ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa) Umi Yunianti Universitas PGRI Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL ILMIAH ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN

A.N.J. Dien., J. Tinangon., S. Walandouw. Analisis laporan realisasi

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

ANALISIS PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BERDASARKAN VALUE FOR MONEY AUDIT ATAS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TAHUN

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

EVALUASI ANGGARAN DAERAH BERBASIS KINERJA DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN (STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

EVALUASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA DENPASAR DALAM PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL, RESTORAN, DAN HIBURAN TAHUN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

Value For Money. Arif Kurniawan Wahono ( ) Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya

ANALISIS PERBANDINGAN DAN ANALISIS SUMBER SERTA PENGGUNAAN DANA PADA APBDESA SLEMANAN

ANALISIS REALISASI PROGRAM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BULELENG MELALUI PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

M. ARIF KURNIAWAN B

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BANJAR

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN DAERAH DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DILIHAT DARI RASIO PENDAPATAN PADA APBD

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

Paramitha S. Mokodompit., S.S. Pangemanan., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMONGAN BERDASARKAN KONSEP VALUE FOR MONEY

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, KONTRIBUSI DANA BAGI HASIL PAJAK (DBHP),DANA BAGI HASIL BUKAN PAJAK(DBHBP), DAN PENDAPATAN DAERAHKABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

STUDI KOMPARASI PENGUKURAN KINERJA FINANSIAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEDIRI DAN BLITAR

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI MALUKU

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta 1) 2)

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

PENILAIAN KINERJA ATAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 12(2), 2017,

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy

W. Adawiyah, I. C. Kusuma Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

ANALISIS PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN BANTUL TAHUN SKRIPSI. Oleh: Nova Kurniawati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAUR

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY PADA PENGADILAN NEGERI TEBING TINGGI

Ariel S. Sumenge, Analisis Efektivitas dan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANGGARAN Susilowati 1) Suharno 2) Djoko Kristianto 3) ABSTRACT

Disusun Oleh : B

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI

Keywords : income, improvement, local, government, original, tax

E.L. Tambuwun., S.S. Pangemanan., D.Afandi. Analisis Kinerja Keuangan. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHAN KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BUNGO MISNI ERWATI*) MUHAMMAD RIZKI FAJRI**)

ANALISIS KINERJA PENERIMAAN DAN BELANJA DAERAH (STUDI PADA APBD KOTA MANADO)

Abstrak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD

Evaluasi Penerapan Akuntansi Penerimaan Dana Transfer Pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Transkripsi:

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa) Umi Yunianti Universitas PGRI Yogyakarta Abstract This study aims to determine efficiency and effectiveness of budget revenue and expenditure of the village (APBDesa) Argodadi village, Sedayu sub-district, Bantul district in the 2010-2013 budget period. This research is a qualitative descriptive study. The data used is primer data and secondary data. The data technique used is the ratio analysis technique to measure the financial performance of government. This result showed the efficiency ratio of financial village on average is at 103,12% with a not efficient category of the year 2010-2013. The effectiveness ratio of financial village on average is at 125,75% with a tendency to be very effective category of the year 2010-2013. The efficiency of organizing APBDesa showed the result not efficient, but the effectiveness of organizing APBDesa is very effective. Keywords: APBDesa, efficiency, and effectiveness Pendahuluan Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Daerah mempunyai kewenangan dan tanggungjawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Salah satu rasionalitas yang penting dari pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk memperbaiki kinerja pemerintahan kabupaten dan kota. Otonomi daerah merupakan konsep kajian aktual yang memberikan porsi lebih kepada daerah untuk menyalurkan segala urusan dan kepentingan daerah agar mampu dikelola sendiri sesuai dengan potensi masing-masing daerah yang berbeda-beda. Provinsi, kabupaten/kota, desa adalah kategori daerah otonom mulai dari tingkat teratas sampai terbawah yang memilki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat tempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sesuai dengan Permendagri No. 37 tahun 2007, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan ditetapkan dengan peraturan desa. Desa yang merupakan daerah otonom terendah, otomatis akan menjadi objek dari berlangsungnya sistem desentralisasi fiskal yang diperoleh dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan desa diturunkan dalam bentuk kebijaksanaan desa berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). APBDesa adalah peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. Penelitian mengenai keterkaitan anggaran dengan kinerja instansi sektor publik sudah banyak dilakukan sebelumnya. Nugrahani (2007) meneliti tentang analisis penerapan konsep value for money pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Bisma dan Susanto (2010) meneliti evaluasi kinerja keuangan daerah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2003-2007. Kurrohman (2013) meneliti tentang evaluasi penganggaran berbasis kinerja melalui kinerja keuangan yang berbasis value for money di Kabupaten/kota di Jawa Timur. Furciani (2010), meneliti tentang pengelolaan keuangan desa dalam mewujudkan good governance, penelitian ini menunjukkan bahwa transparansi terjadi hanya ketika perencanaan saja. Hampir semua proses tidak memenuhi prinsip tanggungjawab karena ada beberapa hal dalam proses yang tidak sesuai dengan Permendagri No.37/2007. Akuntabilitas sangat rendah karena tanggung jawab tidak melibatkan masyarakat dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Menurut Mardiasmo (2009), efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan ISBN 978-602-73690-3-0 499 Universitas PGRI Yogyakarta

menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dalam APBDesa dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional akan dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Kajian Teori Menurut Mardiasmo (2009), anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan anggaran. Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006, efisiensi adalah hubungan antara masukan (input) dan keluaran (output), efisiensi merupakan ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang dibeli dan digunakan oleh organisasi perangkat pemerintahan untuk mencapai tujuan organisasi perangkat pemerintahan dapat mencapai manfaat tertentu. Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Output adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan non-fisik. Pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, atau efektivitas dari pemerintah daerah adalah bila tujuan pemerintah daerah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006, efektivitas adalah pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil (output-outcome). Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan. Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan danayang serendah-rendahnya. Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi dan keluaran yang dihasilkan (Mardiasmo, 2009). Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik sebuah hipotesis: Hl: Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Argodadi tahun anggaran 2010-2013 pada kriteria efisien. Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang hams dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir (spending wisely) (Mardiasmo, 2009). Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik sebuah hipotesis: H2: Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Argodadi tahun anggaran 2010-2013 pada kriteria efektif. Metode Penelitian Pengumpulan Data dan Subjek Penelitian Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan melakukan observasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Subjek penelitian ini adalah APBDesa Argodadi Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. Definisi Variabel dan Pengukuran Variabel Efisiensi berarti tingkat pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu. Efisiensi dapat menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah akan dikatakan efisien bila rasio antara 60,01% s/d 80%, semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja akan semakin baik dan semakin besar rasio berarti semakin buruk. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah desa dalam merealisasikan pendapatan asli daerah dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil. Kinerja pemerintah akan dikatakan efektif ISBN 978-602-73690-3-0 500 Universitas PGRI Yogyakarta

bila rasio antara 90,01% s/d 100%, semakin tinggi rasio efektivitas berarti kinerja akan semakin baik dan semakin rendah rasio efektivitas berarti semakin buruk. Rasio Efektivitas = Realisasi P A D x 100% Target PAD berdasar potensi iil Analisis Data 1. Rasio Efisiensi Pengukuran tingkat efisiensi APBDesa Argodadi tahun anggaran 2010 2013 diketahui melalui rasio antara realisasi Belanja Desa dengan realisasi Pendapatan Desa. Tabel 1. Rasio Efisiensi APB Desa Argodadi Tahun 2010 2013 Tahun Belanja Pendapatan Rasio (Rp) (Rp) (%) 2010 751.121.904 700.132.906 107,28 2011 628.266.168 603.166.762 104,16 2012 847.212.935 838.162.935 101,07 2013 677.131.600 677.131.600 100 Ratarata 725.933.151,8 704.648.550,8 103,12 Berdasarkan hasil analisis efisiensi pada tabel 1 selama periode tahun anggaran 2010 2013, tingkat efisiensi dari APB Desa Argodadi memiliki kecenderungan tidak efisien, dengan rata-rata tingkat efisiensi diatas 100% yaitu sebesar 103,12%. 2. Rasio Efektivitas Pengukuran tingkat efektivitas APBDesa Argodadi tahun anggaran 2010 2013 diketahui melalui rasio antara realisasi Pendapatan Asli Desa (PADesa) dengan Hasil Kekayaan Desa. Tabel 2. Rasio Efektivitas APBDesa Argodadi Tahun 2010-2013 Tahun PADesa Hasa Kekayaan Rasio (Rp) Desa (%) 2010 231.446.650 203.510.650 113,72 2011 170.017.160 135.617.160 125,36 2012 221.922.935 188.522.935 117,71 2013 214.756.600 155.356.600 138,23 Rata- 209.535.836,3 170.751.836,3 123,75 Dari hasil perbandingan PADesa dan Hasil kekayaan desa pada tabel 2 selama periode tahun anggaran 2010 2013, APBDesa memiliki kecenderungan sangat efektif, dengan rata-rata tingkat efektif diatas 100% yaitu sebesar 123,75%. Perkembangan Kinerja Keuangan Pengukuran perkembangan kinerja keuangan pemerintah desa Argodadi tahun anggaran 2010 2013 diketahui melalui rasio efisiensi dan rasio efektivitas tahun bersangkutan dikurangi dengan rasio tahun sebelumnya dibagi dengan rasio tahun sebelumnya, sehingga menunjukkan tingkat perkembangan kinerja keuangan Pemerintah Desa Argodadi. Tabel 3. Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Desa Argodadi Tahun 2010-2013 Kinerja 2011 2012 2013 Keuang 2010 Naik*/Tu Naik*/Tu Naik*/Tu an run run run Rasio 107,28 2,90% 2,96% 1,05% Rasio 113,72 Efektivi % tas 10,23%* 6,10% 17,43%* Perkembangan kinerja keuangan APBDesa Argodadi dilihat dari rasio efisiensi dan rasio efektivitas berfluktuatif dari tahun ke tahun. Dari segi efisiensi perkembangan kinerja keuangan mengalami penurunan, yang berarti tingkat efisiensi lebih baik, karena semakin rendah rasio efisiensi menunjukkan kinerja yang lebih baik. Dari segi efektivitas perkembangan kinerja keuangan mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 10,23% dan pada tahun 2013 sebesar 17,43% yang berarti tingkat efektivitas semakin baik, karena semakin tinggi kenaikan rasio menunjukkan perkembangan kinerja yang yang lebih baik. Apabila rasio mengalami penurunan setiap tahunnya menunjukkan bahwa perkembangan kinerja keuangan yang tidak baik. Pembahasan Hasil analisa efisiensi tahun 2010 2012 pada tabel 1 menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan APBDesa pemerintah desa Argodadi dengan perbandingan belanja dan pendapatan tidak efisien, pada tahun 2010 sebesar 107,28%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 104,16%, pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 101,07%, sedangkan untuk tahun anggaran 2013 turun ISBN 978-602-73690-3-0 501 Universitas PGRI Yogyakarta

