kontekstual), (2) The use models (Menggunakan berbagai model), (3) Student contributions (Kontribusi siswa), (4) Interactivity (Interaktivitas), (5) Intertwining (Keterkaitan). Berdasarkan pengertian, prinsip dan karakteristik-karakteristik PMR sebagaimana telah diuraikan, maka dapat dirancang langkah-langkah inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: (1) Memahami masalah kontekstual, (2) Mendeskrepsikan dan menyelesaikan masalah kontekstual, (3) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban dan (4) Menarik kesimpulan. Menurut (Suwarsono, 2001: 5-6), pembelajaran matematika dengan PMR dapat memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika merupakan suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan oleh siswa sendiri, tidak hanya oleh Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 82

mereka yang disebut pakar atau ahli matematika dan matematika itu berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan (manfaat) matematika bagi kehidupan manusia. Jadi dalam PMR siswa lebih aktif mengonstruksi sendiri pengetahuan dan matematika yang abstrak dapat dipelajari melalui sesuatu yang konkrit yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang akan dijelaskan dengan PMR ini adalah persamaan linier satu variabel. Diharapkan dengan kegiatan ini siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep pada materi persamaan linear satu variable dan dapat menggunakan dalam kehidupan seharihari. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimanakah penerapan pembelajaran matematika realistik pada pokok bahasan persamaan linier satu variable di kelas VII B SMP Laboratorium Unesa? 2. PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum pelaksanaan pembelajaran, guru membuat rancangan pengelompokan siswa yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa sehingga terbentuk 7. Dalam setiap kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan, serta memiliki kemampuan yang heterogen. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik pada materi persamaan linear satu variable dilaksanakan pada hari selasa tanggal 28 Oktober 2009 pukul 11.20-12.40 di kelas VII B SMP Laboratorium Unesa Surabaya. Tabel a.1 Pelaksanaan PMR pada materi persamaan linear satu variable Kegiatan Pembelajaran Keterangan Guru Siswa (1) (2) (3) PENDAHULUAN 1.Guru membuka pelajaran dan Siswa mengajukan Siswa telah dikelompokkan mengingatkan materi yang dipelajari beberapa buah soal yang 4 atau 5 siswa. Masingmasing sebelumnya, yaitu dengan menunjuk sulit, dan menjawab kelompok duduk beberapa siswa untuk memberikan pertanyaan yang sesuai dengan tempat contoh kalimat terbuka, kalimat diajukan guru. duduknya. tertutup dan persamaan serta variable. 2. Guru mengecek dan membahas tentang Pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. 2.Guru mengkomunikasikan tujuan Siswa memperhatikan pembelajaran yang akan dicapai. penjelasan guru. KEGIATAN INTI 1.Guru memabgi LKS di setiap Siswa memahami Langkah ke 1 Memahami Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 83

