Key words: SIG, suitability region cultivation seaweed, Mantang Island.

dokumen-dokumen yang mirip
Dendi Marizal, Yales Veva Jaya, Henky Irawan

Rofizar. A 1, Yales Veva Jaya 2, Henky Irawan 2 1

Received February 2016, Accepted March 2016 ABSTRAK

Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat

KRITERIA LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PULAU GILI GENTING, MADURA

Analisis Kesesuaian Lokasi dan Data Spasial Budidaya Laut berdasarkan Parameter Kualitas Perairan di Teluk Lasongko Kabupaten Buton Tengah

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MASPARI JOURNAL Juli 2017, 9(2):85-94

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Tesis. Diajukan kepada Program Studi Magister Biologi untuk Memperoleh Gelar Master Sains Biologi (M.Si) Oleh: Alis Suprihatin NPM:

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

Journal Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman

III. METODOLOGI PENELITIAN

Tim Peneliti KATA PENGANTAR

EVALUASI KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI DESA LONTAR, KECAMATAN TIRTAYASA, KABUPATEN SERANG

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

Oleh: Irwandy Syofyan, Rommie Jhonerie, Yusni Ikhwan Siregar ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci : Keramba jaring tancap, Rumput laut, Overlay, SIG.

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR UNTUK BUDIDAYA DENGAN MEMANFAATAN CITRA SATELIT DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SEBAGIAN BALI SELATAN

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

ABSTRAK. Kata Kunci :Kesesuaian Perairan, Sistem Informasi Geografis (SIG), Keramba Jaring Apung KJA), Ikan Kerapu

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

KATA PENGANTAR. Jatinangor, 22 Juli Haris Pramana. iii

Kondisi Lingkungan Perairan Budi Daya Rumput Laut di Desa Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan

III. METODOLOGIPENELITIAN

FORMASI SPASIAL PERAIRAN PULAU 3S (SALEMO, SAGARA, SABANGKO) KABUPATEN PANGKEP UNTUK BUDIDAYA LAUT Fathuddin dan Fadly Angriawan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

BAB III METODA PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

STUDI KESESUAIAN LAHAN TAMBAK DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Utara Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

Kelayakan Lokasi untuk Pengembangan Budi Daya Karang Hias di Teluk Talengen Kabupaten Kepulauan Sangihe

ANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014.

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI SPESIES ALGA KOMPETITOR Eucheuma cottonii PADA LOKASI YANG BERBEDA DI KABUPATEN SUMENEP


III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

Kondisi perairan keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah

ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA RIZKI EKA PUTRA

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

3. METODE PENELITIAN

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, SH, tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Telp/Fax.

STUDI KELAYAKAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma Cottonii) DI KECAMATAN BLUTO SUMENEP MADURA JAWA TIMUR

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

PERBANDINGAN MAKROZOOBENTHOS DI LOKASI KERAMBA JARING APUNG DENGAN LOKASI YANG TIDAK MEMILIKI KERAMBA JARING APUNG SKRIPSI MUHAMMAD FADLY AGUSTIAN

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Suitability analysis of culture area using floating cages in Ambon Bay

A ALISIS KELAYAKA LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRA TELUK DODI GA KABUPATE HALMAHERA BARAT

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) DI PERAIRAN DANAU TOBA, PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI. Oleh:

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

PEMETAAN SEBARAN SPASIAL KUALITAS AIR UNSUR HARA PERAIRAN TELUK LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Studi Sebaran Parameter Fisika Kimia di Perairan Porong Kabupaten Sidoarjo Gabella Oktaviora Haryono, Muh. Yusuf, Hariadi

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Pola Sebaran Salinitas dan Suhu Pada Saat Pasang dan Surut di Perairan Selat Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Oleh

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU GUSUNG KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh: ABDULLAH AFIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BERDASARKAN KUALITAS AIR TERHADAP PELUANG BUDIDAYA ABALON (Haliotis sp.) DI PERAIRAN KUTUH, BALI

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI PERAIRAN PULAU TEGAL TELUK LAMPUNG

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

APLIKASI SIG UNTUK PENENTUAN DAERAH POTENSIAL RAWAN BENCANA PESISIR DI KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

Transkripsi:

Aplikasi SIG Untuk Kesesuaian Kawasan Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Metode Lepas Dasar di Pulau Mantang, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan Ringkasan Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan terutama substrat dan air pada lahan budidaya rumput laut, dan lokasi yang sangat sesuai untuk budidaya rumput laut berdasarkan sifat fisika dan kimia di Pulau Mantang Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data dilapangan terhadap kondisi perairan laut Pulau Mantang data yang diperoleh dianalisis menggunakan Aplikasi (SIG). Hasil penelitian menunjukkan. data perairan laut pulau mantang meliputi, suhu 30 330C, salinitas 30 33ppt, Do 5,4 7,9 ppm kedalaman 0,7 2,5 m, ph 7,7 8,7, dan jenis subtrat : pasir, pasir dan lumpur, pasir dan pecahan karang. hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa klas sangat sesuai (S2) untuk budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii). Luas kawasan yang sesuai adalah 30.817 km2 (30.82) stasiun (N) tidak sesuai untuk budidaya rumput laut kawasan yang tidak sesuai adalah 58.801 km2 (58.81). Kata Kunci: SIG, kesesuaian kawasan budidaya rumput laut Eucheuma cottoni SIG APPLICATION FOR SUITABILITY REGION CULTIVATION SEAWEED Eucheuma cottonii WITH BASICS METHOD IN MANTANG ISLAND, MANTANG DISTRICT M.Hambali, Yales Veva Jaya, Henky Irawan Programme Study of Marine Science Marine Science and Fisheries Faculty, Maritime Raja Ali Haji University Email :fikp@umrah.ac.id Abstract The research was conducted to determine the condition of the substrate and the environment, especially water in seaweed cultivation, and the location is very suitable for seaweed cultivation based on physical and chemical properties in Mantang Island, Mantang District, Bintan Regency, Kepulauan Riau Province. The method used in this research to collect field data on the condition of marine waters Mantang Island, the data obtained were analyzed using SIG Application. The results showed the data Mantang island waters include a temperature of 30-330C, salinity 30-33ppt, Do 5.4 to 7.9 ppm, depth 0.7 to 2.5 m, ph 7.7 to 8.7, and the type of substrate : sand, sand and mud, sand and coral rubble. The results of this research can be concluded that the class is very suitable (S2) for seaweed cultivation (Eucheumacottonii). Total area is 30 817 km2 corresponding (30.82) station (N) is not suitable for seaweed farming area that does not fit is 58 801 km2 (58.81). Key words: SIG, suitability region cultivation seaweed, Mantang Island. PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut oleh masyarakat yang berada di pulau mantang, saat ini masih terbatas pada sektor perikanan, hal ini dikarenakan teknologi yang masih sangat sederhana dan bersekala kecil, sehingga menyebabkan pemanfaatan sumberdaya perikanan sejauh ini belum sepenuhnya dapat memberikan penghasilan yang baik pada suatu daerah, dilihat dari sumberdaya perairannya, Kabupaten Bintan memiliki potensi sumberdaya yang cukup bagus bila dikelola dengan baik. Perairan ini memiliki berbagai ekosistem laut dangkal. Pada saat ini telah berkembang kegiatan budidaya rumput laut yang terdapat diperairan sekitar pulau mantang. Penduduk pulau mantang melakukan kegiatan budidaya 1

