ANALISIS PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULAN. Analisis secara Individu

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN Posisi Laporan : Maret 2017

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN Posisi Laporan : September 2017

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN Posisi Laporan : Juni 2017

Maret Nilai outstanding kewajiban dan komitmen / nilai tagihan kontraktual 23,402,794 8,973,782 26,284,848 10,112,101

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) BULANAN

LAPORAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Jatuh Tempo Saldo 1 bulan >1 bln s.d. 3 bln >3 bln s.d. 6 bln >6 bln s.d. 12 bln >12 bulan

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) TRIWULANAN

LAPORAN NSFR. Total Nilai Tertimbang. 1 tahun

2016, No tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2

Laporan NSFR PT Bank Panin Tbk

Nama Bank : Bank Mayapada Internasional.Tbk Posisi : Triwulan I 2018

TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) BANK UMUM

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO )

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LAPORAN PERHITUNGAN NET STABLE FUNDING RATIO (NSFR)

No. 13/ 23 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak (Dalam Jutaan Rp)

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

No.11/ 16 /DPNP Jakarta, 6 Juli Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PT Bank KEB Hana Indonesia Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Pengungkapan Ekposur Risiko Kredit Bank. A. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan berbasis Islam

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PEDOMAN PERHITUNGAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) I. LATAR BELAKANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /SEOJK.03/2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Deutsche Bank. Pengungkapan Risiko Kredit Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

PEDOMAN PERHITUNGAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO)

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

PENGUNGKAPAN INFORMASI KUANTITATIF EKSPOSUR RISIKO PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI POSISI 30 JUNI 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142 /PMK.010/2009 TENTANG MANAJEMEN RISIKO LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS

BAB 1 PEMBAHASAN 1. ANALISIS LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN SOLVABILITAS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2016 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener

Tabel 1.1 Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Bank Secara Individu. Posisi Tanggal Laporan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGUNGKAPAN INFORMASI KUANTITATIF EKSPOSUR RISIKO

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg

I. UMUM II. PASAL...

KOMITE-KOMITE DI BAWAH DIREKSI

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

CONSULTATIVE PAPER KERANGKA BASEL III LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

Posisi Tanggal Laporan 30 Juni Di Yogyakar ta. Jawa Tengah

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2018

Transkripsi:

ANALISIS PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULAN : PT Bank Panin Tbk. Analisis secara Individu Analisis kondisi likuiditas Bank secara individu antara lain: a. Baik pergerakan HQLA maupun arus kas masuk dan arus kas keluar ketiga tiganya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan rasio LCR bank secara individu. b. Trend Nilai rasio LCR bank secara individu posisi Juli 2016 jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2016 mengalami kenaikan dari 161.00% menjadi 180.03%. Peningkatan ini lebih dominan diakibatkan penurunan arus kas keluar dan peningkatan arus kas masuk. Sedangkan Nilai Rasio LCR bank secara individu posisi Agustus 2016 jika dibandingkan dengan posisi September 2016 mengalami penurunan dari 180.03% menjadi 152.52 %. Penurunan ini lebih dominan diakibatkan penurunan HQLA, meskipun pada arus kas masuk terjadi peningkatan. c. Dari total HQLA rata-rata triwulan posisi September 2016 sebesar 30.184.195 juta rupiah didominasi oleh komponen HQLA level 1 sebesar 30.042.086 juta rupiah (99.53%). Di mana komponen HQLA level 1 ini didominasi oleh Surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing sebesar 17.999.862 juta rupiah. d. Komposisi pendanaan rata-rata triwulan posisi September 2016 didominasi oleh simpanan nasabah perorangan dan nasabah korporasi masing-masing sebesar 8.987.488 juta rupiah (32.99%) dan 8.420.318 juta rupiah (30.91%). e. Eksposur derivatif bank tidak mengalami perubahan yang signifikan. f. Manajemen Likuiditas secara harian dikelola Divisi Liquidity (DLI) bekerjasama dengan unit unit terkait. g. Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris dalam pengelolaan likuiditas telah dilaksanakan dengan baik salah satunya melalui Rapat ALCO yang diselenggarakan secara rutin setiap bulan sebagai wadah internalisasi baik strategi maupun pengelolaan dalam menjaga likuiditas bank.

