atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB I PENDAHULUAN. Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak dijumpai pemberian jasa penjaminan (assurance services) yang. perusahaan adalah jasa audit atas laporan keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektifuntuk menentukan tingkat

FAJAR DWI NUGROHO B

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dua kelompok; jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi

BABI PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh manajemen kepada pemilik

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH TIME PRESSURE, AUDIT RISK, PROFESSIONAL COMMITMENT DAN LOCUS OF CONTROL PADA PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bandung, Jakarta, Tangerang, Depok dan Bekasi. Maka peneliti mengambil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Taufik Qurrahman, Susfayetti, Andi Mirdah Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

PRAKTIK PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. accountability dan performance accountability (Pusdiklat, 2010). Dengan pola

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan

Kata kunci: tekanan anggaran waktu, locus of control, sifat Machiavellian, pelatihan auditor, perilaku disfungsional auditor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Akuntan publik atau auditor independen dalam mengaudit perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

PENGARUH TEKANAN WAKTU, TINDAKAN SUPERVISI, RISIKO AUDIT, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terjadi. Selain mempertahankan didunia usaha, perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. strategis APIP tersebut antara lain: (i) mengawal program dan kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

Transkripsi:

situasi ini auditor biasanya tidak melaksanakan prosedur yang lengkap dengan mengabaikan salah satu atau beberapa langkah audit yang berlaku tanpa menggantinya dengan langkah lain dan tetap mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997) menyatakan bahwa kualitas audit menjadi sangat rendah, apabila auditor mengeluarkan opini sebelum melakukan seluruh prosedur audit yang disyaratkan. Praktik penghentian prematur atas prosedur audit berpengaruh langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor, apabila salah satu langkah dalam prosedur audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor membuat judgment yang salah akan semakin tinggi (Qurrahman, 2012). Troy (2001) mengungkapkan meskipun auditor sudah mengetahui dengan jelas prosedur audit yang harus dilakukan, tetap saja ada faktor situasional yang dapat mempengaruhi keputusan auditor sehingga melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Menurut Weningtyas, dkk. (2007) faktor yang menjadi penyebab terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit tidak hanya disebabkan oleh faktor internal auditor, akan tetapi juga akibat dari faktor situasional pada saat melaksanakan proses audit yang merupakan faktor eksternal. Faktor internal tersebut antara lain locus of control, self rate employee performance, turnover intentions dan self esteem in relation to ambition, sedangkan faktor situasional yang disebutkan seperti time pressure, audit risk, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas. 2

Penelitian Herningsih (2001), Coram et al. (2004), Monoarfa (2006) dan Weningyas, dkk. (2007) menyebutkan praktik penghentian prematur atas prosedur audit banyak dilakukan auditor dalam kondisi time pressure. Raghunathan (1991) menyatakan auditor yang melakukan penghentian prematur atas prosedur audit sebagian besar disebabkan oleh keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan audit tepat waktu. Auditor sering kali beranggapan apabila evaluasi kinerja serta promosi karir dalam audit firm erat berhubungan dengan kemampuan dalam menuntaskan penugasan audit agar tepat dengan waktu yang tersedia. Pada waktu yang sama auditor juga diharuskan melengkapi seluruh penugasan dan prosedur audit untuk dasar memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan. Ini menjadi dilema bagi auditor antara menuntaskan penugasan audit sesuai dengan anggaran waktu yang diberikan dengan kualitas audit sesuai standar profesional yang harus dipatuhi (Kaplan et al., 2009). Kondisi time pressure merupakan keadaan dimana auditor mendapatkan tekanan dari kantor tempatnya bekerja agar menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah ditetapkan. Schuler (dalam Liantih 2010) menyebutkan bahwa time pressure membatasi individu dalam menyelesaikan tugas mereka. Soobaroyen and Chengbroyan (2005) mengemukakan bahwa time pressure yang terdapat di negara berkembang jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara maju. Akers and Eaton (2003) meneliti pengaruh time pressure dan gender terhadap penghentian 3