rumput laut sebagai usaha sampingan selain sebagai nelayan.. penentuan lokasi budidaya dapat mencakup daerah yang luas dan berkesinambungan.sistem Informasi Geografis menjadi pilihan yang tepat dalam penentuan lokasi. Sistem Informasi Gografis (SIG) dapat memadukan beberapa data dan informasi tentang budidaya perikanan dalam bentuk lapisan (layer) yang nantinya dapat ditumpang susun (overlay) dengan data lainnya sehingga menghasilkan suatu keluaran baru dalam bentuk peta tematik, yang mempunyai tingkat efesiensi, akurasi yang cukup tinggi, (Ariati et al, 2007). Berdasarkan keunggulan ini maka SIG dapat menjawab pertanyaan: (1) dimana (2) bagaimana (3) mengapa, suatu luasan sesuai untuk dikembangkan budidaya rumput laut. Hasil penelitan ini diperoleh dari data yang diukur saat penelitian ini dilakukan. Penentuan bobot dan skor tidak permanen pada suatu sistematik tertentu melainkan hanya didasarkan pada pertimbangan peneliti semata. Penentuan bobot dan skor dibuat dengan mempertimbangkan besar kecil kontribusi masing-masing kriteria terhadap hasil akhir. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan/memperoleh kawasan perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut di perairan pulau mantang. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli Agustus 2012 yang berlokasi di perairan Pulau Mantang, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data lapangan terhadap kondisi perairan laut di Pulau Mantang, Kecamatan Mantang, Provinsi Kepulauan Riau, penyusunan basis data dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan arc view. Penentuan Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi budidaya merupakan salah satu syarat yang cukup menentukan untuk mencapai keberhasilan suatu usaha budaya perikanan. Kriteria pemilihan lokasi yang cocok bagi budidaya rumput laut adalah sebagai berikut: 1.Keterlindungan Pantai Budidaya rumput laut memerlukan lokasi harus bebas dari pengaruh angin topan dan pencemaran (industri rumah tangga). 2.Kondisi dasar perairan budidaya rumput laut untuk jenis Eucheuma cottonii mempunyai syarat substrat yang setabil dengan dasar perairan karang kasar dan pasir, dan pasir berlumpur, dan terlindung dari ombak yang kuat serta umumnya didaerah terumbu karang 3.Parameter Fisika dan Kimia. Salinitas yang sangat sesuai berkisar antara 32,2 32,6 ppt kedalaman yang sangat sesuai berkisar antara 0,4 m, untuk ph yang sangat sesuai berkisar antara 7,3-7,4, untuk DO (Oksigen Terlarut) yang sangat sesuai berkisar antara 6-7 ppm, suhu yang sangat sesuai berkisar antara 20 26 0 C. 4.Faktor Pembatas. Faktor pembatas ialah faktor yang jika ditemukan didalam penelitian dapat membuat suatu lokasi/ kawasan tidak dapat dijadikan lokasi pembudidayaan, faktor tersebut adalah wilayah/area yang telah ada peruntukan/fungsi permanen, baik didasar maupun dipermukaan perairan tersebut. Peruntukan atau fungsi tersebut berupa : Jalur Pelayaran, Pelabuhan, Bangunan Air ( Rumah dan Kelong ) dan Buangan limbah. Menurut (Aslan, 2006 dalam Farid A, 2008), budidaya rumput laut untuk jenis Eucheuma cottonii mempunyai syarat substrat yang setabil dengan dasar perairan karang kasar dan pasir, dan pasir berlumpur, dan terlindung dari ombak yang kuat serta umumnya didaerah terumbu karang. 2