menjadi 100% menunjukkan kinerja yang kurang efisien. Kecenderungan yang tidak efisien pada dasarnya adalah suatu pemborosan, dimana dalam memperhitungkan alokasi keuangan yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan aktivitas pemerintah desa tidak cermat dalam mengkalkulasi kapasitas keuangan desa serta tingkat prioritas pendanaan, sehingga pencapaian sasaran tidak optimal. Selama periode tahun anggaran 2010 2013, rata-rata tingkat efisiensi APBDesa Argodadi memiliki kecenderungan tidak efisien, dengan tingkat efisiensi diatas 100% yaitu sebesar 103,12%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja APBDesa Argodadi dalam kriteria tidak efisien, sehingga hipotesis pertama bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Argodadi tahun 2010-2013 pada kriteria efisien tidak terdukung. Berdasarkan tabel 3, perkembangan kinerja keuangan APBDesa dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi terus mengalami penurunan setiap tahun, pada tahun 2010-2011 turun sebesar 2,90%, pada tahun 2011-2012 turun sebesar 2,96%, dan pada tahun 2012-2013 turun sebesar 1,05%, hal tersebut menunjukkan keadaan yang lebih baik dalam pengelolaan keuangan desa meskipun APBDesa belum dapat dikatakan cukup atau efisien. Berdasarkan pada tabel 2, hasil perhitungan perbandingan PADesa dan Hasil Kekayaan Desa, maka rasio efektivitas APBDesa dapat diketahui. Rasio efektivitas APBDesa untuk tahun 2010 sebesar 113,72%, untuk tahun 2011 rasio naik menjadi 125,36%, untuk tahun 2012 rasio turun menjadi 117,71%, dan untuk tahun 2013 naik menjadi 138,23%. Secara ratarata kecenderungan efektivitas PADesa Desa Argodadi dari tahun 2010-2013 sebesar 123,75% pada kategori sangat efektif. Hal itu menunjukkan bahwa kinerja APBDesa Argodadi dalam kriteria sangat efektif. Sehingga hipotesis kedua ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Argodadi tahun 2010-2013 pada kriteria efektif positif terdukung. Dari tingkat efektivitas perkembangan kinerja keuangan APBDesa dapat disimpulkan bahwa perkembangan kinerja keuangan berfluktuatif selama 4 (empat) tahun. Pada tahun 2010-2011 naik sebesar 10,23%, pada tahun 2011-2012 turun sebesar 610%, dan pada tahun 2012-2013 naik sebesar 17,43%, hal tersebut menunjukkan perkembangan yang baik dalam pengelolaan keuangan desa. Kesimpulan Pelaksanaan otonomi desa mendorong pemerintah dan masyarakat desa untuk lebih mandiri dalam mengatur dan mengurus rumah tangga desa, termasuk dalam hal ini adalah mengatur dan mengurus Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDesa), dan Pendapatan Asli Desa (PADesa) yang sangat penting dalam pembangunan desa dan bagi pelaksanaan otonomi desa. Oleh karena itu, penting adanya penguatan peran lembagalembaga di desa dalam penyelenggaraan pembangunan. Berdasarkan hasil analisis data terhadap efisiensi dan efektivitas APBDesa Desa Argodadi tahun anggaran 2010-2013, dapat disimpulkan bahwa efisiensi kinerja keuangan tahun 2010-2012 memiliki kecenderungan tidak efisien, sedang pada tahun 2013 pada kriteria kurang efisien. Dan secara keseluruhan kinerja keuangan tidak efisien dengan rata-rata tingkat efisiensi diatas 100% yaitu sebesar 103,12%. Efektivitas kinerja keuangan tahun 2010-2013 memiliki kecenderungan sangat efektif yaitu dengan rata-rata tingkat efektivitas sebesar 123,75%. Berdasarkan naik-turunnya perkembangan kinerja keuangan APBDesa Argodadi menunjukkan bahwa kinerja pendapatan berfluktuatif selama 4 (empat) tahun. Apabila dilihat dari rasio efisiensi perkembangan kinerja keuangan pemerintah desa menunjukkan penurunan setiap tahun, tahun 2011 turun 2,90%, tahun 2012 turun 2,96%, dan tahun 2013 turun 1,05%. berdasarkan rasio efektivitas, maka perkembangan kinerja keuangan pemerintah desa desa Argodadi sangat baik, karena pada tahun 2011 mengalami peningkatan 10,23% dan pada tahun 2013 meningkat 17,43%. Saran Pemerintah desa dalam merencanakan anggaran, terlebih dahulu memperhitungkan efisiensi dan efektivitas atas dana yang akan dikelola, agar antara penggunaan dana dan tujuan pembangunan desa dapat tercapai maksimal. Bagi pemerintah desa sebaiknya dalam menyusun dan merealisasikan APBDesa perlu memperhatikan rasio-rasio keuangan untuk periode berikutnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan desa, pelayanan publik, pembangunan desa, dan mampu mensejahterakan masyarakat. ISBN 978-602-73690-3-0 502 Universitas PGRI Yogyakarta

