Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh)

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Teknik Industri ISSN:

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

Prosiding Teknik Industri ISSN:

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Perbaikan Sistem Kerja Pada Industri Rumah Tangga Sepatu Di Cibaduyut Bandung Untuk Meminimasi Beban Kerja Mental

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin


BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Prosiding Teknik Industri ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

M E P L E A L JARI T E T K E NIK K ES E E S H E AT A A T N K ES E E S L E A L MA M T A A T N K ER E JA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA RISIKO K3 DENGAN PENDEKATAN HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP)

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

Naskah Publikasi Ilmiah PERBAIKAN KONDISI KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) UNTUK MENGURANGI

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung)

ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

SEJARAH & PERKEMBANGAN

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis)

60 Ari Wahyu Rismawati, et al

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

Dian Palupi Restuputri, Eriko, Andri Sulaksmi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO. No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

Analisis Penerapan Keselamatan Kerja Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment (HIRA) Dengan Pendekatan Fault Tree Anlysis (FTA)

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa terdapat

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah bagi produk sehingga dapat dijual dengan harga kompetitif di

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

Pert 9 ASPEK ERGONOMIK DALAM INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Data Kecelakaan Kerja Tahun Cacat Total

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) 1) Miftahul Barokah Farid, 2) Nur Rahman As ad, 3) Eri Achiraeniwati 1,2,3) Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 miftahulbarokahfarid@gmail.com, 2) nur_rahman@yahoo.co.id, 3) eri_ach@yahoo.co.id Abstrak : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas kerja, oleh karena itu perusahaan perlu menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Occupational Health And Safety Assessement Series (OHSAS) 18001 sebagai tolok ukur kinerja yang dijalankan, dengan demikian apabila ada yang keliru dapat segera melakukan perbaikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa lingkungan kerja di PT X adalah pencahayaan yang hanya 61 lux, suhu pada siang hari mencapai 30.8 o C, kebisingan yang ditimbulkan dari suara kipas mencapai 105.1 db, sirkulasi udara yang kurang baik, serbuk teh yang berterbangan pada saat produksi, debu yang berada dalam, mengangkat beban karung teh seberat 144 kg, posisi kerja berdiri dan posisi kerja duduk selama 8 jam. Kata kunci: Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Occupational Health And Safety Assessement Series (OHSAS) 18001 A. Pendahuluan PT X adalah perusahaan yang memproduksi teh. Kegiatan produksi yang dilakukan melalui beberapa proses seperti pencampuran, penuangan, pembuatan teh, pengepakan, pengemasan dan pengepakan karton. Suatu tuntutan dalam dunia industri bahwa suatu perusahaan harus menerapkan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat menjamin para pekerja dan meminimalkan resiko kecelakaan. Maksud dari penulisan karya ilmiah ini ialah untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja, mengetahui kondisi keselamatan dan kesehatan kerja, merancang manual Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar sesuai dengan OHSAS 18001. B. Landasan Teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Dr. Suma'mur dalam bukunya yang berjudul Higene Perusahaan dan kesehatan kerja (1993, h.1-2) mendefinisikan : Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan meninggal sebagai akibat kunci bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian langsung dan tak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk sementara, kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain Identifikasi Bahaya Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang berada di tempat kerja. Menurut Ramli (2010, h.87) : Organisasi harus menetapkan metoda identifikasi bahaya yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain : lingkup identifikasi, bentuk identifikasi, dan waktu pelaksanaan identifikasi. 35