kelompok dan memberi kesempatan pada siswa membaca dan memahami masalah 1-4 di LKS (Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan masalah kontekstual) 2.Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya bagi yang belum memahami masalah 1-4 3.Guru memberi kesempatan pada siswa secara individu untuk menyelesaikan masalah 1-4 dengan menjawab pertanyaan yang ada di bagian A dengan cara mereka sendiri (pekerjaan siswa satu dengan lainya tidak harus sama). Jika siswa mengalami kesulitan, guru membimbing seperlunya. 4.Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan/membandingkan (memeriksa, memperbaiki dan menyeleksi) jawabannya dengan teman-teman dalam kelompoknya. Guru berjalan keliling kelas untuk melihat hasil kerja kelompok dan memilih beberapa kelompok untuk menampilkan hasilnya di depan kelas. 5.Guru memberi kesempatan pada seorang siswa dari kelompok yang dipilih untuk menampilkan hasil pekerjaan kelompoknya. 6.Melalui diskusi kelas jawaban para siswa dibahas /dibandingkan. 7.Dari hasil diskusi kelas, guru memberi kesempatan pada siswa untuk menarik sebuah kesimpulan tentang definisi dan langkah-langkah menyelesaikan persamaan linear satu variaabel. masalah 1-4 LKS. Beberapa anggota kelompok yang belum memahami masalah 1-4 bertanya kepada guru. Siswa menyelesaikan masalah 1-4 dengan cara sendiri pada Siswa mendiskusikan /membandingkan jawaban dengan jawaban teman lainnya. Beberapa siswa menampilkan hasil pekerjaan kelompoknya. Siswa mengikuti diskusi dan memberi tanggapan terhadap hasil pekerjaan kelompok lain, serta menjawab pertanyaan guru. Siswa menarik kesimpulan tentang definisi penyelesaian kalimat terbuka. masalah Karakteristik ke 1 Masalah kontekstual Langkah ke 2 Menjelaskan Langkah ke - 3 Menyelesaikan masalah kontekstual Prinsip 1, Guided reinvention/ progresive mathematizing. Prinsip 2, Didactical phenomenologi Prinsip 3, Self developed models. Karakteristik ke 2 Memunculkan/menggunak an model. Langkah ke 4 Membandingkan dan mendiskusikan. Karakteristik ke 3 Menggunakan kontribusi siswa Karakteristik ke 4 Interaksi Langkah ke 4 Membandingkan mendiskusikan. dan Karakteristik ke 3 Menggunakan kontribusi siswa. Langkah ke 5 Menyimpulkan. Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 84

8.Guru memberi kesempatan kepada Siswa yang belum siswa untuk bertanya bagi yang mengerti bertanya belum mengerti kepada guru. PENUTUP a. Guru menegaskan kembali materi Siswa memperhatikan pelajaran tentang definisi penjelasan guru. penyelesaian persamaan linear satu variable. b. Guru memberikan tugas rumah masalah 5-8 yang ada Buku Siswa. Berdasarkan tabel di atas, pelaksanaan pembelajaran di kelas yang telah dilakukan oleh penulis sudah memenuhi karakteristik dari pembelajaran yang mengggunakan Pendekatan Matematika Realistik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang di lakukan oleh siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok, dan ada beberapa anggota kelompok yang berdiskusi dengan kelompok lain untuk membandingkan hasil pekerjaannya. Guru hanya sebagai fasilitator, yang mana hanya menjelaskan seperlunya hal-hal yang kurang dimengerti oleh siswa dalam menyelesaikan LKS. Selain itu pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. B. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa Dalam penerapan Pendekatan Matematika Realistik ini, setiap kelompok diberi lembar kerja siswa (LKS) yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam hal ini, guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk menyelesaikan LKS dengan cara mereka sendiri berdasarkan petunjuk yang ada. Berikut ini adalah deskripsi dari hasil pekerjaan LKS dari masing-masing kelompok: Masalah 1 Susi mendapat (PR) pelajaran matematika sebanyak 30 soal. Pada saat ia mengerjakan PR, tinta penanya habis. Ia telah mengerjakan beberapa buah soal dan yang belum dikerjakan sebanyak 8 soal. Berapa banyak soal PR yang telah dikerjakan Susi? Berdasarkan hasil jawaban LKS dari tujuh kelompok, maka penulis dapat mengelompokkan bentuk atau tipe jawaban dari masalah 1 menjadi 3 bentuk yaitu, 1. Memisalkan: soal yang dikerjakan = x soal yang belum dikerjakan = y = 8 diperoleh persamaan: x + 8 = 30 x + 8-8 = 30-8 x = 22 Jadi PR yang telah dikerjakan Susi adalah 22 soal 2. Tanpa pemodelan. Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 85