Prosedur Penelitian Alur penelitian, maka dapat dijelaskan mendetail lagi sebagai berikut: Daerah penelitian dilakukan di wilayah perairan Kabupaten Bintan yaitu disekitar Pulau Mantang, Kecamatan Mantang. Data Digital Pulau Bintan dijadikan peta dasar untuk membuat peta tematik. Interpolasi peta kedalaman dijadikan peta dasar tiap peta tematik, data kedalaman didapat dari peta kedalaman bintan berserta data primer selama penelitian. Kondisi perairan yang akan diukur adalah : o Keterlindungan o Substrat o Faktor Pembatas o Suhu Perairan o Derajat Keasaman ( ph ) o Salinitas o Kedalaman Perairan o Oksigen Terlarut Selanjutnya dibuat peta contours dari data primer tiap parameter dijadikan background untuk proses digitasi sehingga masing masing peta tematik terbagi oleh beberapa kelas. Selanjutnya peta kondisi perairan atau peta counturs dianalisis dengan overlay, yaitu analisis tumpang susun yang menggabungkan informasi beberapa peta untuk menghasilkan satu informasi baru yang sebelumnya dibangun terlebih dahulu kriteria atau Parameter-parameter. Setelah Keriteria itu dibangun dan dianalisis, akhirnya akan menghasilkan peta kesesuaian kawasan budidaya Rumput Laut. a. Analisis Spasial Interpolasi Data Digial Bintan Langkah awal pembuatan peta kontur kedalaman dimana data kedalaman di interpolasi dari peta bathimetri bintan lalu peta tersebut di scan (pindai) dan dimasukkan ke Arcview dengan catatan extensi Jpeg sudah aktif terus masukkan koordinat geografis dari peta bathimetri ke Arcview dan ekstensinya register transfromtool. Pada peta batimetri berupa angka di Arcview kita tandai dengan titik-titik. Titik-titik tersebut di isi data berdasarkan peta batimetri pada format tabulasinya setelah itu buat Theme poin lalu di Intersec, exstensi yang di aktifkan spasial analisis. b. Pembobotan dan Skoring Penentuan pembobotan dan skoring dilakukan untuk memberikan nilai pada kriteria yang mendukung pada kegiatan budidaya. Penentuan bobot tiap-tiap kriteria didasarkan pertimbangan kepada seberapa besar kontribusi masing-masing kriteria terhadap hasil akhir. Analisis budidaya pesisir dilakukan dengan teknik penetapan (parameter dan kriteria) parameter yang berpengaruh dalam kriteria menentukan kesesuaian lahan budidaya masuk pada kelas sangat sesuai, tetapi yang memiliki faktor pembatas dan masih bisa dilakukan kegiatan budidaya diberikan pada kelas sesuai dan kawasan yang banyak memiliki faktor pembatas diberikan pada klas (N) kriteria yang berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut diberikan skor tertinggi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 11. Parameter Kesesuaian Kawasan Budi Daya Rumput Laut. NO Bobot Skor 1 Kondisi dasar perairan 20 S1 ( Pasir & Patahan Karang ) 3 S2 ( Pasir & Lumpur ) 2 N ( Lumpur ) 1 2 Keterlindungan 20 S1 ( Semi Terbuka ) 3 S2 ( Terbuka ) 2 N (Terlindung ) 1 3 Kedalaman 20 S1 (0,4 m) 3 S2 (0,3 dan 0,5 0,6 dan 1,28-1,46 m ) 2 N (< 0,3,0,7-1,1 >1,46 m ) 1 4 Salinitas 10 S1 (32,2 32,6 ppt) 3 S2 (> 18 - < 32,2 ppt) 2 N ( < 18 dan > 35 ppt) 1 5 Derajat Keasaman 10 S1 ( 7,3-7,4 ) 3 S2 ( 7,4 8,2 ) 2 N ( < 7,3 dan > 8,2) 1 6 Oksigen Terlarut 10 S1 ( 6-7 ppm ) 3 S2 ( > 3 6,8 ppm) 2 N ( < 3 dan > 8 ppm ) 1 7 Suhu Perairan 10 S1 ( 20 26 o C ) 3 S2 ( > 26 30,4 o C ) 2 N ( < 20 dan > 30,4 o C ) 1 Sumber data : Komplikasi Berbagai Sumber. 3