36 Miftahul Barokah Farid, et.al. Penilaian Resiko Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian resiko yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya resiko serta dampak yang akan ditimbulkannya. Menurut Ramli (2010, h.97) : Penilaian resiko digunakan sebagai langkah saringan untuk menentukan tingkat resiko yang ditinjau dari kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan suatu resiko (severity) baik secara kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif. Hasil kemungkinan dan konsekuensi yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel matrik resiko yang akan menghasilkan peringkat resiko seperti pada Tabel I Matrik Resiko Likelihood Tabel I Matriks Resiko Severity 1 2 3 4 5 A T T E E E B S T T E E C R S T E E D R R S T E E R R S T T (Sumber : Ramli, 2010) Pengendalian Resiko Menurut Ramli (2010, h.102) : Pengendalian resiko merupakan langkah menentukan dalam keseluruhan manajemen resiko. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi resiko dapat ditentukan apakah suatu resiko yang diterima atau tidak. Jika resiko dapat diterima, tentunya tidak diperlukan langkah pengendalian lebih lanjut, karena itu harus dilakukan tindakan pengendalian yang dapat dilakukan dengan beberpa pilihan yaitu : Mengurangi kemungkinan Mengurangi keparahan Menghindar dari resiko Berkaitan dengan resiko K3, pengendalian resiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki sebagai berikut Gambar I Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sains dan Teknologi)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 37 Aktivitas yang Berpotensi Bahaya Pencampuran Penuangan Gambar I Hirarki Pengendalian Bahaya (Sumber : Ramli, 2010) C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya pada PT X yang berada pada Divisi Produksi, metode yang digunakan untuk proses identifikasi bahaya adalah teknik Brainstorming yaitu wawancara dengan kepala dan teknik pemeliharaan untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang terjadi yang berfungsi untuk menemukan bahaya yang ada di Divisi Produksi. Aktivitas-aktivitas yang ada di Divisi Produksi pada Tabel 2 Tabel 2 Aktivitas Divisi Produksi Aktivitas Divisi Produksi Potensi Bahaya Pencampuran Penuangan Pembuatan Teh Pengepakan Pengemasan Pengepakan Karton Setelah melakukan identifikasi seluruh aktivitas yang ada di Divisi Produksi maka langkah selanjutnya melakukan identifikasi potensi bahaya di setiap stasiun kerja. Potensi bahaya pada Tabel 3. Tabel 3 Potensi Bahaya Mesin/Alat yang Digunakan Mesin Mixer Balker Pembuatan Mesin PT 20 Pengepakan dus Pengemasan Mesin Sealer Mesin Marden Edward Potensi Bahaya Fisika Kimia Ergonomi Psikologi Pencahayaan Debu Angkat beban Beban Serbuk teh Sirkulasi Posisi kerja berdiri Debu udara Beban Angkat beban Serbuk teh Posisi kerja berdiri Sirkulasi udara Debu Posisi kerja berdiri Pencahayaan Pencahayaan Debu Posisi kerja duduk Pencahayaan Bising Debu Posisi kerja berdiri Pekerjaan yang berulang Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

38 Miftahul Barokah Farid, et.al. Pengepakan karton Cutter Tape Pencahayaan Debu Posisi kerja berdiri Angkat beban Penilaian Resiko Penilaian resiko digunakan sebagai langkah saringan untuk menentukan tingkat resiko ditinjau dari kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan suatu resiko baik secara kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif. Langkah selanjutnya melakukan identifikasi potensi bahaya di setiap stasiun kerja. Potensi bahaya pada Tabel 4. Faktor Tabel 4 Penilaian Resiko Potensi Bahaya Dampak Likelihood Severity Nilai Fisika Pencahayaan Kelelahan mata B 2 T Dehidrasi, bekerja tidak Ruangan fokus B 2 T Kebisingan Gangguan pendengaran B 2 T Sirkulasi Udara Gangguan pernafasan B 2 T Serbuk teh Debu Mengangkat Beban/ karung teh Posisi kerja Gangguan pernafasan A 2 T A 2 T Nyeri otot, nyeri persendian dan tulang patah A 3 E Nyeri punggung, kaki varises dan kematian A 3 E berdiri Posisi kerja duduk A 3 E Faktor kerja berulang Stress A 2 T Pengendalian Resiko Pengendalian resiko dilakukan terhadap seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan untuk menentukan cara pengendaliannya. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan beberapa pilihan yaitu : mengurangi kemungkinan, mengurangi keparahan dan menghindar dari resiko. Pengendalian resiko dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Metode Eliminasi Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi resiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian resiko Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sains dan Teknologi)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 39 eliminasi pada Tabel 5 Metode Eliminasi sebagai berikut : Tabel 5 Metode Eliminasi Faktor Penyebab Metode Eliminasi Kimia Serbuk teh dan debu Membersihkan serbuk teh dan debu pada saat sebelum dan sesudah produksi Metode Substitusi Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya. substitusi pada Tabel 6 Metode Substitusi sebagai berikut : Tabel 6 Metode Substitusi Faktor Penyebab Metode Subtitusi Pencahayaan hanya sebesar 61 lux Mengganti lampu dengan watt yang lebih besar Lingkungan Mengganti bahan seng dengan 30.8 o C genteng dan membuat sirkulasi udara yang lebih besar Pengendalian Teknis Sumber bahaya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman. pengendalian teknis dapat Tabel 7 Metode Pengendalian Teknis sebagai berikut : Tabel 7 Metode Pengendalian Teknis Faktor Penyebab Metode Subtitusi Kebisingan dari suara (kipas besar) 105.1 Mengganti kipas yang tidak bising db Fisika Sirkulasi udara yang hanya menggunakan Mengganti kipas yang dengan 4 kipas kecil ukuran yang lebih besar Mengangkat karung teh dengan beban Menggunakan mesin pemindah Ergonomi 144 kg barang Pengendalian Administratif Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi atau pemeriksaan kesehatan. Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

