Proporsi dan Karakteristik Spermatozoa X dan Y Hasil Separasi Kolom Albumin

dokumen-dokumen yang mirip
SEPARASI SPERMATOZOA X DAN Y MENGGUNAKAN LEVEL ALBUMIN YANG BERBEDA SEBAGAI MEDIA PEMISAH SPERMATOZOA BABI

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

Efektivitas Albumen Sebagai Media Pemisah Spermatozoa Sapi Pembawa Kromosom X dan Y

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

KUALITAS SPERMA HASIL PEMISAHAN YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN RAK DINAMIS DAN STATIS

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PROPORSI X DAN Y, VIABILITAS DAN MOTILITAS SPERMATOZOA DOMBA SESUDAH PEMISAHAN DENGAN PUTIH TELUR

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh Lama Inkubasi Terhadap Proporsi Sperma Pembawa Kromosom X-Y dan Kualitas Semen Kambing Peranakan Etawah...Rina Ferlianthi

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

EVALUASI KUALITAS SPERMATOZOA HASIL SEXING PADA KEMASAN STRAW DINGIN YANG DISIMPAN PADA SUHU 5 C SELAMA 7 HARI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Proporsi Spermatozoa Y Hasil Pemisahan Dengan Fraksi Albumen Telur dan Lama Penyimpanan Semen Domba Lokal

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Proporsi X dan Y, Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa Domba Sesudah Pemisahan dengan Albumin Putih Telur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

J. Sains & Teknologi, April 2017, Vol. 17 No. 1 : ISSN

PROPORSI DAN KUALITAS SPERMATOZOA SAPI BALI HASIL SEPARASI DALAM KOLOM ALBUMIN BSA (Bovine Serum Albumin)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

Veterinaria Medika Vol. 7, No. 3, Nopember 2014

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

OBSERVASI KUALITAS SEMEN CAIR SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERBEDAAN WAKTU INKUBASI PADA PROSES PEMISAHAN SPERMATOZOA

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

Pengaruh Waktu Pelapisan Spermatozoa Sapi Pada Media TALP yang Disuplementasi bovine serum albumin (BSA) Terhadap Jenis Kelamin Embrio In vitro

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

KUALITAS DAN PROPORSI SPERMATOZOA X DAN Y SAPI Limousin SETELAH PROSES SEXING MENGGUNAKAN GRADIEN DENSITAS ALBUMIN PUTIH TELUR ABSTRACT

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

KEBERHASILAN IB MENGGUNAKAN SEMEN SEXING SETELAH DIBEKUKAN

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

PENGARUH PENGGUNAAN RAK STRAW SELAMA EQUILIBRASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI PERANAKAN ONGOLE

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

PENGARUH MEDIA PENGENCER TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA BEKU SAPI PO

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

PENGARUH PENCUCIAN SPERMA DENGAN LAMA WAKTU SENTRIFUGASI YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS SPERMA KAMBING BLIGON

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI (TI) UNTUK PENGUKURAN LUAS PERMUKAAN KEPALA SEL SPERMATOZOA DOMBA

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Permntan 2006 dengan sephadex dan kolom albumin (HAFEZ DAN HAFEZ, 2000). Tujuan kegiatan, diharapkan penggunaan

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

KUALITAS SPERMATOZOA SAPI PO HASIL SEXING DENGAN TEKNIK SENTRIFUGASI MENGGUNAKAN GRADIEN PUTIH TELUR DALAM BEBERAPA IMBANGAN Tris-buffer: SEMEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dikandangkan secara individu di Kandang Kambing Perah Fakultas Peternakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

Lampiran 1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

PENGARUH JUMLAH SPERMATOZOA PER INSEMINASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

PENGGUNAAN ALBUMEN TELUR UNTUK SEPARASI SPERMATOZOA X DAN Y PADA SEMEN DOMBA

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

Transkripsi:

Media Peternakan, April 2004, hlm. 16-20 ISSN 0126-0472 Vol. 27 N0. 1 Proporsi dan Karakteristik Spermatozoa X dan Y Hasil Separasi Kolom Albumin F. Afiati Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong 16911, e-mail : fifiafiati@yahoo.com (Diterima 16-12-2003; disetujui 15-03-2004) ABSTRACT The objectives of this research was to know the proportion and cha-racteristic of sperm after separated by albumen column technique. To identify the sperm bearing X, Y chromosome, the head of sperm from the fresh semen and the separated sperm were measured by morfometric method. The length and the width of the head sperm from fresh semen (9.21 and 5.10 m) were smaller than up fraction (9.68 and 5.44 µm) and similar with bottom fraction (9.15 and 5.14 µm). The proportion of X, Y spermatozoa from fresh semen (43 : 57) were significantly different (P < 0.01) compare to up fraction (80.88 : 19.12). However, almost similar with bottom fraction (41.80 : 58.82). The motility and sperm plasm membrane intact of spermatozoa from fresh semen were (77.5 and 79.68%) significantly higher (P < 0.01) compare to X spermatozoa (70.83 and 62.04%) and also Y spermatozoa (75 and 63.1%). The abnormality of sperm from fresh semen (2.17%) was significantly lower (P < 0.01) compare to X spermatozoa (6.32%) and Y spermatozoa (7.91%). These results showed that the sperm after separated by albumen column technique could be used for artificial insemination. Key words : sperm plasm, membrane intact, motility, albumin column PENDAHULUAN Pengontrolan jenis kelamin dapat dimulai dari pengkondisian saluran reproduksi ternak betina agar lebih baik bagi spermatozoa X dari spermatozoa Y atau sebaliknya sampai dengan pemisahan spermatozoa X dan Y sebelum dilakukan IB (inseminasi buatan) atau IVF (in vitro fertilization) (Sukra et al., 1989). Pemanfaatan teknologi sexing spermatozoa merupakan salah satu pilihan yang tepat dalam rangka peningkatan efisiensi reproduksi yang mampu meningkatkan efisiensi usaha peternakan, baik dalam skala peternakan rakyat, maupun dalam skala komersial (Saili et al., 1998). Pemisahan spermatozoa merupakan upaya untuk mengubah proporsi perolehan spermatozoa yang berkromosom sejenis (X atau Y) dengan metode tertentu, sehingga berubah dari proporsi normal (rasio alamiah), 50% banding 50%. Penelitian yang mengarah pada teknik pemisahan spermatozoa sebelum inseminasi untuk memodifikasi perbandingan jenis kelamin anak yang diproduksi telah banyak dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, perbedaan muatan listrik dan perbedaan fisiologi dan Edisi April 2004 16