30 8 = 22 3. Dengan pemodelan, tetapi tanpa keterangan. a-b = 30-8 = 22 Dari ketiga bentuk atau tipe jawaban LKS dari masing-masing kelompok terdapat 5 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk pertama, 1 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk kedua dan 1 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk ketiga. Masalah 2 Setiap tanggal 20 Posyandu Kelurahan Wonokromo melakukan penimbangan balita. Karena Badria anak bu Sutriani sedang sakit, maka Badria tidak bisa ditimbang sendirian. Untuk dapat menentukan berat badan Badria petugas Posyandu meminta bu Sutriani ditimbang sambil mengendong anaknya dan diperoleh berat mereka 67 kg. Kemudian bu Surtiani ditimbang sendirian dan ternyata berat bu Sutriani 60 kg. Berapa berat badan Badria? Berdasarkan hasil jawaban LKS pada masalah 1 dari tujuh kelompok tersebut, maka penulis dapat mengelompokkan bentuk atau tipe jawaban dari masalah 1 menjadi 3 yaitu, 1. Memisalkan: berat Badria = x berat bu Sutriani = y = 60 diperoleh persamaan: x + 60 = 67 x = 67-60 x = 7 2. Tanpa pemodelan. Berat Badria = berat badria dan bu Sutriani berat bu Sutriani = 67-60 =7 3. Dengan pemodelan, tetapi tanpa keterangan. b s = 67-60 = 7 Dari ketiga bentuk atau tipe jawaban LKS pada masalah 2 dari masing-masing kelompok terdapat 4 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk pertama, 2 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk kedua dan 1 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk ketiga. Masalah 3 Pada suatu hari Amin berbelanja di Hypermart. Amin membayar sebesar Rp. 40.000,- dan menerima 5 kg jeruk. Berapa harga satu kg jeruk? Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 86

Berdasarkan hasil jawaban LKS dari tujuh kelompok tersebut, maka penulis dapat mengelompokkan bentuk atau tipe jawaban dari masalah 3 menjadi 3 bentuk yaitu, 1. Memisalkan: jumlah uang= Rp 40.000,00 harga 1 kg jeruk = a diperoleh persamaan: 5 x a= 40.000 a = 40.000 : 5 a = 8000 2. Tanpa pemodelan. Harga 1 kg jeruk = 40.000: 5 = 8000 3. Salah memodelkan tetapi hasilnya benar. Buah jeruk= x Buah jeruk =5 kg Diperoleh: x + 5 = 40.000 x = 40.000 : 5 x = 8000 Dari ketiga bentuk atau tipe jawaban LKS pada masalah 3 dari masing-masing kelompok terdapat 3 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk pertama, 3 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk kedua dan 1 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk ketiga. Masalah 4 Ferdiyanto membeli 3 buah buku tulis dengan harga setiap buku sama. Ferdiyanto membayar dengan uang Rp. 5.000,- dan menerima pengembalian uang sebesar Rp.500,-. Berapakah harga sebuah buku tulis? Berdasarkan hasil jawaban LKS pada masalah 4 dari tujuh kelompok tersebut, maka penulis dapat mengelompokkan bentuk atau tipe jawaban dari masalah 1 menjadi 3 yaitu, 1. Memisalkan: jumlah harga buku = 5000-500 = 4500 1 buku = b diperoleh persamaan: 3 x b = 4500 b= 4500 : 3 b = 1500 2. Tanpa pemodelan. 5000-500= 4500 : 3 = 1500 3. Memodelkan tetapi tidak memberikan keterangan. Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 87

