PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN MENTAL PADA REMAJA

PERKEMBANGAN AFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL & PROSES ADAPTASI REMAJA. Asmika Madjri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1177/H5.1.R/SK/KMS/2008

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

MANUSIA, NILAI DAN MORAL

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

Pertemuan ke-1 dan ke-2

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan masa peralihan untuk menuju kedewasaan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang berkisar antara tahun. Hurlock (1980: 206) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

SELAMAT MEMBACA, MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI MATERI ELEARNING RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA I

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Budi Pekerti merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk di

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

Modul ke: ETIKA PROFESI. Kesalahan Etiket Profesional. 06Fakultas KOMUNIKASI. Triasiholan A.D.S.Nababan. Program Studi Hubungan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dengan cara orang tua mendidik anak dalam keluarganya. Maka

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia merupakan individu ciptaan Tuhan Yang

Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

BABI PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan persoalan-persoalan yang

BAB IV ANALISIS DATA. dianalisis maka ada beberapa hal yang ditemukan yaitu : panca indra. Dalam iklan oreo versi oreo dan handphone ayah terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sikap merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk didalamnya

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. biasanya seseorang menjadi mahasiswa pada kisaran usia tahun. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI PONDOK ASIH SESAMI KECAMATAN BATURETNO KAPUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

MENANAMKAN NILAI PANCASILA PADA ANAK SEJAK USIA DINI. Oleh: Y. Ch. Nany S. (Dosen FIP / MKU - UNY)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB I Tinjauan Umum Etika

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB V FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT INTERNALISASI NILAI- NILAI AGAMA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP NEGERI 26 SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

Tinjauan Umum Etika Profesi

Transkripsi:

MAKALAH PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP Disusun Sebagai Syarat Pelaksanaan Presentasi Kelompok Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Disusun oleh: YULI ARDIKA P. DESTYANA KHAIRUNISA WINDA FITRIFITANOVA EMI ROFIAH K2308062 K2308014 K2308060 K2308084 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 1

Bab I Pendahuluan Hidup adalah perbuatan, demikianlah kata Sutrisno Bachir. Hidup itu adalah pilihanm demikian kata yang lain. Dan masih banyak lagi definisi-definisi subyektif tentang kehidupan ini. Namun yang terpenting, bahwa hidup adalah memperjuangkan apa yang menjadi nilai-nilai kehidupan itu sendiri. Para pahlawan menjalani kehidupannya untuk memperjuangkan sebuah nilai kemerdekaan sejati. Para ilmuwan menjalani kehidupannya untuk memperjuangkan sebuah nilai kebenaran pengetahuan dan pembelajaran. Dan masih banyak lagi contoh-contoh pemaknaan dari kehidupan yang kesemuanya itu sebenarnya menjelaskan hakikat kehidupan itu sendiri. Nilai-nilai kehidupan itu beraneka ragam, namun pada dasarnya ia hanya terbagi menjadi dua bagian besar yaitu nilai kebaikan dan nilai keburukan. Setiap individu diciptakan Tuhan bebas untuk menentukan jalan hidupnya berdasarkan pada nilai-nilai kehidupan yang ada. Implikasinya, manusia pasti akan mencari tahu nilai-nilai kehidupan itu, baik melewati proses internalisasi dan pembelajaran dari pengalaman yang ia alami. Sehingga sampai ada pepatah yang mengatakan pengalaman adalah guru yang paling baik. Ketika manusia telah mengetahui nilai-nilai kehidupannya, maka saat itulah hati sanubarinya akan bersuara memberikan pilihan atas nilai-nilai tersebut. Pemahaman dan penghayatan yang dilakukan akan membawanya kepada kearifan hidup yang berujung pada munculnya sikap hidup yang sesuai dengan nilai kehidupan. Dengan demikian, manusia akan menjadi baik manakala ia menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang baik. Sebaliknya, manusia akan menjadi buruk ketika ia menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang buruk. Maka dari itu, dalam makalah ini akan kami bahas mengenai perkembangan nilai, moral dan sikap manusia. Pembahasan ini meliputi definisi; karakteristik; faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan upaya pengembangan nilai, moral dan sikap; dan upaya pengembangannya. 1