c. Analisis Overlay Setelah data basis dan data spasial terbentuk langkah selanjutnya dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah analisis tumpang susun (Overlay) yang menggabungkan informasi beberapa peta untuk menghasilkan informasi yang baru. Hasil dari analisis keruangan adalah berupa peta untuk kesesuaian kawasan budidaya rumput laut Keterlindungan Suhu Kedalaman Salinitas Derajat Keasaman Oksigen Terlarut Susbstrat Intersect Faktor 7 pembatas Intersect 1 gambar. Kerangka Tahapan Overlay Intersect 7 d. Kelas Kesesuian Penentuan nilai total digunakan rumus : N = (Σ Bi x Si)/(Keseluruhan Bobot) Keterangan : N = Total Nilai Bi = Bobot Pada Tiap Kriteria Si = Skor Pada Tiap Keriteria Penentuan nilai kelas kesesuaian kawasan budidaya Rumput Laut, adalah : N.Min = N. Max Selang Interval Kelas = Intersect 2 Intersect 3 Intersect 4 Dari perhitungan menggunakan rumus diatas dihasilkan selang interval kelas sebesar 0,65 dengan nilai N.min sebesar 1.00 dan N.max sebesar 2.97. Masing - masing kelas dapat ditetepkan selang dari bobot nilainya sebagai berikut: Sangat sesuai : Nilai 2,32 2,97 Sesuai : Nilai 1,66 2,31 Intersect 5 Intersect 6 Dissolve Peta Kesesuaian kawasan Budidaya Rumput laut Tidak sesuai : Nilai 1,00 1,65 Dalam penelitian ini kawasan budidaya dibagi dalam tiga kelas sebagai berikut: Kelas S1 : Sangat Sesuai Daerah ini sangat sesuai untuk kawasan budidaya rumput laut karena parameter pada perairan sangat baik dan tidak dijumpai faktor pembatas yang sangat berpengaruh untuk pertumbuhan Rumput Laut. Kelas S2: Sesuai Daerah ini sesuai untuk kawasan budidaya dimana parameter-parameter perairannya masih dikatakan baik untuk budidaya rumput laut karena lokasi perairannya masih terbebas dari pengaruh angin topan dan hempasan gelombang serta mudah dijangkaw oleh sumber tenaga kerja. Kelas (N) : Tidak Sesuai Daerah ini tidak sesuai dengan literatur kesesuaian lahan budidaya, dikarenakan memiliki faktor pembatas yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Rumput Laut. Intersect Kelas Sangat Sesuai (S1) Setelah daerah kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut didapatkan, bagi daerah yang sangat sesuai dibuat coverage dinamakan S1. Tujuannya agar mendapatkan suatu daerah yang mempunyai kesesuaian yang sangat baik, dan inilah daerah yang sesuai untuk budidaya rumput laut HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Bathimetri Peta bathimetri diinterpolasi dari titik hingga menjadi peta kontur kedalaman berupa polygon digunakan sebagai peta dasar untuk seluruh peta tematik, daerah penelitian dibatasi oleh kedalaman perairan 0,4 1,5 m pada saat surut terendah. Kedalaman perairan sesuai untuk wadah budidaya rumput laut yang digunakan dengan metode lepas dasar. Sedangkan untuk peta tematik atau peta-peta parameter pendukung budidaya rumput laut Eucheuma cottonii mengikuti dari peta 4

kedalam. Berdasarkan data atribut masingmasing peta tematik dikonturkan sehingga peta kedalaman pada tiap peta dapat didigitasi dibagi dalam beberapa kelas berdasarakan data atribut masing-masing peta tematik. peta kontur kedalaman yang dijadikan peta dasar untuk semua peta tematik dapat dilihat pada gambar berikut: 2.Keterlindungan Pantai Daerah keterlindungan pantai semi terbuka S1 (Sangat Sesuai) untuk budidaya Rumput Laut. Daerah keterlindungan pantai terbuka S2 (Sesuai) untuk budidaya Rumput Laut. Untuk kelas keterlindungan pantai terlindung, yang tidak sesuai (N). 1.Kondisi Dasar Perairan Kelas S1 (sangat sesuai) untuk kawasan budidaya Rumput Laut dimana substratnya pasir dan pecahan karang. Substrat pasir berlumpur masuk pada kelas S2 (sesuai), Substrat berlumpur berada pada kelas N (tidak sesuai), 3.Suhu Perairan. Suhu perairan laut yang ( S1) sangat sesuai untuk budidaya Rumput Laut, suhu perairannya berkisar antara 30 30,7 0 C. Pada kelas (N) tidak sesuai suhu perairannya berkisar antara 31,4 32 0 C. 5

4.Kedalaman Perairan. Kedalaman perairan yang sangat sesuai (S1) untuk budidaya Rumput Laut, kedalaman berkisar antara 1,4 1,5 m. Untuk kedalaman yang sesuai (S2) kedalamannya berkisar antara 0,7 1,3. Kelas kedalaman yang tidak sesuai (N), kedalamannya berkisar antara 2 2,5 m. 6. Salinitas Perairan Salinitas perairan laut pulau mantang untuk budidaya Rumput Laut pada kelas sangat sesuai (S1) 30-31ppt. Salinitas perairan untuk kelas tidak sesuai (N) berkisar antara 32-33 ppt. 5. Derajat Keasaman Derajat keasaman (ph) perairan pulau mantang daerah kelas sangat sesuai (S1) untuk budidaya Rumput Laut berkisar antara 7.7-8. Kelas derajat keasaman yang tidak sesuai (N) berkisar antara 8,5-8,7. 7. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut (DO) peraiaran laut untuk kelas sangat sesuai (S1) untuk budidaya Rumput Lut berkisar antara 7.2-7.8 ppm. Oksigen terlarut (DO) perairan laut untuk kelas sesuai (S2) untuk kegiatan budidaya berkisar antara 6.3-7.1ppm untuk kelas (N) tidak sesuai berkisar antara 5.4-6.2 ppm. 6