K S : B = 5000-500 : 3 = 4500 : 3 = 1500 Dari ketiga bentuk atau tipe jawaban LKS pada masalah 4 dari masing-masing kelompok terdapat 5 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk pertama, 1 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk kedua dan 1 kelompok yang mengerjakan seperti bentuk ketiga. Jawaban pertanyaan siswa setelah menyelesaikan masalah 1-4. Setelah menjawab pertayaan (A) dan (B), masing-masing kelompok dengan menggunakan kata-katanya sendiri menyimpulkan pengertian dari persamaan linear satu variabel. Berikut ini adalah hasil jawaban dari masing-masing kelompok dalam menjawab pertanyaan (A) dan (B), Kelom pok Persamaan yang diperoleh (A) Variabel dan pangkatnya (B) Pengertian persamaan linear satu variabel (Kesimpulan) 1 1. x = 30-8 2. x = 67-60 3. 5a = 40000 5 5 4. 3b = 4500 b 3 Masalah 1,2 variabelnya x pangkat1. Masalah 2, 3 variabelnya a dan b pangkat 1 Suatu persamaan yang variabelnya 1 dan pangkatnya 1. 2 3 4 5 6 7 1. x + 8 = 30 2. x + 60 = 67 3. 5x = 40.000 4. 3x = 4500 1. z + 8 = 30 2. m + 60 = 67 3. 5x = 40000 5 5 1. 4500 = 3x 2. x + 8 = 30 Masalah 1,2,3,4 variabelnya adalah x pangkat 1 z berpangkat 1 m berpangkat 1 x berpangkat 1 Suatu persamaan yang mempunyai variabel 1 dan pangkat tertingginya adalah 1. Kalimat matematika yang dihubungkan dengan tanda sama dengan dan mempunyai satu variabel yang berpangkat satu. x berpangkat 1 Kalimat terbuka yang ditandai dengan sama dengan yang mempunyai satu variabel yang berpangkat satu. 1. 3x = 4.500 Variabel x berpangkat 1 Jawabannya adalah sama-sama mencari hasil. 1. 30 = x + 8 2. 67 = x + 60 3. 5x = 40.000 4. 3x = 4.500 Suatu persamaan yang mempunyai satu variabel yang memiliki pangkat satu. R, B, S, K Mempunyai variabel yang berpangkat satu. x berpangkat 1 Kalimat matematika yang dihubungkan dengan sama dengan dan mempunyai variabel yang berpangkat satu Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 88

Kelom pok 1 2 Pertanyaan selanjutnya (C) yaitu menuliskan langkah-langkah dalam menyelesaiakan masalah 1-4. Di bawah ini adalah hasil jawaban dari masing-masing kelompok dalam menjawab pertanyaan (C), Langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah 1-4 1. kedua ruas 8. 2. Kedua ruas -60 3. kedua ruas : 5 4. kedua ruas : 3 5. x + 8 = 30 (kedua ruas dikurangi 8) 6. x + 60 = 67 (kedua ruas dikurangi 60) 7. 5x = 40.000 (kedua ruas dibagi 5) 8. 3x = 4500 (kedua ruas dibagi 3) Kesimpulan Jadi kedua ruas dari persamaan linear satu variabel di bagi dan dikurangi dengan bilangan yang sama. 1. Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangna yang sama. 2. Membagi atau mengalikan kedua ruas dengan bilangan yang sama. Keterangan Kelompok yang mengerjakan dengan cara mereka sendiri tanpa melihat dari pekerjaan kelompok lain. Ada seorang siswa anggota kelompok yang bertanya maksud dari pertanyaan (C) 3 4 5 6 - Menggunakan misal. - Menggunakan jumlah. - Melambangkan huruf yang diketahui. - Mengurangi kedua ruas. - Membagi kedua ruas. Membagi kedua ruas dengan 3 dan mengurangi kedua ruas dengan 8. Masalah 4 membagi kedua ruas dengan 3 Dengan menambah/ membagi Membagi dan mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama. Membagi dan mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama. Membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama. Dengan menambah/ membagi 7 Misal,cara, hasil sama C. Analisis Dari Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa Guru mengamati terjadi diskusi yang ramai karena pendapat siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Dua anggota kelompok yang bertanya kepada kelompok lain maksud cara menjawab pertanyaan (C) Kelompok yang hanya sekali bertanya kepada guru. Merupakan jawaban hanya dari seorang siswa, karena yang lain tidak berpendapat. Tidak paham dengan maksud pertanyaan dan tidak ada anggota kelompok yang bertanya kepada guru maupun ke kelompok lain. Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 89

