Bagaimana Membuat Film Dokumenter

dokumen-dokumen yang mirip
Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER. Fakultas Ilmu Komunikasi. Bagus Rizki Novagyatna. Program Studi Broadcasting.

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan

Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi. menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO

BAB III PERANCANGAN KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

TATA ARTISTIK RISTIA KADIASTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran KONTRAK KULIAH DAN PREVIEW MATERI

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seiring berjalannya perkembangan teknologi yang begitu pesat. efektif selain dari media cetak dan media elektronik lainnya.

LAMPIRAN. Q : Menurut Bapak, apa itu Animasi Pendek? Q : Menurut bapak, animasi pendek yang bagus itu seperti apa?

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 3. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JUDUL UNIT : Merancang Dan Membuat Animasi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

#" Karlinah dalam Karlinah, dkk.(1999) mengemukakan fungsi komunikasi secara umum adalah. 1 A. Fungsi Informasi, Media massa adalah penyebar informasi

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1. Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2

BAB II LANDASAN TEORI. atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh lapisan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang populer lewat sistem operasi Android dan Apple, aplikasi dekstop. Multimedia sendiri berada didalam lingkungan komputer dan

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

Pengantar Teknologi Informasi Animasi. Deddy Award Widya Laksana. Animasi Dalam Berbagai Media. Pengenalan Sinematografi

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi acuan dibuatnya film drama yang berjudul Hidupku Impianku. Salah

PRA PRODUKSI FILM DOKUMENTER. Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Mata Kuliah : Pengetahuan Pertelevisian

Produksi AUDIO VISUAL

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB II METODOLOGI.

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai

Sine n m e a m t a o t g o r g a r f a e f r e r Berpikir produksi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Week 5 C ne n ma ma Hist s o t r o y

Kriteria Penilaian Skrip CVC


Universitas Krisnadwipayana Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1

RPKPS (RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Transkripsi:

Bagaimana Membuat Film Dokumenter Diposkan oleh KHOIRUL NASIHIN oleh Jennifer Steinberg Sebagai kurator sebuah festival film dokumenter, saya sering ditanya tentang bagaimana seharusnya seseorang membuat atau memproduksi film dokumenter. Sekarang ini, dengan peralatan yang murah, setiap orang dapat membuat film. Bisa saja benar demikian, namun, seberapa baik hasilnya? Adakah yang bersedia membayar untuk menontonnya? Berikut adalah beberapa langkah penting yang sangat mendasar dalam membuat film dokumenter: 1) Pastikan bahwa kita mempunyai ide yang orisinil. Telusuri daftar-daftar film di festival internasional (khususnya Hot Docs, Silver Docs, Full Frame dan festival film dokumenter lainnya), Internet Movie Database, Indiewire dan wadah film-film lainnya, untuk memastikan bahwa belum ada film dengan topik yang sama pernah dibuat. Hampir semua film yang dibuat oleh para pemula dapat menarik perhatian para distributor film dari keikutsertaanya dalam festival film. Programer festival biasanya hanya mempunyai sedikit tempat untuk film dokumenter. Pastikan bahwa film kita berbeda dari yang lain. Film-film tentang 9/11, Iraq, dan AIDS adalah film-film yang sudah sangat umum. 2) Baca. Jika belum pernah sama sekali membuat film maka kita harus banyak belajar. Jangan membuat kesalahan-kesalahan yang tidak penting dan akhirnya membuang-buang uang. Luangkan waktu untuk membaca atau mencari cara untuk mendapatkan masukan dari para profesional. 3) Tonton. Carilah tempat-tempat di mana kita bisa menyewa atau menonton film-film dokumenter. Jika menggunakan TV kabel, beberapa saluran (channel) juga dapat menjadi sumber yang baik. Diskusikan film dokumenter favorit bersama teman yang juga menyukai film. Catat hasil diskusi yang penting. 4) Riset. Kita harus tahu bagaimana caranya membuat si subyek benar-benar 'hidup' dalam film. Pikirkan itu pada saat membuat treatment? hingga ke tampilannya. Pastikan kita sudah