prematur atas prosedur audit dan menemukan bahwa time pressure berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Faktor audit risk juga terindikasi sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan auditor dalam melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Dimana dalam proses perencanaan audit, auditor juga harus mempertimbangkan audit risk, dalam penelitian ini risiko yang dimaksud adalah risiko deteksi yang ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor (Kurniawan, 2008). Audit risk adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Boynton and Kell, 2010). Risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor, dimana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material (Rikarbo, 2012). Ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah berarti auditor ingin semua bahan bukti yang terkumpul dapat mendeteksi adanya salah saji yang material. Supaya bahan bukti tersebut dapat mendeteksi adanya salah saji yang material maka diperlukan jumlah bahan bukti yang lebih banyak dan jumlah prosedur yang lebih banyak pula. Ketika audit risk rendah, maka auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah (Weningtyas, dkk., 2007). 4

Penghentian prematur atas prosedur audit, selain dipengaruhi oleh faktor ekternal juga dipengaruhi oleh faktor internal berupa professional commitment dan locus of control. Professional commitment adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Wijayanti, 2008). Di dalam suatu organisasi, seorang anggota organisasi dituntut untuk memiliki komitmen profesi. Menurut Jeffrey and Weatherholt (dalam Rikarbo, 2012) professional commitment dapat diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesi tertentu. Professional commitment digambarkan sebagai suatu format fokus karir pada komitmen pekerjaan yang menekankan pentingnya suatu profesi di masa hidup seseorang. Karakteristik personal lain yang mempengaruhi penghentian prematur atas prosedur audit adalah locus of control (Donelly et al., 2003). Penelitianpenelitian terdahulu telah menunjukkan suatu hubungan yang kuat dan positif diantara eksternal locus of control individual dengan suatu keinginan atau maksud untuk menggunakan penipuan atau manipulasi untuk memperoleh tujuan-tujuan personal. Bernardi (2003) menyebutkan bahwa seseorang yang mampu menyeimbangkan eksternal locus of control dan internal cenderung dapat terhindar dari perasaan tertekan. Menurut Wahyudi (2011), seorang auditor yang memiliki internal locus of control akan berusaha lebih keras ketika ia meyakini bahwa usahanya akan mendatangkan hasil sehingga tingkat kinerjanya juga tinggi. Dapat dipahami juga bahwa eksternal locus of control sebagai kebalikan dari internal locus 5

of control, dimana auditor yang memiliki eksternal locus of control dominan cenderung menunjukan kinerja yang rendah bila dibandingkan individu dengan internal locus of control. Ardiansah (2003) menyatakan bahwa individu dengan eksternal locus of control lebih mudah merasa terancam dan tidak berdaya serta strategi yang dipilih dalam menyelesaikan sebuah permasalahan cenderung bersifat reaktif. Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang berbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karier dari pada eksternal, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih (Hidayat, 2012). Hubungan yang signifikan antara time pressure, audit risk, materialitas serta prosedur review dan kontrol kualitas terhadap penghentian prosedur audit telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Suryanita, dkk. (2007). Hasil pengujian regresi yang dilakukan Stefani (2011) menyimpulkan bahwa variable time pressure dan audit risk berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Variabel review procedure dan quality control oleh kantor tempat bekerjanya auditor, komitmen pada organisasi auditor, professional commitment auditor, prosedur dan kesadaran etis berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Pengalaman dalam mengaudit meski 6

berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit tapi secara statistik tidak signifikan. Wahyudi (2012) menyatakan bahwa variabel time pressure, audit risk, prosedur review dan kontrol kualitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghentian prematur prosedur audit dan hanya materialitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penghentian prematur prosedur audit. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010) menunjukan hasil penelitian bahwa time pressure, audit risk, materialitas, prosedur review dan locus of control berdampak secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Seluruh prosedur audit yang disyaratkan harus dilakukan oleh auditor, baik itu auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik ataupun auditor pemerintah yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) sebelum memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara (www.bpk.go.id). Dikeluarkannya PP60/2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, mengakibatkan tuntutan dan tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, menciptakan akuntabilitas aparat pemerintahan, serta memiliki visi menjadi katalisator pembaharuan manajemen pemerintahan. Untuk itu praktik profesional auditor pemerintah 7

yang bertugas sebagai pengawas perlu ditingkatkan, meskipun auditor memiliki keterbatasan kemampuan diri sendiri, waktu yang ditetapkan, biaya dan beban kerja yang cukup besar. Sikap profesional ini diperlukan karena BPK-RI dengan posisinya sebagai auditor pemerintah memiliki peranan sangat penting (Gustati, 2012). Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) dalam era reformasi sekarang ini telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR-RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK-RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara. Dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 menegaskan kembali kedudukan BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional. Pemeriksaan yang dilakukan BPK-RI terkait lembaga pemerintahan, harus dilakukan dengan cermat sehingga dapat mendeteksi apabila terdapat penyimpangan yang mungkin terjadi. Kasus-kasus yang banyak menimpa organisasi pemerintahan saat ini, seperti kasus Bank Century dan Hambalang menuntut BPK-RI untuk lebih serius dalam proses audit pemerintahan (www.bpk.go.id). Prosedur audit BPK-RI harus sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). SPKN ini ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 sebagaimana amanat UU yang ada. Sejak ditetapkannya Peraturan BPK ini dan dimuatnya dalam Lembaran Negara, SPKN akan mengikat BPK maupun pihak lain yang melaksanakan 8

pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Inilah tonggak sejarah dimulainya reformasi terhadap pemeriksaan yang dilakukan BPK setelah 60 tahun pelaksanaan tugas konstitusionalnya. Hasil pemeriksaan BPK diharapkan dapat lebih berkualitas yaitu memberikan nilai tambah yang positif bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia. Penyusunan SPKN ini telah melalui proses sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang maupun dalam kelaziman penyusunan standar profesi. Hal ini tidaklah mudah, oleh karenanya, SPKN ini akan selalu dipantau perkembangannya dan akan selalu dimutakhirkan agar selalu sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat (www.bpk.go.id). Penelitian sebelumnya terkait faktor yang mempengaruhi penghentian prematur atas prosedur audit selama ini lebih ditekankan kepada auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian terkait sangat jarang mengambil subjek pada akuntan pemerintah yang bekerja di Kantor Badan Pengawas Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Auditor pemerintah merupakan auditor yang juga menghadapi time pressure dalam melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi tempat mereka bekerja juga memperoleh anggaran waktu untuk menunjang kegiatannya. Kecenderungan anggaran waktu ini disinyalir akan berdampak pula terhadap prosedur audit yang akan dilaksanakan oleh auditor (Erika, 2008). Hal tersebut membuat penulis melakukan penelitian pada auditor di Kantor BPK-RI Perwakilan Bali. Selain itu penelitian ini juga memakai 9

variabel independen yang terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal auditor. Fenomena ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan penghentian prematur atas prosedur audit, khususnya dari aspek time pressure, audit risk, professional commitment dan locus of control. Judul yang penulis angkat disini yaitu Pengaruh Time Pressure, Audit Risk, Professional Commitment dan Locus Of Control pada Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit (Studi Pada Kantor BPK-RI Perwakilan Bali) 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dipaparkan maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengaruh time pressure pada penghentian prematur atas prosedur audit? 2) Bagaimana pengaruh audit risk pada penghentian prematur atas prosedur audit? 3) Bagaimana pengaruh professional commitment pada penghentian prematur atas prosedur audit? 4) Bagaimana pengaruh locus of control pada penghentian prematur atas prosedur audit? 10