BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Siti, 2011: 1). pendanaan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri berupa utang luar negeri, namun semakin dikurangi. kas negara. Penerimaan pajak sangat besar peranannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya suatu negara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan tax ratio secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pemerintah terus berusaha melakukan kegiatan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa Pemerintah akan menarik pajak bagi sektor UKM beromzet Rp

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual, maka perlu diperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

EVALUASI PENGENAAN KEBIJAKAN PPH FINAL PADA UMKM. Abstrak. Berdasarkan Skema ketentuan mengenai PPh Final dalam PP 46 dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pajak adalah iuran rakyat yang dikelola menjadi kas negara dan digunakan

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan pajak. Akan tetapi, data menunjukkan bahwa sebagian besar penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. menimbulkan kepatuhan pajak secara sukarela (voluntary tax compliance)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

BAB I PENDAHULUAN. baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. pajak bersedia memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, tentunya akan

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan kontributor terbesar dalam Anggaran Pendapatan

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha di Indonesia. Pajak merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara, maka negara menetapkan perpajakan sebagai salah satu sarana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari negara. Seperti yang tercantum dalam pancasila, sila ke-5 yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang secara terus menerus melakukan pembangunan untuk dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional dan menjawab tantangan pokok perekonomian, pemerintah akan menerapkan kebijakan fiskal yang sehat dan efektif dalam upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas dan berkelanjutan. Untuk mendukung kebijakan fiskal tersebut, pemerintah menerapkan berbagai cara diantaranya melalui optimalisasi pendapatan negara. Pendapatan negara merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam struktur APBN mengingat peranannya sebagai sumber dari kapasitas fiskal Pemerintah, menekan defisit anggaran dan pembiayaan belanja negara. Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pendapatan negara terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan penerimaan hibah. Besaran pendapatan negara dalam APBN terutama pendapatan dalam negeri (penerimaan perpajakan dan PNBP) sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian baik global maupun domestik. Mengingat perkembangan dan

2 dinamika pembangunan yang membutuhkan anggaran makin besar, maka pelaksanaan kebijakan optimalisasi penerimaan perlu senantiasa ditingkatkan (Nota Keuangan dan APBN 2014). Dalam Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, pendapatan dalam negeri meningkat rata-rata 8,0 persen dalam periode 2008-2012, didukung oleh pertumbuhan rata-rata penerimaan perpajakan sebesar 10,5 persen dan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) sebesar 2,3 persen. Penerimaan perpajakan dalam APBNP 2013 ditargetkan mencapai Rp.1.148,4 triliun, naik 17, 1 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Perkembangan penerimaan perpajakan tahun 2008-2013 disajikan dalam gambar berikut ini. Gambar 1: Perkembangan Penerimaan Perpajakan, 2008-2013 Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2014

3 Penerimaan perpajakan dalam RAPBN 2014 diperkirakan mencapai Rp.1.310,2 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar Rp.161,9 triliun atau 14,1 persen bila dibandingkan dengan targetnya dalan APBNP 2013 (Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014). Terkait upaya pencapaian target penerimaan perpajakan yang terus meningkat, pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan. Untuk saat ini pemerintah akan lebih memprioritaskan kebijakan untuk perluasan basis pajak, mengingat masih besarnya potensi yang ada dalam perekonomian, seperti sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran cukup besar dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011, UMKM mempunyai kontribusi kurang lebih 57 persen total PDB. Namun demikian apabila dibandingkan dengan kontribusi UMKM terhadap penerimaan pajak, terdapat miss-match dimana kontribusi UMKM pada penerimaan perpajakan sangat kecil, yaitu kurang lebih 0.5 persen dari total penerimaan pajak. Ketidakimbangan kontribusi UMKM tersebut merupakan suatu indikasi bahwa tingkat ketaatan UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah (Kajian PPh Final UMKM Pusat Kebijakan Pendapatan Negara). Berdasarkan data BPS, UMKM memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang cukup besar. Dalam periode tahun 2008

4 sampai dengan tahun 2011, kontribusi UMKM pada PDB nasional selalu di atas 50 persen dari total PDB nasional. Berikut gambar 2 tentang kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional. Gambar 2 : Kontribusi UMKM Terhadap PDB Nasional Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2013 Adanya kontribusi UMKM yang besar pada perekenonomian nasional tersebut, seharusnya juga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan negara melalui pajak. Namun demikian data penerimaan pajak tahun 2005 sampai tahun 2012 menunjukkan, sebagian besar penerimaan pajak masih didominasi bukan oleh UMKM, melainkan oleh usaha besar. Dalam upaya untuk mendorong pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary tax compliance) serta mendorong kontribusi penerimaan negara dari UMKM, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