40 Miftahul Barokah Farid, et.al. pengendalian administratif pada Tabel 8 Metode Pengendalian Administratif sebagai berikut : Tabel 8 Metode Pengendalian Administratif Faktor Penyebab Metode Administratif Posisi kerja berdiri secara terus Membuat jadwal kerja yang variasi Ergonomi Psikologi menerus Posisi kerja duduk secara terus menerus Faktor kerja berulang Memberikan waktu istirahat pekerja Sepuluh menit per satu jam Kecepatan mesin disesuaikan sesuai dengan kemampuan karyawan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pengendalian bahaya yang terakhir adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan dan pelindung pernafasan. Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terkahir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce likelihood) namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce consequences). Macam-macam alat pelindung diri sebagai berikut : Alat pelindung mata untuk melindungi dari serbuk teh dan debu yang dapat menyebabkan iritasi mata, alat pelindung pendengaran, alat pelindung pendengaran untuk melindungi organ pendengaran untuk melindungi organ pendengaran dari suara bising kipas angin, dan alat pelindung tangan untuk melindungi bagian jari dari benda tajam dan saat mengangkat beban yang berat. D. Kesimpulan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada di Divisi Produksi PT X dirasa masih kurang baik, karena setelah di identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko dengan menggunakan standar Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001 menimbulkan banyak potensi bahaya yang serius akibat dari aktivitas kerja yang dilakukan. Faktor potensi bahaya yang ada di Divisi Produksi dapat disebabkan oleh sirkulasi udara yang kurang baik sehingga menyebabkan gangguan pernafasan, karena dalam proses produksi teh celup banyak menghasilkan serbuk teh yang berterbangan, debu yang berada di, panas dari mesin, dan suhu yang mencapai 30.8 o C. Selain itu kebisingan yang ditimbulkan dari suara kipas sebesar 105.1 db, dapat menyebabkan gangguan pendengaran seseorang terganggu, ditambah faktor kerja berulang dapat mengakibatkan seseorang mengalami jenuh/stress dalam bekerja karena hanya melakukan pekerjaan yang sama dalam rentang waktu 8 jam. Rancangan manual Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001 berisi tentang usulan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), identifikasi bahaya, penilaian resiko, pengendalian resiko, rancangan formulir kecelakaan kerja, rancangan prosedur operasi standar kecelakaan kerja dan rancangan prosedur operasi standar laporan kecelakaan kerja. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sains dan Teknologi)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 41 Daftar Pustaka Ramli, Soehatman., 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Cetakan Pertama. Jakarta : Dian Rakyat Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015