AFIATI Media Peternakan biokimia spermatozoa (Saili et al., 1998). Penggunaan putih telur secara umum tanpa membedakan bagiannya (albumin) sebagai medium pemisahan spermatozoa sapi dianggap cukup layak (Saili, 1999). Menurut Maxwell et al. (1984), efisiensi usaha dalam mengubah rasio spermatozoa X dan Y dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi BSA, waktu atau lama spermatozoa menembus larutan BSA, dan konsentrasi spermatozoa yang akan dipisahkan dalam cairan pengencer. Penelitian bertujuan untuk mengetahui performa spermatozoa sebelum pemisahan dan sesudah pemi-ahan serta mengetahui pemanfaatan albumin dalam menghasilkan proporsi spermatozoa X dan Y yang layak untuk diaplikasikan dalam kegiatan inseminasi buatan. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Ternak, Bidang Biologi Sel dan Jaringan, Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Cibinong. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen sapi Peranakan Ongole (PO), bagian cair putih telur (albumin), medium Brackett-Oliphant (1975), eosin 2%, phenol red, penisilin, streptomisin, minyak imersi, alkohol 70%, aquabidest, seperangkat alat vagina buatan, gelang karet, corong karet, tabung gelas penampung berskala), tabung pemisah spermatozoa, tabung centrifuge, gelas ukur, gelas Erlenmeyer, gelas beaker, gelas objek, gelas penutup, pipet Pasteur, hemasitometer, centrifuge, mikroskop, kertas lakmus, pemanas bunsen, timbangan elektronik, rak tabung, water bath, magnetic stirrer, counter, dan lain-lain. Penyiapan Semen Metode penyiapan spermatozoa menurut Toelihere (2001) yaitu semen sapi ditampung menggunakan vagina buatan, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dievaluasi secara makroskopis (volume, warna, bau, ph, dan kekentalan) dan mikroskopis (gerakan massa, persentase motilitas, konsentrasi, persentase abnormalitas, dan persentase hidup mati). Pemisahan Spermatozoa Metode pemisahan menurut Saili (1999), yaitu semen sapi yang ditampung (ejakulat) dicuci dengan penambahan medium BO (Brackett-Oliphant) dan disentrifugasi pada kecepatan 2500 rpm selama 10 menit. Medium BO ditambahkan kembali pada endapan semen sampai konsentrasi menjadi 150 juta sel per mililiter. Satu mililiter sampel dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi kolom albumin bertingkat 10% dan 30%, kemudian dibiarkan selama satu jam pada suhu 28 0 C. Fraksi semen bagian atas dipisahkan dari fraksi semen bagian bawah dengan menyedot masing-masing fraksi menggunakan pipet dan ditampung dalam tabung centrifuge, kemudian dicuci menggunakan medium BO dengan sentrifugasi pada kecepatan 2500 rpm selama 10 menit. Evaluasi Spermatozoa secara Morfometrik Preparat ulas spermatozoa dibuat dari masing-masing fraksi semen dengan pewarnaan diferensial menggunakan larutan eosin 2%, selanjutnya pengukuran panjang dan bagian terlebar kepala spermatozoa dilakukan di bawah mikroskop cahaya pembesaran 10 x 100 dengan menggunakan lensa mikrometer. Jumlah spermatozoa yang dihitung dari masing-masing fraksi adalah 200 sel spermatozoa, yang berukuran kepala lebih besar dari kontrol dikategorikan sebagai spermatozoa X, sedangkan bila ukuran kepala lebih kecil dari kontrol dikategorikan sebagai spermatozoa Y (Saili,1999). Edisi April 2004 17

Vol. 27 No. 1. PROPORSI DAN KARAKTERISTIK SPERMATOZOA Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap. Data yang dihasilkan dianalisis dengan Anova, bila terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,05) dilanjutkan dengan uji Fisher's LSD. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara dalam memprediksi spermatozoa X dan spermatozoa Y adalah dengan evaluasi secara morfometrik, yaitu mengukur bagian terlebar dan panjang kepala spermatozoa, seperti terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Hasil pengukuran kepala spermatozoa, diperoleh nilai panjang dan lebar fraksi atas lebih besar dibandingkan kontrol, sedangkan fraksi bawah mempunyai nilai yang lebih kecil. Nilai ini sesuai dengan penelitian Saili (1999), yaitu nilai yang lebih besar dari rata-rata (kontrol) digolongkan spermatozoa X, sedangkan yang lebih kecil digolongkan spermatozoa Y. Ukuran kepala (panjang x lebar; μm) spermatozoa fraksi atas (9,68 x 5,44 μm) lebih besar dibanding dengan spermatozoa kontrol (9,21 x 5,10 μm) dan spermatozoa fraksi bawah (9,15 x 5,14 μm). Proporsi spermatozoa X pada fraksi bagian atas (80,88%) berbeda sangat nyata lebih besar (P < 0,01) dibanding spermatozoa kontrol (43%) dan fraksi bawah (41,80%). Proporsi spermatozoa Y pada fraksi bagian atas (19,12%) berbeda sangat nyata lebih kecil (P < 0,01) dibanding spermatozoa kontrol (57%) dan fraksi bawah (58,82%). Herman & Tjokronegoro (1982) memisahkan spermatozoa manusia dengan menggunakan human serum albumin (HSA) dalam kolom 10% dan 20%, dan menghasilkan 71% spermatozoa Y pada lapis 10% dan 72,18% pada kolom 20% HAS dengan seks rasio kelahiran anak anak laki-laki 83% dan anak perempuan 27%. Jaswandi (1992) melakukan pemisahan sperma pada sapi perah menggunakan larutan BSA 6% dan 10%, dan mengungkapkan bahwa inseminasi dengan fraksi semen bagian bawah didapatkan rasio jenis kelamin ternak jantan betina (62,5% : 37,5%), sedangkan inseminasi dengan fraksi semen bagian tengah diperoleh jantan (22,2%) dan betina (77,8%). Evaluasi semen dilakukan segera setelah proses penampungan. Evaluasi secara makroskopis meliputi warna, ph, bau, konsistensi, dan volume, sedangkan evaluasi mikroskopis meliputi gerakan massa, konsistensi, persentase motilitas, persentase hidup, persentase abnormal, dan presentase membran plasma utuh. Persentase mortilitas, MPU dan abnormalitas spermatozoa sebelum pemisahan dan setelah pemisahan dapat dilihat pada Tabel 3. Motilitas spermatozoa sebelum pemisahan (77,5%) tidak berbeda nyata dengan motilitas spermatozoa Y (75%), tetapi sangat nyata lebih tinggi ( P < 0,01) daripada spermatozoa X ( 70,83%). Penurunan terjadi karena pada spermatozoa hasil pemisahan telah mengalami perlakuan yang membutuhkan banyak energi untuk tetap menormalkan kondisi fisiologisnya. Proses pencucian yang berakibat pada pengurangan Tabel 1. Rataan ukuran kepala spermatozoa (μm) Fraksi semen Jumlah Ukuran kepala spermatozoa spermatozoa Panjang Lebar Kontrol Fraksi atas Fraksi bawah 200 9,21 ± 0,56 9,68 ± 0,57 9,15 ± 0,75 5,10 ± 0,39 5,44 ± 0,53 5,14 ± 0,45 Edisi April 2004 18

