MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

dokumen-dokumen yang mirip
Specific Dynamic Action

CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN ENERGI SEORANG ATLET

Gizi Olahraga. Badraningsih L./UNY

PEDOMAN PELATIHAN GIZI OLAHRAGA UNTUK PRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

ROLE OF NUTRITION TO WIN A MATCH

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL MUKA.. HALAMAN JUDUL...

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI METODE FUZZY UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KEBUTUHUHAN KADAR GIZI OLAHRAGAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

30/09/2017. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Tenaga Kerja. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan gizi seseorang

KEBUTUHAN DAN PENGATURAN MAKAN SELAMA LATIHAN, PERTANDINGAN, DAN PEMULIHAN Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan


BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya proses dari sebuah engine dapat dituliskan dengan persamaan

HASIL BELAJAR ILMU GIZI OLAHRAGA PADA PEMILIHAN MAKANAN ATLET DAYUNG UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

KLASIFIKASI OLAHRAGA DAN PROSES PEMECAHAN ENERGI DALAM TUBUH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

SISTEM ENERGI DAN ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN PADA OLAHRAGA AEROBIK DAN ANAEROBIK. dr. Laurentia Mihardja, MS *

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

KEBUTUHAN ENERGI SEHARI

SISTEM ENERGI DAN ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN PADA OLAHRAGA AEROBIK DAN ANAEROBIK dr. Laurentia Mihardja, MS

Gizi Atlet Sepakbola Indonesia Oleh : Dwi Gunadi 1 ABSTRACT

I. Judul 1. NUTRITIONAL REQUIREMENTS 2. FOOTBALL-NUTRITION

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

BAB 5 HASIL PENELITIAN

KAFEIN DAN PERFORMA ATLETIK

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

HASIL DAN PEMBAHASAN

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

Penyusun: Dr. Danu Hoedaya & Dr. Nitya Wismaningsih [ Tim Psikologi Pelatda PON XVI Jawa Barat ]

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

Transkripsi:

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting untuk mewujudkannya adalah melalui gizi seimbang yaitu energi yang dikeluarkan untuk olahraga harus seimbang atau sama dengan energi yang masuk dari makanan. Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga. Pengtaturan makanan terhadap seorang atlet harus individual. Pemberian makanan harus memperhatikan jenis kelamin atlet, umur, berat badan, serta jenis olahraga. Selain itu pemberian makanan juga harus memperhatikan periodisasi latihan, masa kompetisi, dan masa pemulihan. Gerak yang terjadi pada olahraga karena adanya kontraksi otot. Otot dapat berkontraksi karena adanya pembebasan energi berupa ATP yang tersedia di dalam sel otot. ATP dalam sel jumlahnya terbatas dan dapat dipakai sebagai sumber energi hanya dalam waktu 1-2 detik. Kontraksi otot akan tetap berlangsung apabila ATP yang telah berkurang dibentuk kembali. Pembentukan kembali ATP dapat berasal dari kreatin fosfat, glukosa, glikogen, dan asam lemak. Tujuan Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan: 1 Mengetahui kebutuhan energi yang diperlukan oleh atlet 2 Mengetahu hubungan antara aktifitas fisik dan perhitungan energi pada olahraga. Materi modul ini disusun menjadi dua kegiatan belajar, yaitu:

Kegiatan Belajar 1 : Kebutuhan Energi Kegiatan Belajar 2 : Pertumbuhan Agar dapat memahami materi modul ini dengan baik serta mencapai kompetansi yang diharapkan, gunakan strategi belajar sebagai berikut: 1. Bacalah uraian materi setiap kegiatan belajar dengan seksama. 2. Lakukan latihan sesuai dengan petunjuk dalam kegiatan ini. 3. Cermati dan kerjakan tugas-tugas, gunakan hasil pemahaman yang telah anda miliki. 4. Kerjakan tes formatif seoptimal mungkin, dan gunakan rambu-rambu jawaban untuk membuat penilaian.. Nilailah hasil belajar anda sesuai dengan indikatornya. KEGIATAN BELAJAR I Kebutuhan Energi Gerakan tubuh saat melakukan olahraga dapat terjadi karena otot berkontraksi. Olahraga aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan asupan energi.namun, penetapan kebutuhan energi secara tepat tidak sederhana dan sangat sulit.perkembangan ilmu pengetahuan sekarang hanya dapat menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang dikeluarkan. Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu: (1) basal metabolic rate (BMR), (2) spesific dynamic action (SDA), (3) aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan. 1. Basal Metabolisme Metabolisme basal adalah banyak energi yang dapat dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh sewaktu istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan

untuk mempertahankan gungsi fital tubuh berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun berupa denyut jantung, bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh. Metabolisme basal ditentukan dalam keadaan individu istirahat fisik dan mental yang sempurna. Pengukuran metabolisme basal dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah puasa -14 jam (keadaan postabsorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak benar-benar basal. Taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih rendah daripada taraf metabolisme basal, oleh karena selama tidur otot-otot terelaksasi lebih sempurna. Apa yang dimaksud basal di sini ialah suatu kumpulan syarat standar yang telah diterima dan diketahui secara luas. Metabolisme basal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan komposisi tubuh, faktor pertumbuhan. Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan keadaan emosi atau stress. Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basal lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan yang besar tapi proporsi lemak yang besar. Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basal yang lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak sedikit. Metabolisme basal seorang laki-laki lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur juga mempengaruhi metabolisme basal di mana umur yang lebih muda mempunyai metabolisme basal lebih besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah

dan ketegangan, misalnya saat bertanding menghasilkan metabolisme basal % sampai % lebih besar. Hal ini terjadi karena sekresi hormon epinefrin yang meningkat, demikian pula tonus otot meningkat. Tabel 1. BMR untuk laki-laki berdasarkan berat badan Jenis Kelamin Laki-laki Berat Badan (kg) 12-1 th Energi (kalori) 1-30 th 114 1499 30-0 th 0 113 19 1 101 14 113 0 19 139 10 19 114 0 20 19 1 214 194 142 90 2242 2039 199 Tabel 2. BMR untuk perempuan berdasarkan berat badan Jenis Kelamin Berat Badan -1 th Energi (kalori) 30-0 th (kg) 1-30 th

Perempuan 40 24 11 4 91 1149 0 0 13 23 4 1424 9 0 1491 130 1329 1 1444 139 0 124 11 14 191 192 140 2. Spesific Dynamic Action Bila seseorang dalam keadaan basal mengkonsumsi makanan maka akan terlihat peningkatan produksi panas. Produksi panas yang meningkat dimulai satu jam setelah pemasukan makanan, mencapai maksimum pada jam ketiga, dan dipertahankan di atas taraf selama enam jam atau lebih. Kenaikan produksi panas di atas metabolisme basal yang disebabkan oleh makanan disebut spesific dynamic action. Spesific dynamic action adalah penggunaan energi sebagai akibat dari makanan itu sendiri. Energi tersebut digunakan untuk mengolah makanan dalam tubuh, yaitu pencernaan makanan, dan penyerapan zat gizi, serta transportasi zat gizi. Spesific dynamic action dari tiap makanan atau lebih tepatnya zat gizi berbeda-beda. Spesific dynamic action untuk protein berbeda dengan

karbohidrat, demikian pula untuk lemak. Akan tetapi spesific dynamic action dari campuran makanan besarnya kira-kira % dari besarnya basal metabolisme. Aktifitas Fisik Setiap aktifitas fisik memerlukan energi untuk bergerak. Aktifitas fisik berupa aktifitas rutin sehari-hari, misalnya membaca, pergi ke sekolah, bekerja sebagai karyawan kantor. Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas fisik. Tabel 3. Faktor aktifitas fisik (perkalian dengan BMR) Tingkat Laki-laki Perempuan Istirahat di tempat tidur 1,2 1,2 Kerja sangat ringan 1,4 1,4 Kerja ringan 1, 1, Kerja ringan sedang 1, 1, Kerja sedang 1, 1, Kerja berat 2,1 1, Kerja berat sekali 2,3 2,0 Setiap aktifitas olahraga memerlukan energi untuk kontraksi otot. Olahraga dapat berupa olahraga aerobik maupun olahraga anaerobik. Besar energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas olahraga.