8. Faktor Pembatas Daerah yang bebas dari faktor pembatas yang berada dalam kelas sangat sesuai (S1). Yang memiliki faktor pembatas berada pada kelas tidak sesuai (N) dimana terdapat pemukiman warga, keramba jaring apung ikan kerapu, keramba jaring tancap ikan kerapu, dan pelabuhan, daerah ini tidak sesuai dilakukan kegiatan budidaya Rumput Laut. untuk budidaya rumput laut adalah 58.801 km2. KESIMPULAN DAN SARAN Kesesuaian kawasan budidaya. Berdasarkan gambar diatas hasil dari tumpang susun peta (overlay) keseluruhan peta tematik. Menghasilkan dua kelas yaitu sangat sesuai dan tidak sesuai: sedangkan kelas sangat sesuai (S1). Daerah ini sangat sesuai untuk kawasan budidaya dimana perameter perairannya dikatakan mendukung untuk budidaya rumput laut karena lokasi perairan terbebas dari pengaruh angin topan dan hempasan gelombang. Total luas garis pantai yang memenuhi syarat untuk budidaya rumput laut yaitu: 30.817 km2. Sedangkan kelas yang tidak sesuai (N). Kelas ini dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk budidaya rumput laut, Sesuai dengan literatur kesesuaian kawasan budidaya karena perairan tersebut tidak mendukung untuk pertumbuhan rumput laut dan memiliki faktor pembatas yaitu berupa: Bangunan permanen atas air (pemukiman warga) pelabuhan kerambah jaring apung (KJA) dan kerambah jaring tancap (KJT). Untuk diperjelas dapat dilihat pada peta berwarna biru. Dan luas tidak sesuai Kesimpulan Pulau Mantang memiliki potensi sumberdaya perairan yang sangat baik seperti yang sudah ada saat ini yaitu budidaya kerambah jaring apung ( KJA) dan kerambah jaring tancap (KJT). Hal ini dapat disimpulkan bahwa perairan pulau mantang sangat mendukung apabila ada suatu pengembangan budidaya yang berkelanjutan lainnya yaitu budidaya rumput laut. Berdasarkan dari hasil penelitian dikawasan perairan pulau mantang terdapat luas kawasan yang sangat sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut yaitu: luas kawasannya 30.817 km2. Sedangkan kelas yang tidak sesuai (N) luas kawasan nya 58.801 km2. Saran 1. Untuk pengembangan budidaya rumput laut pada perairan pulau mantang hendak nya dilakukan pada perairan yang telah ditetapkan dimana perairan tersebut tidak memiliki faktor pembatas. 7

2. Penanam rumput laut berdasarkan penentuan ini hendak nya dilakukan dengan metode lepas dasar dimana metode ini pada umumnya dapat dilakukan pada lokasi yang memiliki substrat, dasar karang berpasir atau pasir dengan pecahan karang. Dengan kedalaman 1.28-1.46 m. Metode lepas dasar hanya dapat dilakukan pada jenis rumput laut Eucheuma cottonii mula-mula bibit diikat dengan tali pelastik (rapia) masing-masing dengan jarak 20 cm dan direntangkan sepanjang 20-30 cm diatas dasar perairan dengan menggunakan kayu pancang. Daftar Pustaka Ariati et al, 2007 Sistem Informasi Geografi (SIG) Dalam pembudidayaan biota laut.. Aslan, L, M, 2006. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius : Yogyakarta. Aziz, A., 1992. Prasurvey Lokasi Budidaya Intensif Rumput Laut Ditijau dari Aspek Fisika, Kimia dan Biologi Perairan di Nusa Penida, Bali, Skripsi (tidak dipublikasikan), Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor,Bogor. Farid A, 2008. Studi Lingkungan Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cotoni di Perairan Branta, Pemekasan, Madura. Dalam Jurnal Penelitian Perikanan, Vol II, Komor I, juni 2008, Hal 1 6. Prahasta.E. 2009. Sistem Informasi Geografis. Bandung. Penerbit Informatika.818 hal 8