AFIATI Media Peternakan Tabel 2. Persentase spermatozoa yang diprediksi membawa kromosom X dan Y Fraksi Semen Jumlah Spermatozoa X Jenis Spermatozoa Y Kontrol Fraksi Atas Fraksi Bawah 200 43,00 (86/200) b 80,88 (165/) a 41,80 (84/) b 57,00 (114/200) a 19,12 (39/) b 58,82 (120/) a Keterangan: superskrip berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P < 0,01) konsentrasi plasma semen dan menggantinya dengan medium BO dimungkinkan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya nilai motilitas spermatozoa bila dihubungkan dengan ketersediaan sumber energi bagi spermatozoa, walaupun di dalam medium BO terdapat glukosa (Saili, 1999). Persentase motilitas ini masih dinilai baik karena menurut Toelihere (1993) syarat motilitas bagi pelaksanaan inseminasi buatan adalah 40%. Energi yang digunakan untuk pergerakan spermatozoa tersimpan dalam bentuk senyawa ATP (Adenosin Triphosphat) dan didukung oleh Hafez (1993) yang menyatakan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi motilitas spermatozoa adalah ketersediaan energi ATP. Motilitas spermatozoa Y lebih tinggi dibandingkan motilitas spermatozoa X (75% : 70,83%). Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kecepatan spermatozoa X dan Y dalam menembus larutan albumin. Spermatozoa Y dengan bentuk dan ukuran yang lebih kecil, serta mengandung DNA yang lebih sedikit mempunyai motilitas yang lebih tinggi dibandingkan spermatozoa X (Goodall & Roberts, 1976). Namun demikian keduanya mempunyai motilitas yang lebih tinggi dibanding nilai motilitas yang dihasilkan oleh Saili (1999), yaitu sebesar 64,5 % (spermatozoa X) dan 51 % (spermatozoa Y). Membran plasma utuh (MPU) spermatozoa sebelum pemisahan (79,68%) sangat nyata lebih tinggi (P < 0,01) dibandingkan MPU spermatozoa X (62,04%) dan spermatozoa Y (63,24 %). Hal ini terjadi karena spermatozoa X dan spermatozoa Y telah mengalami gangguan fisik dan gangguan kimiawi (Saili, 1999), mengingat medium yang digunakan sebagai medium pemisahan mengandung albumin yang mempunyai peranan penting dalam proses penghilangan kolesterol dan ion zinkum yang berfungsi mensta- Tabel 3. Motilitas, membran plasma utuh (MPU), dan abnormalitas spermatozoa sebelum pemisahan dan sesudah pemisahan (%) Parameter Sebelum pemisahan Spermatozoa X Setelah pemisahan Spermatozoa Y Motilitas MPU Abnormalitas 77,50 a 79,68 a 2,17 b 70,83 b 62,04 b 6,32 a 75,00 b 63,24 b 7,91 a Keterangan: superskrip berbeda dalam baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P < 0,01) Edisi April 2004 19