5 Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (PP 46/2013). Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan batasan peredaran bruto tertentu Penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 berisi tentang kesederhanaan, kemudahan, keadilan dan penghapusan sanksi administrasi. Kesederhanaan dan kemudahan tersebut dalam hal penghitungan, penyetoran dan pelaporan SPT dimana PPh terutang dihitung 1 persen dari peredaran bruto sebagaimana tercantum pada pasal 3 PP Nomor 46 Tahun 2013 dan WP tidak diwajibkan melaporkan SPT Masa apabila telah menyetor PPh terutang dengan validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) tepat waktu sebagaimana tercantum dalam SE 42/PJ/2013. Sedangkan keadilan tersebut atas penerapan PPh final sebesar 1 persen. Lebih lanjut, penghapusan sanksi tersebut adalah penghapusan sanksi atas pelanggaran administrasi yang dilakukan WP pada Masa pajak bulan Juli-Desember 2013 sebagaimana tercantum pada huruf G SE 42/PJ/2013. Beberapa aspek tersebut dilakukan untuk pengoptimalan peraturan ini. Dalam hal ini pemerintah telah melakukan usaha terbaiknya untuk meningkatkan jumlah penerimaan kas negara. Biaya yang rendah dan proses yang mudah diharapkan akan mampu mendorong Wajib Pajak UMKM yang sudah ber NPWP maupun yang belum ber NPWP untuk segera melaksanakan kewajiban perpajakannya.

6 KPP Pratama Gorontalo salah satu kantor pelayanan pajak yang mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013 ini sejak ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 juni 2013. Berikut adalah data target dan realisasi penerimaan pajak dan data UMKM yang berada di Wilayah Kota Gorontalo. Tabel 1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak (Rp. Juta) Tahun Target Realisasi Pencapaian Pertumbuhan 2012 473.048 432.334 91.39% 17.65% 2013 545.207 511.680 93.85% 15.51% 2014 580.766 447.273 77.01% -12.59% Sumber: Laporan Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI Ke Provinsi Gorontalo, 2014 Tabel 2. Penerimaan Pajak Secara Umum dan Penerimaan PP 46 Kota Gorontalo TAHUN PENERIMAAN UMUM PENERIMAAAN PP 46 2012 205,480,736,768 29,887,781,116 2013 244,242,301,231 42,305,504,633 2014 238,377,265,511 53,744,211,620 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama, 2014 Berdasarkan kedua data yang telah diuraikan, dapat dilihat bahwa pada tabel 1 target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu meningkat,

7 tetapi tidak diikuti dengan realisasi penerimaan pajak yang berfluktuatif, dibuktikan dengan target penerimaan pajak yang mengalami peningkatan ditahun 2014 sebesar 6.52 persen dari tahun sebelumnya, akan tetapi realisasi penerimaan pajak justru mengalami penurunan ditahun 2014 sebesar 12.59 persen. Selanjutnya pada tabel 2 dapat dilihat bahwa sebelum penerapan PP 46/2013 terjadi peningkatan penerimaan hampir mencapai setengah dari penerimaan sebelumnya. Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi sebelum penerapan PP 46/2013 namun juga terjadi selama dan setelah penerapan PP 46/2013 hal ini dikarenakan adanya kontrol dan sosialisasi terkait dengan PP 46/2013 walaupun penerimaan pajak secara umumnya mengalami fluktuasi. Peningkatan PP 46/2013 ini mendorong peningkatan jumlah wajib pajak serta jumlah pajak PP 46/2013 yang dibayarkan. Walaupun pada sebelum dan setelah penerapan PP 46/2013 mengalami peningkatan penerimaan hal ini tidak mendorong peningkatan tersebut dikatakan efektif. Selain dari pada itu menurut data yang diperoleh hanya sedikit jumlah peningkatan wajib pajak yang terdaftar dan masih banyak wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak. Sedangkan KPP Pratama Gorontalo telah melakukan kontrol dan sosialisasi terkait dengan Penerapan PP 46/2013. Selain dari pada itu peraturan ini memberikan 4 aspek penting bagi wajib pajak yaitu aspek kesederhanaan, kemudahan, keadilan dan penghapusan sanksi administrasi. Oleh karena itu

8 peneliti tertarik untuk mengukur terkait dengan keefektivan penerapan PP 46/2013 serta seberapa besar kontribusi yang diberikannya terhadap penerimaan KPP Pratama Gorontalo. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mengangkat sebuah judul penelitian Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Terhadap Penerimaan Pajak di Kota Gorontalo (Studi kasus pada KPP Pratama Gorontalo). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tingkat efektivitas penerapan PP No.46/2013 pada KPP Pratama Gorontalo? 2. Seberapa besar kontribusi PP No.46/2013 terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Gorontalo? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan PP No.46/2013 di KPP Pratama Gorontalo dalam upaya peningkatan penerimaan pajak.

9 2. Untuk mengetahui besaran kontribusi PP No.46/2013 terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Gorontalo. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu untuk dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan mengenai efektivitas dan kontribusi penerapan PP No.46 Tahun 2013 khususnya dibidang perpajakan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengalaman serta memperluas cakrawala pengetahuan dalam kaitanya dengan dunia perpajakan, khususnya terkait dengan efektivitas dan kontribusi penerapan PP No.46 Tahun 2013 2. Bagi Direktorat Jendral Pajak Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penilaian efektivitas dan kontrbusi terhadap penetapan peraturan baru.

10 3. Akademis Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.