h. Bank telah memiliki kebijakan terkait manajemen risiko likuiditas yang dikaji ulang secara berkala, yaitu Kebijakan Risiko Pasar dan Likuiditas dan Kebijakan ALMA. Bank juga telah menetapkan dan memonitor limit risiko likuiditas secara rutin. Kaji ulang limit dilakukan secara berkala. Bank telah memiliki laporan harian likuiditas yang didalamnya mencakup indikator indikator likuiditas sebagai early warning. Bank juga telah melaksanakan stress testing secara berkala dengan tiga skenario yaitu Mild, Medium dan Severe dengan menggunakan metode pendekatan historical dan Exponential Weighted Moving Average (EWMA). Bank juga telah memiliki rencana pendanaan darurat. i. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian telah memadai. Proses Manajemen Risiko sudah mencakup seluruh aktivitas bisnis terkait dengan Risiko Likuiditas Bank termasuk identifikasi produk yang terkait risiko likuiditas. Proses monitoring sudah dilakukan secara rutin melalui laporan likuiditas harian, laporan likuiditas dan pemantauan limit mingguan (termasuk didalamnya buffer liquidity), liquidity highlight report, serta maturity gap bulanan yang dilaporkan kepada direktur bidang dan unit bisnis terkait. j. Efektifitas sistem pengendalian internal (SPI) dalam mendukung pelaksanaan manajemen risiko likuiditas cukup memadai. Hal ini tercermin dari implementasi elemen utama SPI pada aktivitas pengelolaan likuiditas bank, yaitu: a) Pengawasan oleh manajemen dan budaya pengendalian (tugas dan tanggung jawab serta wewenang DEKOM, DIREKSI, dan Risk Culture / Budaya Pengendalian); b) Identifikasi dan penilaian risiko likuiditas; c) Aktivitas pengendalian risiko likuiditas dan pemisahan fungsi; d) Sistem informasi likuiditas; e) Aktivitas pemantauan likuiditas dan tindakan koreksi. Kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) dalam metodologi, asumsi, dan variabel dalam mengukur dan menetapkan limit risiko dari sisi kerangka manajemen risiko dan penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh unit bisnis dan/atau unit pendukung cukup memadai. Hal ini tercermin dari: a) Kaji ulang kebijakan telah dilakukan secara berkala; b) Kaji ulang dalam penyusunan profil risiko (inherent risk & KMPR), yang didalamnya sudah termasuk penetapan parameter dan metodologi, telah dilakukan secara berkala; c) Kaji ulang limit likuiditas telah dilakukan secara berkala bekerja sama dengan unit bisnis terkait.

ANALISIS PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULAN : PT Bank Panin Tbk. Analisis secara konsolidasi Analisis kondisi likuiditas Bank secara konsolidasi antara lain: a. Baik pergerakan HQLA maupun arus kas masuk dan arus kas keluar ketiga tiganya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan rasio LCR bank secara konsolidasi. b. Jika dilihat dari komposisi LCR secara konsolidasi, maka pengaruh PT Bank Panin sebagai perusahaan induk lebih dominan jika dibandingkan dengan anak perusahaan yang lain seperti PT Bank Panin Dubai Syariah, PT Verena Multi Finance dan PT Clipan Finance Indonesia yang kontribusinya lebih kecil, c. Jika dibandingkan antara rasio LCR rata rata posisi September 2016 bank secara individu dibandingkan dengan konsolidasi terjadi penurunan dari 164.77% menjadi 154.41%. Penurunan ini terjdi karena peningkatan Net Cash Outflow yang terjadi karena proses konsolidasi jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan HQLA yang terjadi karena proses konsolidasi yaitu masing-masing sebesar 12.06% dan 5.02%. Sedangkan peningkatan Net Cash Outflow akibat proses konsolidasi lebih dikarenakan peningkatan Arus Kas Keluar akibat konsolidasi jauh lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan Arus Kas Masuk akibat konsolidasi yaitu masing masing sebesar 9.98% dan 5.72%. Peningkatan Arus Keluar akibat proses konsolidasi paling besar diakibatkan penambahan Penarikan Pendanaan yang Berasal dari Nasabah Korporasi yang berasal dari dana pihak ketiga PT Bank Panin Dubai Syariah. d. Trend Nilai rasio LCR konsolidasi posisi Juli 2016 jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2016 mengalami kenaikan dari 150.40% menjadi 165.29%. Peningkatan ini lebih dominan diakibatkan penurunan arus kas keluar dan peningkatan arus kas masuk. Sedangkan Nilai Rasio LCR konsolidasi posisi Agustus 2016 jika dibandingkan dengan posisi September 2016 mengalami penurunan dari 165.29% menjadi 147.13 %. Penurunan ini lebih dominan diakibatkan penurunan HQLA, meskipun pada arus kas masuk terjadi peningkatan.

e. Dari total HQLA konsolidasi rata-rata triwulan posisi September 2016 sebesar 31.698.491 juta rupiah didominasi oleh komponen HQLA level 1 sebesar 31.552.892 juta rupiah (99.54%). Di mana komponen HQLA level 1 ini didominasi oleh Surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing sebesar 18.528.517 juta rupiah. f. Komposisi pendanaan konsolidasi rata-rata triwulan posisi September 2016 didominasi oleh simpanan nasabah korporasi dan nasabah perorangan masing-masing sebesar 10.517.888 juta rupiah (35.10%) dan 9.050.422 juta rupiah (30.20%). g. Eksposur derivatif bank secara konsolidasi hanya terdiri dari eksposur yang dimiliki Bank Panin.