Dari masalah 1 sampai 4 siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing yang lebih dominan menyelesaikan masalah kontekstual dengan memulai memisalkan yang diketahui dengan melambangkan dengan huruf, yang selanjutnya diperoleh suatu persamaan dengan menggunakan variable atau yang biasa disebut dengan memodelkan matematika. Beberapa kelompok banyak yang menggunakan variabel x dan y meskipun ada yang menggunakan variabel lain, seperti a dan b. Akan tetapi terdapat satu kelompok yaitu kelompok 6 yang tidak menggunakan langkah-langkah seperti menyelesaikan soal cerita dan tanpa memodelkan terlebih dahulu jadi langsung hasil akhirnya. Sehingga pada kelompok 6 tidak bisa menemukan atau memperoleh persamaan linear satu variabel sedangkan untuk kelompok yang lain bisa memperoleh minimal 1 persamaan. Dengan menjawab pertanyaan (A), (B) dan (C) siswa dapat mendefinisikan pengertian persamaan linear satu variabel dan menuliskan langkah- langkah menyelesaikan persamaan linear satu variable dengan cara mereka sendiri berdasarkan dari hasil penyelesaian masalah 1 sampai masalah 4. Dalam menyelesaikan masalah yang ada di LKS, dua kelompok yang kurang memahami maksud dari pertanyaan yang (C) yaitu pada waktu mereka menjawab pertanyaan tentang langkah-langkah menyelesaikan dari masalah 1 sampai 4. Menurut mereka langkah-langkah yang dimaksud adalah urutan menyelesaikan masalah konstekstual bukan langkah-langkah menyelesaikan persamaan yang mereka peroleh. Ini merupakan kelemahan dari pelaksanaan pembelajaran, karena mungkin pertanyaannya kurang jelas dan guru tidak menjelaskan maksud dari pertanyaan tersebut di depan kelas, tetapi hanya menjelaskan kepada kelompok yang bertanya saja. Hal itu terjadi, karena guru berpikir jika siswa tidak bertanya maka dianggap sudah mengerti semua. Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam pembelajaran telah dilakukan oleh penulis yang menggunakan Pendekatan Matematika Realistik, masing-masing kelompok dapat mengonstruksi sendiri bagaimana menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan persamaan linear satu variable dan dapat mendefinisikan pengertian persamaan linear satu variable serta dapat menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan persamaan linear satu variable. Selain itu, dari deskripsi hasil pekerjaan siswa dapat ditemukan bahwa dari beberapa kelompok lebih dominan menyelesaikan soal cerita, dengan memulai menuliskan dari apa yang diketahui, memisalkan, menuliskan apa yang akan dicari, penyelesaian kemudian yang terakhir adalah menyimpulkan apa yang ditanya. Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 90

PENUTUP Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan, peneliti dapat mengungkapkan beberapa hal yaitu: 1. Dengan menerapkan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR), siswa dapat mengkonstruksi sendiri konsep persamaan linear satu variable. 2. Terdapat satu kelompok yang langsung menyelesaikan masalah konstektual tanpa membuat matematika terlebih dahulu sehingga kesulitan untuk mendefinisikan pengertian dan menuliskan secara umum bagaimana langkah-langkah penyelesaiannya. DAFTAR PUSTAKA Freudenthal, H. 1973. Mathematics as an Educational Task. Dordrecht: Reidel Publishing. Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistik Mathematics. Utrecht: Freudenthal Institute. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti. Jakarta Depdikbud.... 2001. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional RME di Jurusan Matematika FMIPA UNESA 24 Februari 2001. Suwarsono, St. 2001. Beberapa permasalahan yang terkait dengan upaya implementasi PMR di Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tanggal 14 15 November 2001. Van den Heuvel Panhuizen, M. 1985. Assesment and Realistik Mathematics Education. Utrecht: Freudenthal Institute: Utrecht University. Yogyakarta, 3 Desember 2011 MP 91