Bab II Pembahasan Masa remaja merupakan suatu proses pertumbuhan dan kelanjutan pengetahuan menuju bentuk sikap dan tingkah laku yang mengarah pada kedewasaan. Sedikit demi sedikit kondisi kejiwaan mereka berkembang, lebih memaknai apa yang mereka alami serta lebih peka pada kondisi emosional di sekitar mereka. Mereka mulai bisa mengendalikan emosi sehingga moral dan sikap mereka menunjukkan nilai dalam kehidupan. Berbicara soal moral berarti berbicara soal perbuatan manusia dan juga pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik, mengenai apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan sehingga dapat dikatakan moral merupakan standar perilaku yang disepakati yang dapat dipakai untuk mengukur perilaku diri sendiri sekaligus perilaku orang lain.(bambang Santosa, 2007:71). Perilaku bermoral tersebut didasarkan atas nilai-nilai yang ada. Nilai dapat diartikan sebagai ukuran baik atau buruknya sesuatu. Bisa juga diartikan sebagai harga (value) dari sesuatu. Dalam kaitannya dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Nilai bersifat abstrak, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Meskipun abstrak, nilai merupakan suatu realitas, sesuatu yang ada dan dibutuhkan manusia. Jadi, nilai bersifat normatif, suatu keharusan yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku, misalnya nilai kesopanan dan kesederhanaan. Misalnya, seseorang yang selalu bersikap sopan santun akan selalu berusaha menjaga tutur kata dan sikap sehingga dapat membedakan tindakan yang baik dan yang buruk. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru kemudian akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut. Kondisi psikologis remaja mengalami ketidakstabilan. Dalam keadaan seperti itu, mereka perlu dibimbing untuk mengenal nilai-nilai dalam kehidupan 2

yang tidak terbatas pada adat kebiasaan dan sopan santun saja, tetapi juga nilainilai keagamaan, keadilan, estetik dan nilai-nilai intelektual dalam bentuk-bentuk sesuai dengan perkembangan remaja. Dengan sendirinya, mereka akan belajar tentang moral dari orang-orang dan keadaan di sekelilingnya. Berkembangnya kejiwaan dan intelektual membuat keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. Penilaian moral menjadi semakin kognitif sehingga mereka terdorong untuk berani mengambil keputusan dari bebagai masalah yang dihadapinya dengan lebih mengesampingkan sifat egisentris yang juga melibatkan emosi (Sunarto, 1999:171). Menurut Furter(1965), kehidupan moral merupakan problematik yang pokok dalam masa remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau perkembangan moralitas ini mulai dari waktu anak dilahirkan, untuk dapat memahami, mengapa justru pada masa remaja hal tersebut menduduki tempat yang sangat penting. Ada 3 tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu: I. Pra-konvensional II. Konvensional III. Post-konvensional Tingkatan tersebut diawali dari stadium nol dimana anak menganggap baik apa yang sesuai dengan permintaan dan keinginannya. Tingkat I : Pra-konvensional Pada stadium 1,anak menganggap baik dan buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya berupa kepatuhan dan hukuman atas kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Misalnya, jika anak tidak mau belajar maka dia tidak akan diijinkan untuk bermain dengan temannya. Pada stadium 2, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian dapat dipandang dari berbagai sisi yaitu sisi manfaat dan kerugiannya. Tingkat II : Konvensional 3

Pada stadium 3, anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Pada stadium 4, anak merasakan bahwa perbuatan baik yang diperlihatkan bukan hanya agar dapat diterima lingkungan, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan atau norma sosial, contohnya seorang remaja yang mulai belajar menghormati orang yang lebih tua dengan bersikap ramah dan santun. Tingkat III : Post-konvensional Pada stadium 5, remaja menyadari adanya hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial melalui kata hati yang dirasakannya. Maksudnya, jika dia menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat maka lingkungan aka memberikan perlindungan dan rasa nyaman padanya. Pada stadium 6 (Prinsip Universal), remaja mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja melakukan tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri, menjadikan penilaian moral sebagai nilainilaipribadi yang tercermin pada tingkah lakunya. Perkembangan nilai, moral dan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor yang semuanya dimulai sejak manusia berada dalam kandungan. Janin memiliki hubungan batin yang erat dengan orang tuanya terutama ibu sehingga merespon persaan yang dirsakan orang tuanya. Jadi moral anak yang akan lahir dapat dipengaruhi oleh perilaku orang tuanya selama anak tersebut berada dalam kandungan. Ketika anak berada dalam masa perkembangan, pembentukan moralnya dipengaruhi oleh lingkungannya. Dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang tua mengenalkan nilai-nilai sederhana seperti kesopanan terhadap ayah dan ibu. Saat pergaulan anak tersebut makin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya. Remaja terdorong untuk mengidentifikasi peristiwa yang dialaminya sehingga dapat membedakan sikap mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dilakukandan akhirnya akan menentukan bagaimana moral yang dimilikinya. Contohnya, dia dapat menimbang apakah membolos itu merupakan perbuatan 4