Tabel 4. Kebutuhan energi berdasarkan aktifitas olahraga (kalori/menit) Aktifitas Olahraga Balap Sepeda : - 9 km/jam - 1 km/jam - Bertanding Berat Badan (kg) 0 0 0 0 90 3 4 4 9 13 1 Bulutangkis Bola basket Bola voli Dayung Golf Hocky 2 4 4 3 4 11 4 9 9 Jalan kaki : - menit/km - menit/km - menit/km 1 1 9 11 19 Lari : -, menit/km - menit/km - 4, menit/km - 4 menit/km 11 13 14 1 1 1 1 1 1 19 20 Renang : - gaya bebas 13 1 1 21 23 - gaya punggung - gaya dada 11 14 Senam Senam Aerobik: - pemula 9 11 13 13 1 1 - terampil 3 4 1 Tenis Lapangan: - rekreasi - bertanding 9 9

Tenis Meja Tinju : 4 4 - latihan - bertanding 9 14 1 Yudo 3 4 11 13 1 1 20 11 14 1 1 KEGIATAN BELAJAR II Pertumbuhan Anak dan remaja mengalami pertumbuhan sehingga memerlukan penambahan energi. Energi tambahan dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang baru dan jaringan tubuh. Tabel. Kebutuhan energi untuk pertumbuhan (kalori/hari) Jenis kelamin anak Umur Tambahan energi Anak laki-laki dan perempuan 14 tahun 1 tahun 2 kalori/kg berat badan 1 kalori/kg berat badan 1 1 tahun 0, kalori/kg berat badan

Manakanan untuk seroang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga. Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu basal metabolic rate (BMR), spesific dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan. Perhitungan Energi pada Olahraga Olahraga aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan asupan energi. Namun, penetapan kebutuhan energi secara tepat tidak sederhana dan sangat sulit. Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang hanya dapat menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang dikeluarkan. Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu basal metabolic rate (BMR), spesific dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan.

Cara Menghitung Kebutuhan Energi Kebutuhan energi dapat dihitung berdasarkan komponen-komponen penggunaan energi. Berdasarkan komponen-komponen tersebut, terdapat langkah dalam menghitung energi untuk setiap atlet. Langkah 1 Tentukan status giozi atlet dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan persentase lemak tubuh. Indeks massa tubuh merupakan pembagian berat badan dalam kg oleh tinggi badan dalam satuan meter dikwadratkan. Sedangkan presentase lemak tubuh yaitu perbandingan antara lemak tubuh dengan massa tubuh tanpa lemak. Pengukuran lemak tubuh dilakukan dengan menggunakan alat skinfold caliper pada daerah trisep dan subskapula. dicheck dengan % lemak tubuh Langkah 2 Tentukan basal metabolic rate (BMR) yang sesuai dengan jenis kelamin, umur dan berat badan. Caranya menentukan BMR dengan melihat tabel 1 atau tabel 2. % BMR. Tambahkan BMR dengan spesific dynamic action (SDA) yang besarnya

BMR + SDA (% BMR) Tabel. BMR untuk laki-laki berdasarkan berat badan Jenis kelamin Berat badan 1 th Energi (kalori) 30 0 th (kg) 1 30 th Laki-laki 12 114 1499 0 19 1 1 14 113 0 19 139 10 19 114 0 20 19 1 214 194 142 90 2242 2039 199 Tabel. BMR untuk perempuan berdasarkan berat badan Jenis kelamin Berat badan 1 th Energi (kalori) 30 0 th (kg) 1 30 th