Vol. 27 No. 1. bilkan membran plasma spermatozoa (Dow & Bavister, 1989). Persentase abnormalitas spermatozoa yang tidak dipisahkan (2,17 %) sangat nyata lebih rendah (P < 0,01) dibanding persentase abnormalitas spermatozoa X (6,32 %) dan spermatozoa Y (7,91%). Nilai abnormalitas hasil penelitian masih dalam kisaran normal, karena menurut Toelihere (1993) abnormalitas primer dan sekunder tidak melebihi 20%. Achmadi (2001) menghasilkan persentase hidup 53,44% dan persentase abnormal 31,82% pada spermatozoa beku yang telah dithawing. KESIMPULAN Karakterisitik spermatozoa sebelum pemisahan menurun bila dibandingkan dengan karakteristik spermatozoa setelah pemisahan, tetapi penurunan ini masih mempunyai nilai yang layak bagi pelaksanaan inseminasi buatan. Penggunaan albumin mampu memisahkan spermatozoa X dari spermatozoa Y. Efektifitas usaha dalam perolehan spermatozoa X dan Y dengan kolom albumin dapat diketahui melalui pengujian secara biologis berupa perolehan angka kebuntingan dan perbandingan jenis kelamin anak yang dilahirkan hasil inseminasi dengan masing-masing fraksi semen hasil pemisahan. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada M. Gunawan, S.Pt. dan Edy S. atas segala bantuannya, terutama pada saat persiapan sampel. Terimakasih juga diucapkan kepada Dra. E. M. Kaiin, M.Si. dan N. D. Yanthi, S.Si. atas segala saran dalam penyempurnaan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, A. S. 2001. Kaji banding kualitas dan keutuhan membran plasma semen beku sapi pada tiap tahap jalur distribusi. Skripsi. PROPORSI DAN KARAKTERISTIK SPERMATOZOA Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Brackett, B. G. & G. Oliphant. 1975. Capacitation of rabbit spermatozoa in vitro. Biology of Reproduction 12:260-274. Dow, M. P. D. & B. D. Bavister. 1989. Direct contact is required between serum albumin and hamster spermatozoa for capacitation in vitro. Gamete Research 23:351-360. Goodall, H. & A. M. Roberts. 1976. Differences in motility of human X and Y bearing spermatozoa. J. Reprod. Fertil. 48:433-436. Hafez, E. S. E. 1993. Reproduction In Farm Animals. 6th ed. Lea and Febiger, Philadelphia. Herman, R. & Tjokronegoro. 1982. Pemisahan spermatozoa X dan Y dengan albumin gradient untuk inseminasi buatan guna mempu nyai anak laki-laki. Medika No. 2. Tahun 8: 107-110. Jaswandi. 1992. Penggunaan lapisan sus-pensi bovine serum albumin 6 dan 10 persen dalam kolom untuk memisahkan sperma sapi pembawa kromosom X dan Y guna mengubah seks rasio seks pada pedet. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Maxwell, W. M. C., G. Mendoza, & I. G. White. 1984. Postthawing survival of motile ram sperm after isolation by layering on protein column. Theriogenology 21:4. Saili, T., M. R. Toelihere, A. Boediono, & B. Tappa. 1998. Pengendalian jenis kelamin anak melalui sexing spermatozoa untuk reproduksi ternak. Warta Biotek, Th.XII No. 1-2. Hlm. 1-5. Saili, T. 1999. Efektivitas penggunaan albumin sebagai medium separasi dalam upaya mengubah rasio alamiah spermatozoa pembawa kromosom X dan Y pada sapi. Tesis. Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor. Sukra, Y., L. Rahardja, & I. Djuwita. 1989. Embriologi I. Depdikbud - Dirjen Pendidikan Tinggi PAU Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Toelihere, M. R. 2001. Prosesing dan pembekuan semen serta pemanfaatan semen beku. Pelatihan Transfer Embrio dan Prosesing Sperma. Proyek Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong. Edisi April 2004 20