mendapatkan kesediaan dari para nara sumber juga izin lokasi di mana kita akan merekam gambar. 5) Jika hal-hal yang dibutuhkan sudah terkumpul, mulailah menulis treatment. Ikuti format yang sudah ditetapkan dalam menulis treatment?. Cari buku panduan jika membutuhkan bantuan. Ingatlah bahwa karya kita bermula dari treatment. 6) Hitung dan kumpulkan anggaran. Perkirakan berapa wawancara yang akan dilakukan dalam pembuatan film ini, berapa hari yang diperlukan, berapa tim yang akan ikut dalam produksi ini (penata suara, penata kamera, sutradara, editor), perlu tidaknya menyewa alat. Belakangan ini, kebanyakan film dokumenter berformat DVD or DigiBeta. Jangan lupa, izin atau biaya hak cipta dari musik yang akan kita pakai dapat menambah biaya yang cukup lumayan. 7) Tambahkan 30% di rencana anggaran kita, sebagai anggaran tidak terduga. 8) Cari investor atau pen-donor. Para pemula biasanya mengajak teman atau keluarganya untuk ambil bagian dalam filmnya. Kita bisa mengajukan proposal ke bermacam-macam yayasan yang memberikan bantuan dana bagi pembuatan film dokumenter. Pada umumnya kita harus menunggu 3-6 bulan dari awal pengajuan proposal untuk mendapatkan jawabannya. Jangan memaksakan diri meminjam uang atau menggunakan kartu kredit untuk membuat film. 9) Atau kita bisa juga mempresentasikan treatment kita ke stasiun-stasiun TV yang mempunyai program dokumenter. 10) Produksi film. 11) Putar film kita di kalangan yang mengapresiasi film dokumenter atau kelompok-kelompok yang merupakan target penonton film kita. Evaluasi film kita melalui angket yang disebarkan saat itu, yaitu meminta penonton untuk menuliskan pendapat mereka tentang film kita. Apakah mereka mengerti, bagaimana suasananya dan pertanyan-pertanyaan lain yang kita anggap penting. 12) Tilik kembali evaluasi-evaluasi yang kita dapatkan dan kemudian pikirkan kembali apakah ada yang perlu diubah atau ditambahkan. 13) Ajukan film kita ke festival-festival film yang ada. Bisa dimulai dari festival-festival lokal (daerah) dan nasional. Sumber : http://paradiza.blogspot.com/2010/03/bagaimana-membuat-filmdokumenter.html diakses tgl 3 maret 2011 PENYUTRADARAAN Diposkan oleh KHOIRUL NASIHIN

Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat tubuh manusia, sutradara adalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan memerlukan otak untuk mengendalikan. 1. Tugas Sutradara Menurut sutradara berbakat, Harry Suharyadi, tugas seorang sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan suara. Pada umumnya, seorang sutradara tidak merangkap sebagai produser, meskipun di Amerika cukup banyak sutradara yang merangkap produser seperti beberapa kali Kevin Costner merangkap sutradara sekaligus produser. Pada umumnya, apa pun bentuk produksi audio visual selalu terbagi menjadi tiga tahap, yakni: 1) praproduksi, 2) produksi atau shooting, 3) pascaproduksi. Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau enggel yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor. 2. Rumus 5-C Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5 C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambargambar) (Hartoko 1997: 17). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan. Close Up Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting

script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, dia harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya. Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus menjadi perhatian sutradara. Camera Angle Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot d a n close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan memaksa penonton untuk mengikutinya terus. Composition Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional berdasarkan asas komposisi. Cutting Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor. Continuity Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering penonton merasa film yang ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung. Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek kontinuitas dari film yang

digarapnya. 3. Unsur Visual (visual element) Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang (eye contact) (Hartoko, 1997:25). Sikap/Pose Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario usahakan sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah main sama sekali (tetapi gratis). Gerakan Anggota Badan Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan. Perpindahan Tempat Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain. Tindakan Tertentu