baik atau tidak. Dapat dikatakan bahwa lingkungan adalah faktor yang paling penting bagi perkembangan nilai, moral dan sikap remaja yang seiring dengan pematangan kepribadian remaja tersebut. Pengertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas tahun berbeda dengan anak-anak yang lebih tua (dewasa). Pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak untuk dipatuhi karena diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi. Pengertian mengenal aspek moral pada anak-anak yang lebih besar itu lebih lentur dan nisbi. Ia bisa menawar atau minta mengubah sesuatu aturan kalau disetujui oleh semua orang. Untuk sebagian remaja serta orang dewasa yang penalarannya terhambat atau kurang berkembang, tahap perkembangan moralnya ada pada tahap prakonvesional. Pada tahap ini, seseorang belum benar-benar mengenal apalagi menerima aturan dan harapan masyarakat. Pada tingkatan awal mereka hanya menghindari hukuman. Sedangkan tingkatan berikutnya sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Menurut Kohlberg faktor kebudayaan juga mempengaruhi perkembangan moral. Perbedaan seseorang juga dapat dilihat pada latar belakang kebudayaan tertentu. Dalam kenyataan di sekitar kita, dapat diamati bahwa moral masyarakat Negara-negara Barat berbeda dengan moral yang dimiliki oleh Negara Negara Timur. Hal ini dikarenakan latar kebudayaan yang sangat berbeda. Sebagai contoh, bagi masyarakat di Negara Negara barat menggunakan pakaian-pakaian minim (seksi) di khalayak umum adalah hal yang biasa bahkan menjadi budaya dan kebiasaan. Akan tetapi,bagi masyarakat Timur hal tersebut sangat tidak lazim bahkan dianggap tidak bermoral atau memalukan. Hal ini mencerminkan bahwa perkembangan moral masyarakat Timur bisa disebut lebih sopan moralnya dalam hal berbusana daripada masyarakat Barat. Terdapat perbedaan- perbedaan individual dalam pemahaman nilai-nilai dan moral sebagai pendukung sikap dan perilakunya. Jadi mungkin terjadi 5

individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral, dan serta tingkah laku. Perwujudan nilai, moral, dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Tidak semua individu mencapai pengembangan nilai-nilai hidup, perkembangan moraldan tingkah laku seperti yang diharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai,moral dan sikap remaja adalah berikut: a. Menciptakan komunikasi. Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Tidak hanya memberikan evaluasi, tetapi juga merangsang anak tersebut supaya lebih aktif dalam beberapa pembicaraan dan pengambilan keputusan. Di lingkungan keluarga, teman sepergaulan, serta organisasi atau kelompok. Sedangkan disekolah misalnya anak diberi kesempatan untuk kerja atau diskusi kelompok. Sehingga anak berperan secara aktif dalam tanggung jawab dan pengambilan keputusan. b. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi. Seseorang yang mempelajari nilai hidup tertentu, dan moral dan kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup itu umumnya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan secara positif,jujur dan konsekuen dalam tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hidup tersebut. Untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan suatu pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman ini untuk menumbuhkan identitas diri,kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflikkonflik yang selalu terjadi di masa ini. Nilai nilai keagamaan perlu mendapat perhatian, karena agama juga mengatur tingkah laku baik buruk. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu lingkungan yang lebih bersifat mengajak, mengundang, atau member kesempatan akan lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan adanya larangan- larangan yang bersifat serba membatasi. 6

Bab III Penutup Kesimpulan 1. Nilai adalah suatu ukuran atau parameter terhadap suatu obyek tertentu. 2. Moral adalah adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya 3. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. 4. Biasanya seseorang bersikap sesuai dengan nilai dan moral yang diyakininya, sehingga kebenaran dan kesalahan tidak bisa dinilai secara mutlak oleh masing - masing individu Rekomendasi Pembelajaran nilai, moral, dan sikap yang efektif di mulai dari lingkungan yang paling kecil, yakni keluarga. Pada saat itu otak anak berkembang optimal yakni usia 0-3 tahun, anak akan mampu merekam semua kejadian di sekitarnya secara optimal, bahkan akan membekas sampai ia dewasa. Pembelajaran tersebut harus dilakukan secara kontinyu yang diawali dari lingkugan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Langkah kontinyu tersebut antara lain : Pendekatan kepada anak Untuk mencapai ketersampaian pesan kepada anak didik tentunya seorang pendidik atau orang tua harus memiliki atau pun memilih keterampilan untuk menggunakan pendekatan yang sesuai dengan pola pikir dan perkembangan psikologi anak. Pendampingan Pendampingan yang dimaksud disini adalah berasal dari lingkungan sekitar, yang usianya tidak jauh berbeda, karena seseorang yang menginjak usia remaja, biasanya lebih mendengarkan orang yang lebih tua namun bukan orang tua. Selain itu biasanya seorang pamong, akan lebih dekat dan lebih memahami karakter dan kepribadian orang yang diampunya. sehingga pembelajaran nilai dan moral tersebut akan lebih efektif. 7