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN : Bank Panin Tbk No Komponen Nilai outstanding kewajiban dan komitmen / nilai tagihan kontraktual INDIVIDUAL 30 September 2016 Nilai HQLA setelah pengurangan nilai (haircut) atau Outstanding kewajiban dan komitmen dikalikan tingkat penarikan (run-off rate) atau Nilai tagihan kontraktual dikalikan tingkat penerimaan (inflow rate) Nilai outstanding kewajiban dan komitmen / nilai tagihan kontraktual KONSOLIDASIAN 30 September 2016 Nilai HQLA setelah pengurangan nilai (haircut) atau Outstanding kewajiban dan komitmen dikalikan tingkat penarikan (run-off rate) atau Nilai tagihan kontraktual dikalikan tingkat penerimaan (inflow rate) 1 Jumlah data Poin yang digunakan dalam perhitungan LCR 3 Bulan 3 Bulan HIGH QUALITY LIQUID ASSET (HQLA) 2 Total High Quality Liquid Asset (HQLA) 30,184,195 31,698,491 ARUS KAS KELUAR (CASH OUTFLOWS) 3 Simpanan nasabah perorangan dan Pendanaan yang berasal dari nasabah Usaha Mikro dan Usaha Kecil,terdiri dari: 110,694,215 9,291,325 111,540,278 9,371,382 a. Simpanan / Pendanaan stabil 35,561,951 1,778,098 35,652,907 1,782,645 b. Simpanan / Pendanaan kurang stabil 75,132,264 7,513,227 75,887,371 7,588,737 4 Pendanaan yang berasal dari nasabah korporasi, terdiri dari: 18,689,061 8,420,318 22,206,474 10,517,888 a. Simpanan operasional 460,176 101,665 1,164,224 263,567 b. Simpanan non- operasional dan /atau kewajiban lainnya yang bersifat non-operasional 15,981,820 6,071,588 17,442,859 6,654,930 c. surat berharga berupa surat utang yang diterbitkan oleh bank (unsecured debt) dan Entitas lainnya 2,247,065 2,247,065 3,599,391 3,599,391 5 Pendanaan dengan agunan (secured funding) 0 0 6 Arus kas keluar lainnya (additional requirement), terdiri dari: 12,845,543 9,532,247 13,388,209 10,074,850 a. arus kas keluar atas transaksi derivatif 3,778,767 3,778,767 3,778,767 3,778,767 b. arus kas keluar atas peningkatan kebutuhan likuiditas c. arus kas keluar atas kehilangan pendanaan d. arus kas keluar atas penarikan komitmen fasilitas kredit dan fasilitas likuiditas 3,226,327 317,360 3,226,327 317,360 e. arus kas keluar atas kewajiban kontraktual lainnya terkait penyaluran dana f. arus kas keluar atas kewajiban kontijensi pendanaan lainnya 418,648 14,320 418,715 14,324 g. arus kas keluar kontraktual lainnya 5,421,800 5,421,800 5,964,399 5,964,399 7 TOTAL ARUS KAS KELUAR (CASH OUTFLOWS) 142,228,819 27,243,890 147,134,960 29,964,120 ARUS KAS MASUK (CASH INFLOWS) 8 Pinjaman dengan agunan Secured lending 0 0 0 0 9 Tagihan berasal dari pihak lawan (counterparty) yang bersifat lancar (inflows from fully performing exposures) 5,038,258 2,625,259 5,818,656 3,015,583 10 Arus kas masuk lainnya 8,824,601 6,300,135 9,064,373 6,420,022 11 TOTAL ARUS KAS MASUK (CASH INFLOWS) 13,862,859 8,925,394 14,883,029 9,435,605 TOTAL ADJUSTED VALUE1 TOTAL ADJUSTED VALUE1 12 TOTAL HQLA 30,184,195 31,698,491 13 TOTAL ARUS KAS KELUAR BERSIH (NET CASH OUTFLOWS) 18,318,496 20,528,515 14 LCR (%) 164.77% 154.41% Keterangan : 1 Adjusted value dihitung setelah pengenaan pengurangan nilai (haircut), tingkat penarikan (run-off rate), dan tingkat penerimaan (inflow rate) serta batas maksimum komponen HQLA, misalnya batas maksimum HQLA Level 2B dan HQLA Level 2 serta batas maksimum arus kas masuk yang dapat diperhitungkan dalam LCR