Daftar Pustaka Bastian, Hendra. 2010. Akuntansi Sektor Pubhk Suatu Pengantar. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga. Bisma dan Susanto. 2010. Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003-2007. Ganec Swara Edisi Khusus, Vol. 4 No. 3, Desember 2010. Furgani, Astri. 2010. Tesis: Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Mewujudkan Good Governence (Studi Pada Pemerintahan Desa Kalimo'o Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep). Jatim: UPN. Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Pubhk- Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Halim dan Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Pubhk Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan, Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat. Hamid, Abdul. 2011. Otonomi Daerah Dan Kuahtas Pelayanan Publik. Jurnal ACADEMICA Fisip Untad, Vol. 03 NO 01 Pebruari 2011. Hudayana, Bambang, dan Tim Peneliti FPPD, 2005, "Peluang Pengembangan Partisipasi Masyarakat melalui Kebijakan Alokasi Dana Desa, Pengalaman Enam Kabupaten", Makalah disampaikan pada Pertemuan Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) di Lombok Barat 27-29 Januari 2005. Kurrohman, Taufik. 2013. Evaluasi Penganggaran Berbasis Kinerja Melalui Kinerja Keuangan Yang Berbasis Value For Money Di Kabupaten/Kota Di Jawa Timur. Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol.5, No. 1, Maret 2013 pp 1-11. Liando, Saerang, dan Elim. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe Menggunakan Metode Value For Money. Jurnal EMBA, Vol. 2 No.3 September 2014. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Misbahul Anwar, Bambang Jatmiko (2014). Kontribusi Dan Peran Pengelolaan Keuangan Desa Untuk Mewujudkan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Yang Transparan Dan Akuntabel (Survei Pada Perangkat Desa Di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta). Jurnal AKMENIKA Vol 11. No.1(387-466) Yogyakarta. ISSN 1978-1679 Nugrahani, T. S. 2007. Analisis Penerapan Konsep Value for Money pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. AKMENIKA UPY, Vol.1, 2007. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 02 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pegelolaan Keuangan Desa. Ratminto dan Winarsih, Atik Septi. 2007. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Shim and Siegel. 2000. Accounting Handbook. Barron's Educational Series. USA: New York. Sumenge, A. S. 2013. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Minahasa Selatan. Jurnal EMBA, Vol. 1, No. 3, September 2013, Hal. 74-81. Susanto. 2010. Reinvensi Pembangunan Ekonomi Daerah, Bagaimana Membangun Kesejahteraan Daerah. Jakarta: Esensi Erlangga Group. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Widjaja,HAW. 2005. Otonomi Desa (Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat, dan Utuh). Jakarta: Raja Grafindo Persada. ISBN 978-602-73690-3-0 503 Universitas PGRI Yogyakarta