Perempuan 40 24 11 4 91 1149 0 0 13 23 4 1424 9 0 1491 130 1329 1 1444 139 0 124 11 14 191 192 140 Langkah 3 Aktifitas fisik setiap hari ditentukan tingkatnya. Kemudian, hitung besarnya energi untuk aktifitas fisik tersebut (tanpa kegiatan olahraga). Pilihlah tingkat aktifitas fisik yang sesuai, baik untuk perhitungan aktifitas total maupun perhitungan aktifitas fisik yang terpisah dan jumlahkan. Gunakan tabel 3 untuk menentukan tingkat aktifitas total. Langkah 4 Kalikan faktor aktifitas fisik dengan BMR yang telah ditambahkan SDA.

Langkah Tentukan penggunaan energi sesuai dengan latihan atau pertandingan olahraga dengan menggunakan tabel 4. Kalikan jumlah jam yang digunakan untuk latihan per minggu dengan besar energi yang dikeluarkan untuk aktifitas olahraga. Total energi yang didapatkan dari perhitungan energi dalam seminggu, kemudian dibagi dengan untuk mendapatkan penggunaan energi yang dikeluarkan per hari. Tambahkan besarnya penggunaan energi ini dengan energi yang didapatkan dari perhitungan langkah 4. Langkah Apabila atlet tersebut masih dalam usia pertumbuhan, maka tambahkan kebutuhan energi sesuai dengan tabel. Tabel. Kebutuhan energi untuk pertumbuhan (kalori/hari) Jenis kelamin anak Umur Tambahan energi Anak laki-laki dan perempuan 14 tahun 1 tahun 2 kalori/kg berat badan 1 kalori/kg berat badan 1 1 tahun 0, kalori/kg berat badan

Contoh Perhitungan Kebutuhan Energi Seorang Atlet Maru seorang mahasiswa berumur 20 tahun mempunyai tinggi badan 10 cm dan berat badan 0 kg. Dia seorang atlet bolabasket dalam tim nasional. Dia berlatih berupa lari 3 hari seminggu dengan kecepatan menit per km selama satu jam. Selain itu, Mary berlatih bolabasket 2 kali seminggu selama 20 menit. Aktifitas sehari-hari berupa aktifitas ringan sedang, misalnya pergi ke kampus, belajar. Cara menghitung kebutuhan energi Langkah 1 Tentukan status gizi atlet dengan menggunakan indeks massa tubuh dan persentase lemak. IMT = 0 : (1,) 2 = 23,4 Artinya atlet ini IMT dalam keadaan normal Langkah 2 9tabel 2). Tentukan BMR untuk wanita dengan berat badan 0 kg yaitu 130 kalori Tentukan SDA yaitu % x 130 = 149 Jumlahkan BMR dengan SDA yaitu 130 + 13 = 140 kalori

Langkah 3 dan angkah 4 Tentukan faktor aktifitas kerja ringan sedang yaitu 1, (tabel 3) Langkah Latihan lari setiap minggu yaitu Latihan bolabasket setiap minggu yaitu : 3 x 0 x = 210 kal/mg : 2 x 30 x = 420 kal/mg Gunakan tabel 4 pada perhitungan aktifitas olahraga. Kebutuhan energi untuk aktifitas olahraga (lari dan latihan bolabasket) adalah 210 + 420 = 20 kalori/minggu Kebutuhan energi untuk aktifitas olahraga per hari adalah 20 : = 3, kalori Jadi total kebutuhan energi per hari adalah 221,2 + 3, = 219, kalori Mary membutuhkan energi setiap hari yang berasal dari makanan yang dia konsumsi adalah 219, kalori KESIMPULAN LATIHAN KEPUSTAKAAN